Jika Blogger menulis review politik

Saya suka heran kenapa ya tiap kali buka Facebook kok sering muncul foto Pak Menteri yang lagi nyapres. Gak hanya sekali lho tapi berkali-kali, bahkan sekali scroll munculnya bisa 2 sampai 3 kali. Isinya tau sendiri lah pasti ngajak supaya saya bergabung ke fanspage nya dia.

Begitupun di twitter masih juga menemukan foto Pak Menteri ini. Pokoknya setiap buka internet foto Bapak satu itu selalu muncul dimana-mana. Kenapa tagline nya gak diubah aja menjadi Dimana ada kamu, disitu ada saya 😀

Capres Indonesia. Gambar diambil dari Google
Capres Indonesia.
Gambar diambil dari Google

Fenomena seperti ini memang wajar sebab internet sudah menjadi media promosi yang paling ajib. Terlebih tahun ini kan tahun politik, tahun seorang calon berlomba-lomba mendapat suara sebanyak-banyaknya. Tak hanya berpromosi melalui media offline seperti menyebarkan banner, pamflet, kaos dan selebaran, mereka juga berpromosi melalui jejaring sosial media. Terutama Facebook dan Twitter.

Tak berhenti disitu para calon ini juga aktif melakukan promosi dengan menggunakan media blog. Isinya semacam menulis review. Konon bayaran yang ditawarkan kepada blogger nilainya lumayan tinggi. Dengar-dengar sih bayarannya mencapai.. ssttt.. 1,5juta! Glek! Siapa coba yang gak ngiler..

Huft! sungguh tantangan menulis yang membuat hati galau berkepanjangan hehe..

Tapi semua kembali lagi ke pribadi blogger itu sendiri. Mau nerima tawaran itu apa nggak. Terus terang nominal yang ditawarkan memang menggiurkan. Hanya dengan menulis 300-400 kata blogger sudah mendapat gaji sebanyak itu.

Menurut saya blogger Indonesia amat cerdas menanggapi hal-hal seperti ini. Dan saya pikir banyak blogger yang pintar dalam mengambil suatu keputusan apalagi menyangkut politik yang semakin memanas ini. Dan menurut saya sah-sah aja jika blogger menerima tawaran itu selama apa yang ditulis mengandung semangat kebangsaan. Tidak menyinggung pihak lain dan kalimat yang disampaikan tidak mengandung unsur-unsur yang memicu perselisihan antar partai, antar calon dan antar partisipan yang akhirnya berujung bentrok sehingga memicu pertengkaran publik, lebih-lebih mengganggu keamanan masyarakat. Intinya blogger harus pandai-pandai menyusun kalimat sesuai opini masing-masing.

Akan tetapi jika blogger menolak tawaran menulis itu juga gak masalah sebab blogger juga memiliki hak untuk menerima atau menolak tawaran menulis.

Nah, seandainya nih teman-teman mendapat tawaran menulis seperti yang saya ceritakan diatas kira-kira mau nerima gak, dan apa alasannya? Sekedar pengen tau aja sih hehe..

Tragedi Asinan Bogor

5 Tahun lalu..

Seumur-umur saya belum pernah makan asinan. Konon kata yang pernah makan rasanya asam-asam segar. Sebagai penyuka rasa rujak-rujakan saya jadi penasaran seperti apa rasa makanan yang bernama asinan ini.

Sampai suatu ketika saya datang ke Bogor. Tiba di Stasiun saya langsung disambut penjual asinan dengan rombong yang mangkal berjajar di bagian luar. Di dalam rombong asinan terdapat buah-buahan dan sayuran yang ditata sedemikian rupa dengan kuah yang ditaruh di wadah tembus pandang. Saya pikir itu rombong penjual rujak ternyata Mas Aldi bilang itu rombong jual asinan.

Dengar kata asinan saya langsung nelan ludah. “Hmm.. kayaknya enak nih siang-siang panas begini makan sesuatu yang asam-asam seger”.

Ditambah lihat asinan yang sudah dibungkus plastik yang digantung-gantung di atas rombong, makin gemes lihatnya. Warnanya cantik, kuahnya menggoda dengan butiran isi cabe yang betebaran.

Asinan Bogor Gambar dari Google
Asinan Bogor
Gambar dari Google

Tanpa menunggu lagi saya langsung beli 2. Dibilang kemaruk biarinlah asal kemecer dilidah ini segera hilang 😀

Sepanjang putar-putar di Kebun Raya Bogor saya sudah gak fokus lagi lihat pemandangan. Yang saya pikir cuma satu, segera mencari tempat teduh lalu duduk dibawahnya sambil menikmati asinan berkuah.

Begitu dapat tempat nyaman saya langsung membuka bungkus asinan itu. Setelah tali karet yang mengikatnya terbuka terciumlah aroma asam pedas yang nikmat itu. Lidah yang dari tadi kemecer makin gak tahan untuk segera menyantapnya.

Sebagai incipan pertama saya ambil pepayanya dulu. Warnanya yang merah cantik menggugah selera saya.

Sial, gigitan pertama saya gagal. Pasalnya pepaya yang saya ambil itu mentah. Warnanya memang merah, tapi pas digigit rasanya keras. Lidah saya jadi susah menikmati.

Lantas saya ambil incipan yang kedua. Saya ambil buah berwarna putih. Irisannya tipis melebar dan bayangan saya kalau digigit bisa menghasilkan efek kriuk renyah seperti bengkuang.

Ah, sial lagi.. ternyata buah yang barusan saya gigit itu bukan bengkuang tapi telo (ubi). Telo mentah!

“Gimana sih yang jual asinan ini.. makanan mentah semua gini kok dijual! Wong gak nggenah!” saya pun misuh-misuh.

Saya angkat plastik asinan, saya pegang bagian bawahnya lalu saya pijiat-pijat pakai tangan. Saya hanya memastikan buah apa saja yang ada didalam bungkus asinan ini. Disitu saya lihat ada kubis yang diiris panjang, kecambah, sama timun. Dan pas saya rasakan semuanya satu persatu, ternyata semua mentah sodara!

Antara kecewa, marah, tak bisa lagi dibendung. Harapan makan asinan segar nan pedas hanya tinggal bayangan. Lidah yang sudah trecep-trecep tidak mencapai kepuasan. Semuanya serba nggantung dan gak ada penyelesaian sama sekali!

Jadi galau lihat asinan ini. Dibuang itu sayang, tapi kalau gak dibuang juga percuma, saya gak bisa makan karena semuanya mentah. Padahal saya suka dengan kuahnya. Suka banget. Kuahnya enak seperti rasa nano-nano.

Mas Aldi: “Yang namanya asinan ya begitu itu rasanya”
Saya: “Tapi ini semuanya mentah”
Mas Aldi: “Ya emang begitu. Orang sini sudah biasa makan begituan” sambil ngakak

Masak sih. Gak percaya. Ngapain harus  makan yang mentah, kalau yang masak aja lebih enak.

Daan dari pada galau berkepanjangan asinan itu saya buang. Saya buang jauh ke tempat sampah dipojokan. Biar saja biar mampus dimakan cacing tanah! *emosi jiwa*

Tragedi asinan itu membuat saya kapok. Saya gak mau lagi makan makanan yang bernama asinan!

2 hari yang lalu..

Tragedi yang sudah saya tutup rapat-rapat kemarin terkuak lagi. Semua gara-gara Kang Yayat yang nulis status di FB. Di status itu Kang Yayat dengan ‘semena-mena’nya menayangkan resep asinan yang diambil dari majalah wanita online. Yang membuat saya makin trauma ketika membaca isi resepnya. Disana saya menemukan bahan yang menurut saya tidak wajar. Disana tercantum:

200 gr ubi merah, kupas, iris tipis

Bentar.. bentar.. maksudnya ubi yang bagaimana ini.. kenapa ubinya cuma dikupas trus diiris tipis. Saya curiga jangan-jangan ubi ini nantinya dimakan mentah sama seperti yang pernah saya rasakan 5 tahun lalu..

5 tahun itu bukan waktu yang sebentar lho, tapi kenapa selama 5 tahun itu ubi ini tetap masuk dalam daftar bahan asinan? Lebih mengenaskan lagi ubi itu diramu dalam kondisi mentah! wkwk..

Adakah yang spesial dengan ubi ini?
Tidak kah lebih baik ubi ini diganti dengan bahan yang lebih sopan dimakan mentah?hehe..
Atau bahan ini sengaja ditambahkan sebagai garnis asinan?

Mungkinkah ini semua hanya karena kebiasaan. Sebagai orang Jawa Timur lidah saya tidak biasa makan makanan yang seharusnya dikukus dulu. Tapi saya tetap penasaran..
Kenapa ubi masuk dalam daftar bahan asinan?
Kenapa ubi harus disajikan mentah?
Apakah tiap beli asinan ubi itu ikut dimakan?
Trus bagaimana rasa makan ubi mentah?

Ada yang bisa jawab kekepoan saya? hehe

Kalau Blogger didaulat kopdar di Kedaulatan Rakyat

Selain kebudayaan, cerita yang tak bisa dilupa akan kota Yogja adalah moda taksinya.

Tidak seperti di Surabaya, Taksi di Yogja terbilang unik. Unik bentuknya, juga unik kapasitasnya. Yang terakhir ini pastinya harus menggunakan aji-aji lobi sopir dulu supaya bisa dimuat orang banyak.

Pengalaman dengan Taksi Yogja saya alami ketika even Blogger Nusantara 2013 lalu. Ceritanya, sebelum acara berlangsung keesokan pagi, hari Jumat malam saya diajak janjian kopdar dengan teman-teman yang sudah lebih dulu datang. Siapa lagi kalau bukan ajakan dari Pakde Cholik. Namanya Kopdar Kedaulatan Rakyat (Kopdar KR)

Dari Edu Hostel, saya, Mas Rinaldi, Idah, Pak Nuzulul, dan Mimi akan menjemput Pakde terlebih dahulu yang menginap di hotel kawasan jl. Dagen. Begitu sudah ketemu, Pakde ngajak naik becak menuju angkringan di Kedaulatan Rakyat.

“Naik becak saja supaya cepat” kata Pakde.

Tapi ajakan itu ditolak halus sama Pak Nuzulul, sang penunjuk jalan kami. Menurutnya dari pada naik becak mending naik taksi. Setelah dihitung-hitung, jumlah kami total ada 6 orang. Dan dipikir lagi, mana mungkin kami naik taksi ber 6. Secara nalar sih bisa karena taksi Yogja bentuknya seperti model-model Xenia, Avanza. Namun secara umum aturannya kan cuma buat 4 orang. Dan Pak Nuzulul meyakinkan kita itu bisa diatur.

Singkat cerita, berhentilah seunit taksi di depan kami. Tanpa dikomando kami langsung berhamburan membuka pintu taksi. Pakde sudah lebih dulu duduk di jok depan disamping sopir. Saya membuka pintu belakang sebelah kiri, Mas Rinaldi membuka pintu belakang sebelah kanan. Hasilnya kami langsung duduk berbarengan, bersebalahan dengan perasaan nyaman dan tenang. Tinggal Idah, Mimi, sama Pak Nuzulul yang masih diluar. Ketika Pak Nuzulul akan melipat kursi tengah supaya Idah dan Mimi bisa masuk ke jok belakang yang kursinya sudah dimodifikasi alias tanpa kursi, Pak sopirnya tanya:

“Orang berapa Mas?”
“Orang 6, Pak. Yang 2 biar duduk dibelakang” jawab Pak Nuzulul dengan cueknya sambil melipat jok.
“Wah nggak bisa, Pak. Maksimal 4 orang saja”
“Lho biasanya bisa kok, Pak”
“Nggak bisa Pak. Nanti saya dimarahi”
“Tapi, Pak bla.. bla.. bla..”
“Iya, bla.. bla.. bla..”

Pakde: Sambil buka pintu bersiap mau keluar “Ya sudah, numpak becak saja”
Saya dan Mas Rinaldi: Berpandangan. Dalam hati bilang gini: “Yaah.. kok gak jadi, kan posisi kita sudah sempurna laksana dunia milik berdua, yang lain ngekos”

Cerita selanjutnya kami sudah melalui jalan Malioboro yang ramai meriah dengan andong bersliweran di kiri kanan kami. Angin sepoi-sepoi menyapu muka kami dengan segarnya.

Nggak jadi naik taksi. Nggak jadi naik becak. Kita naik Mersi saja, lengkapnya Mersikel alias jalan kaki.. 😀

Jarang-jarang bisa mlaku-mlaku bareng di Malioboro. Bisa foto-foto pula di bawah tulisan jalan Malioboro walaupun harus pke acara nyabotase tempat dulu saking ramainya pengunjung yang pengen foto di tempat itu.

1467247_1437697169776090_1601824364_n

“Jauh nggak sih, Pak?”
“Nggak.. deket kok. Di situ lho.. habis nyebrang rel sepur, sudah sampai di KR” kata penunjuk jalan kami.
“Nyebrang rel sepurnya lewat mana, Pak?”
“Ya lewat sini. Gini lho.. (sambil mendemokan mbrobos diantara celah-celah pagar palang kereta api yang memang bisa dilalui manusia tapi syaratnya harus memaksa ngecilin perut dulu, terutama yang punya bodi melar)

Begitu dilalui:
Saya, aman.
Idah, aman.
Pak Nuzulul, aman (sudah biasa berbuat begitu, keknya)
Mimi, aman, walau dengan sedikit pemaksaan.
Pakde, aman juga meskipun harus ngumpulin keringat dulu.
Mas Rinaldi, antara aman dan tidak secara bodi depan dan belakangnya melar berisi. Bodi belakang berisi ransel, bodi depan berisi.. hmm perut hihi..

“Jamput.. jamput.. mau pergi makan aja soro. Baru kali ini aku pergi makan harus keringatan dulu..” kata Pakde sambil nyeka keringat yang kemudian disambut tertawa ngakak oleh seluruh peserta kopdar yang berada di zona aman.

“Masih, jauh Pak?”
“Nggaaak.. itu lho didepan sudah KR..” sambil nunjuk-nunjuk dengan yakinnya
“Wes ta lah, Nduuk.. ikuti saja. begini ini kalau orang ndeso jadi penunjuk jalan, wes mlaku telungkilo tapi ngomonge dari tadi dekaaat terus…” (sudah jalan 3 kilo tapi bilangnya dari tadi dekat terus)

Setelah jalan dengan penuh liku (baca=terseyek-seyek), dengan keringat yang gak terima kalau dibilang sejagung-jagung, sampailah kami di angkringan Kedaulatan Rakyat.

Gak salah juga sih kalau Pak Nuzulul bilang nggak jauh, emang nggak jauh kok. Maksudnya nggak jauh kalau perginya naik peta. Lha.. gak jauh gimana, wong mlaku dari Jl. Dagen ke KR..

Pelajaran moral paling penting yang didapat kalau jalan sama orang yang ngerti daerah sedangkan kita sendiri nggak tau adalah jangan percaya ucapannya. Yang akhirnya malah membuat kita harus bersusah payah mengeluarkan jagung dari keringat hihi.. eh kliru, keringat sebesar jagung haha..

1451383_1437697193109421_363697072_n

Dhani jadi juri Indonesian Idol lagi

Audisi Indonesian Idol ada lagi..

Beda dengan tahun kemarin juri tahun ini bukan lagi Agnes Monica dan Rossa tapi Titi DJ dan Tantri Kotak. Juri lainnya masih sama, Anang dan Ahmad Dhani.

Untuk Anang jangan ditanya lah ya, sejak awal Indonesian Idol Anang sudah jadi juri utamanya. Tapi keberadaan Ahmad Dhani itu lho yang bikin acara ini jadi agak berbeda. Sejak didaulatnya Dhani menjadi juri, suasananya jadi semarak.

Menurut saya lho ya..ini menurut saya.. sejak dijuri oleh Dhani, acara Indonesian Idol sudah gak terlihat sangar lagi. memang sih kadang-kadang ucapan Dhani itu kasar, tapi gimana ya.. emang begitu sih adanya dan menurut saya ucapan Dhani itu membangun. Dibandingkan dengan juri-juri lama dulu, ngomongnya malah kasar banget. Kesannya malah menjerumuskan mental. Termasuk Anang.

Tapi bukan kasar lembutnya ucapan juri yang mau saya tulis disini, soalnya sering jadi kontroversi sih.. suka ada pro kontra. Ini hanya tentang peserta audisi dan guyonan juri yang satu sama lain suka ledek-ledekan.

Juri Indonesian Idol 2014. Foto dari merdeka.com
Juri Indonesian Idol 2014. Foto dari merdeka.com

Kita tau bahwa jumlah peserta audisi itu ribuan. Dari ribuan itu gak semua punya suara bagus dan bisa nyanyi dengan baik. Bisa saja mereka yang punya suara pas-pasan sengaja daftar di Idol supaya bisa ketemu sama jurinya. Syukur-syukur bisa salaman dan foto bareng. Namanya juga ketemu idola jadi apapun caranya akan dilakukan. Lumayan kan bisa tatapan langsung dan salaman secara personal, ketimbang ketemu dipanggung waktu konser. Desak-desakan pasti, salaman belum tentu.

Walau dia sebetulnya tau kemampuannya pas-pasan tapi demi nyanyi didepan idola mereka akan tampil habis-habisan. Ada yang gayanya lucu. Ada yang suaranya kayak (maaf) cempreng. Dan banyak yang pokoknya nggak banget deh penampilannya. Unik, lucu, seru dan menghibur.. ketimbang nonton YKS yang pke sesi oles-olesan cairan warna.. atau nonton Suka-suka Uya yang jam tayangnya kelihatan banget klo ngejar rating.. atau malah nonton Tukang Bubur Naik Haji yang hingga episode ke 1000 belum juga turun ke bumi.. mendingan nonton audisi ini. Guyonannya renyah.. penampilannya segar. Bukan maksud mau ngetawain sih cuma kadang-kadang juri dan peserta itu sama-sama kocak.. orang Surabaya nyebutinnya koplak..

Seperti tayangan audisi tadi malam misalnya. Audisi yang diadakan di kota Bandung itu rata-rata mengaku mengidolakan Dhani. Mereka dengan yakinnya akan bernyanyi bagus supaya Dhani memberi kata yes untuknya. Kenapa harus Dhani, sih.. disitu kan ada Anang juga.. sampai-sampai ada lho yang saking ngefansnya sama Dhani dia disuruh nyanyi sampai 10 lagu. Gitu ya dijabanin..

Dan yang paling saya suka adalah penampilan peserta yang munculnya terakhir di hari pertama. Cewek, berambut pendek, poninya sedikit menutupi mata. Tampil sambil bawa gitar, mengaku nyanyi lagu ciptaan sendiri. Asik gitu dilihatnya. Mungkin karena giginya gingsul jadi pas nyanyi kelihatan manis. Suaranya gak vibra-vibra banget tapi waktu nyanyi itu santai, nggak terlalu ngoyo. Lagunya enak didengar. Mirip-mirip lagu ciptaannya Melly Goeslow.

Selesai nyanyi, Titi DJ dan Anang langsung bilang yes. Titi terkesan dengan lagunya yang katanya lucu. Malahan Anang ngasih penawaran supaya ikut ke manajemennya tapi syaratnya nggak boleh ikut Indonesian Idol. Peluang besar kan sebenernya.. tapi sayang dia nolak sambil nahan air mata saking surprisenya..

Trus Dhani bilang sambil ketawa-ketawa: “Kalau saya yang nawari, dia pasti mau..”..

Eh beneran ditawari Dhani dia mau.. Anang sampai gak bisa bilang apa-apa..

Entah serius entah nggak ya tapi kalau mendengar penawaran seperti itu siapa sih yang nggak mupeng. Paling tidak kemampuannya sudah dilirik oleh produser.

Dan mengenai Dhani walau saya nggak ngefans banget sama dia tapi kalau sudah dengar dia ngomong saya suka ngakak. Bicaranya santai tapi kedengar ces pleng. Apalagi kalau sudah pke logat Surabaya.. ledek-ledekan sama Anang.. pasti seru.. dan kalau boleh bilang saya lebih suka kolaborasi juri tahun lalu yang sama Agnes Monica, kelihatan kompak.

Ke Jakarta gratis bersama Daihatsu

Minggu lalu saya dari Jakarta. 2 hari sih, cuma. Tapi begitu spesial buat saya. Sebab saya perginya  gratisan. Sama sekali gak ngeluarin duit sepeserpun! Iya, beneran gratis. Tanpa syarat dan ketentuan berlaku!

Kok bisa?

Ya bisa dong, blogger gitu loh 😀

Makin istimewa lagi semenjak dari berangkat sampai di Jakarta saya diperlakukan seperti orang penting. Kapan lagi bisa begini, kalau nggak jadi blogger gak mungkin bisa begini hihi *minta dijitak*

Percaya nggak *kalau percaya anggap kalimat ini nggak penting* saya ke Jakartanya naik pesawat lho. Maskapainya keren lagi, pke Garuda boo.. hmm.. oke kayaknya saya terlalu lebai nulisnya. Tapi gimana ya.. saya pengennya begitu sih. Pengen membuktikan kepada khalayak bahwa jadi blogger itu banyak banget untungnya. Modalnya cuma rajin nulis, dan rajin ikut kontes! 😀

Konon teman seperjalanan saya sempat bisik-bisik bahwa tiket pesawat kalau akhir pekan itu mahal. Apalagi bulan Desember seperti ini. Sebelum berangkat dia juga sempat ngecek, kalau di duitin nominal PPnya mencapai 2 juta rupiah lebih. Glek!

Harusnya ya ketika mendengar kata dua juta saya langsung bahagia karena bisa merasakan naik pesawat mahal. Tapi kenapa tiba-tiba saya merasa agak-agak gimana gitu. Apalagi melihat jadwal kepulangannya tertera tgl 15 Desember jam 12.30.

Andaikan saja.. ini andai lho ya.. penyelenggara mengerti posisi saya, berharap sih mereka ngasih a duit cash aja. Alasan pentingnya supaya saya bisa memundurkan  jadwal kepulangan barang sehari atau 2 hari supaya saya bisa bergabung bersama teman-teman Dblogger ke Sentul nonton Ultah Transmedia 12 hihi..

Abaikan paragraf di atas..

Sesuai janji awalnya, penyelenggara mengundang saya ke Jakarta dengan embel-embel transport dan akomodasi ditanggung. Sampai-sampai air port tax bandara aja saya gak bayar lho! Gak tau sudah pelayanan maskapai atau sudah di include kan ke harga tiket sehingga waktu cek ini petugas sudah gak minta bayar lagi.

Sesampai di bandara Cengkareng, bak bidadari turun dari langit, saya langsung disamperin sama panitia penyelenggara lalu digiring ke Lounge Garuda. Di lounge itu saya diminta makan sepuasnya sambil menunggu teman-teman lain yang belum datang. Dari sini aja saya merasa panitia ini baik banget.

Oya lupa, saya belum bilang ya dalam rangka apa saya jalan-jalan ke Jakarta dengan biaya ditanggung. Ceritanya saya terpilih menjadi finalis lomba blog Daihatsu Terios yang diselenggarakan oleh Viva Log. Total Blogger yang diundang ada 26 orang dari seluruh Indonesia, salah duanya saya dan Fika Wardatul, perwakilan dari Jawa Timur. Di Jakarta inilah seluruh undangan di ajak menghadiri Pesta Sahabat Daihatsu sekaligus malam puncak penganugerahan hadiah lomba.

Ternyata undangan yang hadir bukan26 blogger saja, total undangan ada 430-an orang yang terdiri dari Kepala Sekolah SMK & Dinas Pendidikan, Ibu-ibu Posyandu, Konservasi Penyu, Journalist Competition, Daihatsu Blogger, Sales Force Eco Driving, Daihatsu Everywhere, Daihatsu Club, dan rekan media. Kesemuanya berkumpul jadi satu di XXI Ballroom, Djakarta Thatre Building, Jl. M.H. Thamrin.

Kok banyak banget?

Awalnya juga begitu. Dan setelah dijelaskan, ternyata para undangan itu juga para finalis lomba yang diadakan sebagai bagian dari program CSR nya Daihatsu yang seperti taglinenya ingin menjadi sahabat masyarakat.

Malam puncak itu suasananya seperti malam penganugerahan yang di lihat di TV-TV. Walaupun saya belum pernah nonton langsung acara seperti ini tapi rasanya kurang lebih sama lah seperti nonton di TV. Secara saya kan duduknya di kursi nomer 2 dari belakang bersama teman-teman blogger lainnya jadi ya gak bisa lihat langsung muka artis-artis itu. Hanya bisa menikmati dari layar LCD aja. Kalaupun foto juga begitu, cuma bisa foto mukanya aja dilayar. Kecuali suara ya, karena ruangannya ada peredamnya, jadi suaranya kencang menggelegar.

Dari keseluruhan penampilan bintang tamu, ada beberapa catatan nyata yang saya dapat, yaitu:

  1. Gaya bicara Ayu Dewi itu sama persis dengan ketika dia tampil di TV. Ceplas-ceplos, dan suka plesetin nama atau gaya seseorang.
  2. Penampilan Cheerleader anak-anak nya keren banget. Cara bangun piramidnya kompak dan pintar menjaga keseimbangan. Asli, penampilan mereka sungguh memukau..
  3. Paduan suara anak-anaknya juga nyaring dan empuk. Enak aja didengar.
  4. Baru tau ada nama grup band The Dance Company yang personilnya Nugie, Baim, Pongki, dan Ariyo Wahab.
  5. Baru tau juga ternyata Pongki itu kalau ngomong kocak. Dan Baim itu bukan orang pendiam.

Dan hasil penganugeraha itu.. selamat saya mendapat sebuah Daihatsu Ayla!! Dalam bentuk mobil-mobilan.. hihi..

Terima kasih Daihatsu telah memfasilitasi semuanya..

Resensi buku: Menciptakan Keajaiban Finansial

1239888_553473268052405_1516321634_n

Judul: Menciptakan Keajaiban Finansial
Penulis: Innuri Sulamono
Penerbit: Indah Setya Malang
Tahun Terbit: Cetakan 1, Maret 2013
ISBN: 978-602-17304-1-6
Jumlah halaman: 237 halaman
Ukuran Buku: 12 x 18 cm
Harga: Rp. 50.000

Persoalan finansial merupakan persoalan kompleks yang dialami semua umat di muka bumi ini. Bisa dibilang finansial ini sudah menjadi persoalan utama dalam menjalani kehidupan. Bak roda berputar kadang diatas kadang di bawah.

Sering ditemui sikap sawang sinawang. Menganggap orang lain selalu berada dalam kesuksesan dengan gelimangan harta benda. Tapi kita tidak tau bahwa sebenarnya di balik kesuksesan itu semua terdapat unsur-unsur yang menyelimuti kemewahan itu sendiri. Entah itu hasil usaha, rejeki atau bahkan ujian.

Seperti yang ditulis Innuri Sulasmono dalam buku Menciptakan Keajaiban Finansal ini. Secara sekilas judulnya seolah berisi tentang tips dan trik menyiasati persoalan finansial dengan bab-bab yang berat ala diktat sekolah. Tapi ternyata, di dalam buku itu Innuri malah menceritakan pengalaman pahit manis yang berhubungan dengan keuangan pribadinya beserta cara penyelesaiannya.

Sangat menghentak kalbu. Tidak seperti bahasan ala pakar ekonomi dengan teori-teori rumit, cara Innuri menyelesaikan masalah keuangan yang membelit keluarga dan usahanya sungguh diluar dugaan. Keyakinannya kepada Allah SWT menjadikan Innuri memasrahkan semuanya kepada Sang Pemilik Segalanya.

Dalam satu kisah, Innuri menceritakan saat terbelit hutang senilai ratusan juta rupiah. Di tambah gaji karyawan yang sudah nunggak dan harus segera dibayarkan. Bukan mencari pinjaman ke sana sini sebagai tambal sulam Innuri memilih memasrahkan semuanya kepada Sang Pencipta sambil kembali menjalani aktivitas sehari-hari tanpa terbebani persoalan yang sedang membelitnya. Memang susah apalagi itu soal hutang dan harus segera diselesaikan. Bagi yang keyakinannya kurang, pasrah saja tidak cukup. Tak jarang manusia lebih memilih jalan pintas dengan mencari lubang yang lebih besar untuk menututpi lubang-lubang kecil yang telah menggurita. Sebab menumbuhkan keyakinan dalam diri akan kebesaran Allah tak semudah ketika kita mengucapkan kata-kata. Namun Innuri melakukannya dengan cara lain. Bersama para karyawannya, Innuri mengajak mereka untuk berdoa bersama-sama agar persoalan-persoalan itu segera dimudahkan.

Ya Allah , aku sungguh tidak sanggup menyelesaikan hutangku, tapi Engkau bisa. Aku pasrahkan semua hutangku padaMu, terserah bagaimana Engkau menyelesaikannya, biarkan aku bersenang senang dengan banyak mensyukuri nikmatMu dan ijinkan aku berbuat kebaikan karenaMu.

Rangkaian doa yang menyejukkan. Pilihan katanya sangat sederhana namun mengandung kepasrahan yang amat dalam.

Di saat-saat sulit terkadang kita lupa bahwa ada Allah yang akan membantu kesulitan kita. Kadang kita juga lupa bahwa memasrahkan diri kepada Allah adalah langkah terbaik yang ditempuh dibanding menyelesaikan dengan kekuatan dan akal kita sendiri.

Ingatlah, bila kita merasa bahwa kita bisa menyelesaikan hutang-hutang kita (atau persoalan apa saja) dengan usaha kita, itu merupakan kesombongan yang halus sekali. Jadi kita harus mengakui kelemahan diri kita dihadapan Allah, lalu serahkan hutang/persoalan kita itu kepadaNya, biar Allah yang menangani dengan caraNya.

Yang paling penting disini adalah Ridho Allah. Sesulit apapun hidup kita jika kita pasrah dan Allah meridhoi maka kita pun akan ringan menjalaninya. Sebab Ridho Allah yang menjawab segala kesulitan kita.

Buku ini kaya kandungan hikmah. Terdiri dari 32 judul yang dibagi dalam 5 bab. Antara lain: Terlepas dari jerat hutang, Keajaiban finansial, Berbuat kebaikan, Kisah inspirasi dan Renungan. Kesemuanya dipaparkan oleh Innuri dengan rangkaian kalimat ringan tanpa kesan menggurui. Bahasanya mengalir saja dengan apa adanya seperti seseorang yang telah mengalami perjalanan sulit lalu kemudian berhasil sampai akhir. Dan Innuri menuliskan dengan detail apa-apa yang telah dilakukannya hingga berhasil menuju sampai Ia mendapatkan seperti apa yang diharapkan. Tak berhenti sampai disitu, Innuri juga menuliskan bagaimana cara membangkitkan kembali usaha yang sudah terpuruk demi mencari peluang-peluang yang bisa menghasilkan pemasukan.

Sangat menggugah. Buku ini wajib dibaca bagi siapa saja yang menginginkan kesejukan hati agar senantiasa dekat kepada Allah. Ada banyak pemikiran-pemikiran dari seorang Innuri yang mengilhami dan menginspirasi banyak orang agar selalu berpikir positif atas apa yang sedang dialami sehingga nantinya kita bisa mendapatkan kesimpulan sendiri atas pelajaran hidup yang barus saja dialami.

Joglo Abang bergoyang #BN2013

Blogger Om-Om bergoyang menikmati irama musik dangdut :D
Blogger Om-Om bergoyang menikmati irama musik dangdut 😀

1451467_1437673859778421_4111241_n

Ada macam-macam ekspresi blogger pada kopdar Blogger Nusantara 2013. Salah satunya ekspresi Blogger Om-om satu ini. Lihatlah betapa enjoynya Om NH ketika bergoyang, Aselolee icik-cicik ehem..

Ekspresi ini dijepret suami saya saat semua blogger naik ke panggung untuk berjoget bersama, namun entah mengapa Om NH lebih memilih joget dibawah panggung 😀