Pengalaman Ke Poli Kandungan RS Haji Surabaya

Pengalaman ke Poli Kandungan RS Haji Surabaya

Pengalaman menjadi pasien RS Haji Surabaya tujuan saya ke Poli Kandungan, dan di sinilah pertama kali nama saya tercatat di Rumah Sakit serta mengantongi kartu berobatnya. Memilih RSUD Haji awalnya keputusan sulit mengingat Rumah Sakit ini levelnya Provinsi, belum-belum saya sudah membayangkan akan lamanya pelayanan, wajah perawat yang judes, juga antriannya yang pasti panjang.

“Pilih mana, RS Unair, RS Haji, RS Soewandhi?” tanya bidan Puskesmas ketika akan membuat surat rujukan untuk saya

“Ke Pura Raharja, boleh?” tawar saya.

“Boleh saja, tetapi harus siap biaya sendiri lho ya jika ada layanan berbayar seperti tes lab dan lain-lain..”

“… di Unair, Haji, dan Soewandhi semuanya gratis, tidak ada biaya lain-lain semisal ada cek lab” jelas bidan lagi.

Pernyataan itu membuat saya kembali berpikir. Di satu sisi saya ingin ke RS kecil yang relatif sepi.

Setelah diskusi dengan suami saya putuskan pilih RS Haji dengan pertimbangan lokasi paling dekat dan kelasnya paling tinggi.

Pengalaman Ke Poli Kandungan RS Haji Surabaya

Sedikit cerita, saya dirujuk ke poli kandungan gara-gara iseng daftar tes IVA di Puskesmas. Sebelum tes saya katakan kalau saya belum haid 2 bulan. Mendengar itu bidan langsung menyuruh saya ke laboratorium untuk tes urine. Setelah hasilnya keluar, yang ternyata negatif, saya dirujuk ke Rumah Sakit.

Hari itu juga saya ke RS Haji untuk mencari tau sistem antrian poli. Berharap bisa mendapatkan nomor antrian sekalian. Hari Sabtu suasana RS begitu sepi. Parkiran motor juga tampak lengang. Di meja resepsionis saya baru tau ternyata layanan poli tutup. Ouwh..

Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya saya putuskan kembali ke RS Haji seminggu kemudian. Kami berangkat jam 7.30. Sengaja tidak pergi pagi-pagi banget karena info yang saya dapat jam layanan RS baru dimulai pukul 7 pagi.

Berbekal KTP dan Surat Rujukan saya menuju loket pendaftaran yang lokasinya di dalam, tepatnya ruangan kedua setelah lobi dan meja informasi. Kepada petugas penjaga mesin antrian saya katakan, “pasien baru”, selanjutnya Ia memberi saya selembar nomor antrian, “Ambil formulir dulu di sana, diisi, kemudian tunggu panggilan di loket E, ya” jelas lelaki berusia sekitar 50 tahunan. Saya mengangguk lantas mengikuti instruksinya.

Ada secercah kepuasan, baru langkah awal respon yang saya dapat lumayan menyenangkan.

Saya mendapat nomor antrian E 16. Setelah mengisi formulir, saya menuju loket E dan menunggu sambil berdiri. Ada beberapa bangku kosong namun sengaja tidak saya ambil untuk memberi kesempatan para lansia duduk. Selang 25 menit, giliran nomer saya maju.

Petugas laki-laki kisaran 45 tahunan menerima saya dengan tersenyum. “Sudah pernah ke sini sebelumnya?” tanyanya.

Saya jawab singkat, “Belum”. Sambil menyerahkan KTP dan Surat Rujukan.

Sekitar 5-7 menit saya menunggu petugas mengetik sesuatu di komputernya. Saya lalu diminta finger print jempol kanan 5 kali dan jempol kiri 5 kali. Di akhir tahapan, petugas menyerahkan kartu berobat atas nama saya serta mengembalikan KTP dan berkas lainnya.

“Silakan langsung ke Poli Kandungan di lantai 3”. Wajahnya tetap dalam keramahan. Gak ada angker-angkernya sama sekali.

Biasanya wanita ke poli kandungan untuk cek kehamilan, nah di RS Haji ini klinik kandungan terbagi 2, klinik khusus hamil dan klinik khusus periksa kandungan. Oleh petugas loket E saya sempat ditanya, sedang hamil atau tidak? Kemudian saya diarahkan ke jalur yang semestinya. Tidak sampai salah masuk antrian poli.

Hari itu pasien RS Haji banyak betul. Bersyukurnya di Poli kandungan pasiennya sekitar 10-15 orang saja. Tiap pasien yang datang di screening satu persatu mulai usia berapa mulai haid, kapan terakhir haid, haidnya nyeri atau tidak, dan lain sebagainya termasuk cek tekanan darah, BB, dan TBnya.

Suasana Poli Kandungan RS Haji: Lantai 3

Tidak sulit menuju poli kandungan. Keluar dari lift, ruangannya berada di depan mata. Saya langsung menuju meja klinik untuk pendaftaran poli.

Di sana saya di terima oleh beberapa mahasiswa. Ada yang cekatan melakukan tensi, ada yang melakukan screening berikut keluhan apa yang saya rasakan. Kurang lebih 15 menit wawancara, saya diminta duduk kembali sembari menunggu panggilan selanjutnya.

Saya perhatikan sekeliling, sepertinya pendaftaran poli diserahkan kepada mahasiswa magang kedokteran/kebidanan, sementara perawat/bidan poli RS Haji yang terdiri dari Ibu-Ibu aktif memberikan edukasi pasien yang sedang menunggu. Walau begitu mereka tak semena-mena melepaskan mahasiswa, dalam beberapa kesempatan para PNS itu tetap ikut sibuk melayani pasien.

Selang 45 menit kemudian nama saya dipanggil ke ruangan dokter. Memang agak lama, tetapi saya maklum. Pasiennya tidak banyak, tetapi 1 pasien yang masuk ke ruangan dokter durasinya lumayan lama, bisa 10-15 menit.

Dokter praktek Senin itu adalah dr. Dwinanto Ananda Muttaqin, Sp.OG. Namanya terpampang di papan yang nempel di dinding. Pak dokter bersuara kalem menanyakan detail riwayat haid saya lalu memberi penjelasan panjang lebar, dan gamblang. Dokternya baik, sabar, hingga tak sadar kalau saya banyak tanya dan menghabiskan puluhan menit durasi. Selanjutnya dokter merekomendasikan tes lab mikro. Belakangan saya ketahui ternyata beliau ada jadwal praktek di RS Pura Raharja. Beliau juga menjadi salah satu Nakes Haji 2024 *Iseng browsing nama dokter akhirnya terbawa sampai ke IG Pak Dokter* hehe..

Wuah, puas banget dengan layanan Rumah Sakit Haji Surabaya. Meskipun pegawai dan dokter semuanya PNS tetapi layanannya layak diacungi jempol. Petugasnya ramah-ramah, murah senyum, dan gak pelit info. Benar kata petugas Puskesmas, layanan berobat di RS Haji Gratis semua, bahkan pembuatan kartu berobat pun tak dikenakan biaya sama sekali.

Miniatur Ka’bah di Asrama Haji Surabaya

2 jam Menunggu Obat

Petugas Laboratorium di lantai 4 tak kalah sabarnya. Mulai dari loket hingga bidan yang mengambil sampling semua melayani saya dengan sangat baik. Saluut pokoknya!

Giliran mengambil obat agak ketar-ketir. Masalahnya saya mendapat nomer antrian 241, sedangkan nomer yang sedang berjalan masih 100-an.

Di tengah duduk menunggu, saya tinggal antrian obat itu ke Masjid Asrama Haji untuk Sholat Dhuhur. Untuk mengulur waktu, saya keliling di sekitaran miniatur Ka’bah sambil foto-foto dan berdoa semoga suatu saat Allah memanggil kami beribadah ke Tanah Suci, Aamiiin Allahumma Aamiiin.

Balik dari Masjid, 30 menit kemudian nama saya dipanggil. Walau panjang, menurut saya antriannya bisa ditolerir. Depo Farmasi RS Haji memang keren. Ada petugas bagian memanggil pasien, ada juga yang menyerahkan obat sambil menjelaskan cara konsumsi obat. Mereka hilir mudik tapi kerjanya tetap rapi. Ratusan paket obat yang dibungkus dalam plastik tampak menggunung di belakang sana.

Obat saya sendiri hanya 3 macam. Walaupun saya puas dan senang dengan layanan Rumah Sakit Haji Surabaya, namun saya berharap cukup sekali saja saya berobat ke mari.

Begitulah Pengalaman ke Poli Kandungan RS Haji Surabaya yang saya alami. Saya harap Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Jawa Timur type B ini mempertahankan layanannya sampai kapan pun. Bravo RS Haji Surabaya!

You Might Also Like

Leave a Reply