Serunya Menjadi Pelayan di Game Restoran Online. Gratis, Mainnya via Website!
Ngegame menjadi rutinitas wajib saya sehari-hari. Dalam kondisi banyak pekerjaan sekalipun, pasti menyempatkan waktu untuk main game di HP. Ada sensasi seru saat…
Kategori ini memuat tulisan segala macam review buku dan film
Ngegame menjadi rutinitas wajib saya sehari-hari. Dalam kondisi banyak pekerjaan sekalipun, pasti menyempatkan waktu untuk main game di HP. Ada sensasi seru saat…
Video Norman Kamaru joget Chaiyya-Chaiyya tiba-tiba mencuat lagi di linimassa. Diam-diam saya mengapresiasi kelakukan netizen yang masih menyimpan video yang dulu sempat viral…
“Agamanya apa, Mbah?”
“Kejawen, Manunggaling Kawula Gusti”
“Waduh, agama Kejawen ndak ada, Mbah. Saya tulis Islam mawon, nggih”
“Lho ya, jangan. Saya ndak pernah sholat kok”
“Ya sudah, saya tulis Kristen aja gimana, Mbah? Atau Katholik?… Konghucu, Konghucu?”
“Ya jangaaaan…”
Perdebatan pengisian agama di Kartu Penduduk antara pegawai kecamatan dengan salah satu warga bernama Mbah Karsono menjadi pelik. Inisiatif Pemerintahan membuat Kartu Sehat Lansia rupanya memicu masalah, terutama kepemilikan KTP. Hanya karena tidak ada pilihan keyakinan di formulir pembuatan KTP, menciptakan diskusi warga di kampung tempat tinggal Mbah Karsono. Satu persatu warga terlibat dalam pertanyaan rumit. Mbak Nung, Pak RT, Pak Harso, selaku Ketua Badan Musyawarah Warga, Mbak Sumirah, Joni, Bude Narti, mbak Sri Kribo, … berkumpul di rumah Mbah Karsono untuk mendapatkan solusi yang baik.
Sekuel film pendek berjudul KTP merupakan satu dari sekian film lokal yang menarik minat saya. Idenya sederhana, muatan budaya lokalnya sangat kerasa hingga tak bosen ditonton berkali-kali
Saya penyuka film dan drama apa saja, asal genrenya jangan fantasi. Ketika diluar sana semua orang mengagumi Goblin, saya malah nyerah di episode 2. Otak saya gak nyambung sama sekali. Mendingan suguhin sekalian tontonan yang membuat emosi memuncak seperti The Penthouse atau The World of the Married.
Kekuatan karakter pemain juga jadi alasan saya menyukai drama atau film tersebut. Sebut saja Ji Chang Wook dengan adegan laganya yang memukau, Burak Ozcivit aktor Turki yang selalu berperan bijak dan nggemesin, Siti Fauziah Bu Tejo yang sukses berperan menjadi Bu Kades di serial Tilik
Bermula dari film pendek berjudul Tilik, saya makin kesengsem dengan serial lokal. Alurnya mudah dipahami, konfliknya membumi. Yang bikin saya makin terkesan, dalam tontonan lokal banyak saya temukan dialog dan adegan khas sehari-hari yang disampaikan dengan cara tak biasa.
Sebetulnya saya sering nonton drama Indosiar. Beberapa judul menarik kok ditonton. Cumaa yang bikin jengah alurnya mudah ketebak. Muter aja di tema perselingkuhan dan rebutan harta. Sejak dulu sampai sekarang tema itu sudah biasa, tapi mbokya yang bikin naskah kreatif dikit gitu loh. Gimana, kek, supaya lebih berbobot dan punya kualitas. Setidaknya bikin tayangan yang masuk akal
Sampai saat ini tayangan yang sangat masuk akal dan bisa saya terima keberadaannya adalah film dan drama lokal Indonesia. Banyak film Indonesia bagus-bagus, dan beberapa saja yang favorit hingga ditonton berkali-kali.
Layangan Putus tayang di aplikasi WedTV dan sempat viral karena konon diangkat dari kisah nyata yang ditulis seseorang di media sosial yan menceritakan masalah rumah tangganya. Karena ramai, MD Entertainment mengangkatnya menjadi serial drama. Pemilihan peran utamanya juga OKE punya. Saya sempat mengagumi sosok Putri Marino yang kalau lagi marah ekspresinya keren. Juga Anya Geraldine yang cocok pegang peran antagonis. Buat Reza Rahardian, menurut saya B aja, tidak ada yang spesial
Sukses tayang sebagai film pendek, Tilik ditayangkan ulang menjadi serial di WeTV. Sebanyak 8 episode, serial Tilik dibalut dengan konflik yang keras hingga mengancam rumah tangga Bu Tejo dan Pak Tejo.
Salut dengan kesabaran Bu Tejo yang walaupun cerewet ternyata adalah sosok istri yang dalam kondisi apapun tetap menjaga nama baik suaminya. Perseteruan pemilihan Kepala Desa diangkat sebagai ide utama serial ini.
Bagi saya, serial Tilik merupakan lanjutan dari film pendek Tilik itu sendiri. Kalau di film kita diajak nonton orang berghibah, sementara di serialnya kita diajak nonton hasil ghibahan di atas truk
Pemean merupakan film pendek yang tayang di YouTube. Pemean dalam bahasa Indonesia berarti jemuran merupakan aktivitas Ibu-ibu di kampung. Sambil sama-sama njemur terlibat obrolan antara Dek Asih dan Mbak Sumirah.
Mbak Sum (Mbak Sumirah) adalah sosok yang suka pamer. Segala apapun dipamerkan kepada Dek Asih seperti baju, celana dalam, hingga perkakas rumah dan kendaraan. Lucunya Dek Asih sebagai lawan bicara berlaku sebagai pendengar, kadang-kadang merespon seolah-olah terpukau walau aslinya ingin menertawakan kekonyolan Mbak Sum
Film berdurasi 11 menit menurut saya sukses penonton terhibur. Seandainya diangkat jadi serial seperti Tilik mungkin lebih bagus lagi.
Ingin nonton film Pemean? Cari aja di YouTube. Obrolannya menggunakan bahasa Jawa, ya.
Saya baru ingat ternyata selain drama lokal Indonesia, saya pernah nonton ulang beberapa drama dari luar negeri seperti India, Turki, dan Korea.
Pada masanya, saya sangat menyukai serial Jodha Akbar. Episodenya panjang, sampai lima ratusan, tapi saya sukses menyelesaikannya 2 kali. Saya masih ingat waktu itu bulan puasa, ANTV menayangkan Jodha Akbar jam 2 pagi hingga Shubuh. Tentu saja membuat saya semangat bangun sahur.
Konflik antara Jodha dan Jalal sepertinya tak pernah usai. Selesai satu masalah, datang lagi masalah yang lainnya. Satu tokoh meninggal, datang lagi tokoh baru lainnya. Tapi kok ya saya gak bosen nontonnya, hehe
Abad Kejayaan menjadi serial favorit saya. Tiap episode durasinya panjang, satu jam lebih. Karakternya kuat, konfliknya hebat, dan alurnya cermat. Saya suka serial ini karena bisa menikmati bangunan Istana Topkapi, destinasi impian saya di Turki
Dari drama ini saya banyak belajar kebudayaan Turki termasuk hubungan antar orang muslim sekaligus bagaimana menghargai seorang pemimpin. Muatan sejarahnya juga bagus, saya jadi tau suasana perang Turki Utsmani dan negara Eropa
Banyak drama Korea yang saya tonton, namun tak ada satupun yang saya tonton berulang sekalipun tarafnya suka banget. Tapi ada film Korea yang sudah saya tonton berkali-kali yaitu Fabricated City.
Hayo kenapa bisa begitu?
Soalnya yang main Mas Ji Chang Wook, hehe
Berkisah tentang seorang gamers pengangguran yang terlibat kasus pembunuhan. Sudah jadi ciri khas Ji Chang Wook yang laganya gak kaleng-kaleng, Ia bisa menakhlukkan lawannya dengan bantuan teman-teman Gamersnya.
Adegan awal kita diajak menikmati permainan game kelompok yang dipimpin oleh Kwon Yoo (Ji Chang Wook) yang sedang membantu anggotanya kuwalahan menyerang musuh. Di dunia nyata, justru Kwon Yoo dibantu anggotanya menyelamatkan diri dan membuktikan bahwa dirinya bukan pembunuh dan bukan pihak yang bersalah
6 Film Favorit Dari Lokal sampai Luar Negeri yang Wajib Ditonton akan menemani teman-teman menghabiskan waktu akhir pekan. Saran saya tonton film pendek lokal yang bertaburan di YouTube. Selain gratis, alur dan idenya menarik, kualitasnya tak kalah dengan drama TV sebelah. Nonton film pendek lokal menambah pengetahuan budaya Indonesia khususnya Jawa. Pemainnya asli orang Jawa sehingga logatnya natural tidak dimedhok-medhokkan. Selamat menonton!
12 Agustus 2023 mendatang gelaran Liga Utama Inggris akan bergulir. Jadwal pertandingannya pun telah dirilis. Selama 38 pekan kedepan, masyarakat dapat menyaksikan siaran…
Ternyata menjadi Bos Warung Kopi nggak mudah, lho! Game simulasi Coffee Shop mengajarkan saya bagaimana mengelola sebuah WarKop dari yang modalnya minim, menjadi…
Akhir pekan yang sibuk. Seharian saya di GOR Delta mengikuti keseruan Smartfren WOW 100% Untuk Indonesia di Sidoarjo. Acaranya komplit. Dari Olahraga, pesta…
First Autonomous Vehicle at Green Office Park, BSD City, untuk kedua kalinya diuji cobakan sejak 27 Agustus 2022 hingga 5 Januari mendatang. Selama…