Ini lho 3030 yang Spektakuler itu..

Apa yang terjadi jika sebuah pertunjukan Laser dipadu dengan 3D Mapping dan hologram yang dibumbui Dance, Comedy serta Fashion yang dibalut dengan Teknologi luar biasa?

Hanya satu kata jawabannya, SPEKTAKULER!!

Dan semuanya ada di Pertunjukan bertajuk 3030.

Seperti yang telah saya posting sebelumnya, untuk menikmati event Spektakuler 3030, pengunjung hanya diminta menunjukkan follow akun @3030Surabaya. Dan pada hari Sabtu kemarin saya berhasil menjadi salah satu orang yang menikmati dengan mata kepala sendiri bagaimana uniknya pertunjukan ini.

Yes, mata kepala saya sendiri tanpa tedeng aling-aling lensa kamera atau apapun. Meskipun sebelumnya saya sudah menyiapkan semua peralatan perang itu, nyatanya begitu sampai didalam lokasi, ketika mau mengambil foto, eh lhadalah memory card dikamera kosong, alias ketinggalan dirumah. Woah nangis Bombay…

Oke tidak apa-apa. Demi sebuah pertunjukan saya harus konsisten menikmati semuanya tanpa harus terganggu oleh apapun walau sebenarnya tangan ini sungguh gatal dan jantung berdebar-debar saking gemasnya karena tidak bisa mendokumentasikan sesuatu yang fenomenal dihadapan saya. Percuma saja melotot tajam ke kamera kalau ternyata keberadaannya hanya sebagai pajangan belaka.  Ibarat jalan dihutan sambil gendong-gendong jerigen air  berisi 10 liter dan begitu sampai ternyata yang saya tuju adalah sumber air terjun yang airnya jernih dan dingin! Huh menyebalkan!

Adalah Satria dan Triana, 2 prajurit terbaik Tahun 3030 yang diutus Sang Kapten untuk berbagi teknologi kepada para manusia di masa lalu dan para dewa di langit. Tahun 3030 dunia diibaratkan telah mencapai titik kesempurnaan dalam segi teknologi maupun kehidupan bermasyarakat.

Pertama-tama pertunjukan dibuka dengan dance yang sangat ciamik dimana 3 dancer seolah memegang laser dengan tangan lalu dipermainkan sedemikian hebat. Teriakan dan tepuk tangan penonton sekejap membahana. Selanjutnya mulailah Misi pertama.

Misi Pertama. Satria dan Triana harus mengubah sebuah kota yang kotor dan sepi. Tiba-tiba muncullah Edi dan teman-temannya. Mereka adalah Youngster berjiwa muda, dinamis, dan ekspresif. Sayangnya ruang gerak mereka terbatas akibat lambatnya koneksi yang digunakan. Mereka seolah hampa dan tidak bisa melakukan apa-apa. Di sinilah tugas Satria dan Triana untuk membantu menyelesaikan permasalahan mereka.

Misi ke Dua. Satria dan Triana harus mencari asisten digital untuk menjawab semua kebutuhan. Pada misi kedua ini setting waktunya nyleneh. Tersebutlah Dewi Drupadi yang sedang mencari asisten untuk menjawab permasalahan ke 5 pacarnya yang hobi main gadget.

Penampakan Dewi Drupadi. Foto Merdeka.com
Penampakan Dewi Drupadi. Foto Merdeka.com

Alih-alih membantu muncullah seorang pemuda keren membawa gitar yang bernama Semar. Seketika itu Dewi Drupadi bernyanyi:

“Tuhan kirimkanlah aku… kekasih yang baik hati..

Bukan yang kayak begini.. yang bau terasi..”

Uniknya, dalam pertunjukan tersebut, Dewi Drupadi ditokohkan secara teknik 3D Holographic. Semacam gambar video namun bisa hilang meninggalkan serpihan-serpihan kertas. Serpihan ini benar-benar muncul lho ditengah-tengah penonton!

Dewi Drupadi yang berubah menjadi serpihan kertas
Dewi Drupadi yang berubah menjadi serpihan kertas

Demi membantu Dewi Drupadi Semar memanggil 3 anaknya yaitu Bagong, Gareng dan Petruk. Tak dinyana bukan asisten digital yang didapat melainkan asisten yang bernama BCL. Ngakunya BCL itu singkatan dari Bohay, Cantik, LANANG! 😀

Belum juga Dewi Drupadi mendapatkan asisten kini Bathara Guru juga mengeluh kuwalahan akan tugas-tugasnya. Misalnya ketika tugas Negara, Bathara Guru ingin menghubungi Mentri tiba-tiba pulsanya habis. Disinilah kemudian Satria dan Triana hadir menjawab semua permasalahan tersebut.

Satria dan Triana sedang memberi solusi Mbah Ciluk dan Punakawan
Satria dan Triana sedang memberi solusi Mbah Ciluk dan Punakawan

Misi ke 3. Satria dan Triana harus bisa memenuhi keinginan generasi muda supaya bisa tampil gaya meski membawa bermacam gadget. Mereka sudah menyiapkan 3 desainer muda yaitu Oscar Lawalata, Kleting dan Daniel Mananta.

Satria, Triana dan semua pemain
Satria, Triana dan semua pemain.

Bila melihat semua permasalahan diatas sudah bisa ditebak siapa penyelenggara acaranya. Yang pasti dia adalah penyedia jasa komunikasi GSM. Sudah tau kan?

Saking kagumnya saya sampai ingin sekali lagi menonton pertunjukan itu. Niatnya mau bawa semua perangkat perang sebagai dokumentasi. Daaannn Minggu pagi jam setengah sepuluh saya niat berangkat nonton 3030 lagi. Harapannya supaya bisa mendapatkan tiket. Hari terakhir, bo.. apalagi ditwitter panitia bilang full!

Sampai disana suasana sunyi senyap. Lha gimana gak senyap wong pertunjukan pertama aja dimulai jam 12. Saya lihat dimeja panitia masih amburadul. Saya pun iseng-iseng mendekati Pak Security sambil berharap siapa tau nyimpen tiket barang selembar dua lembar. Lumayan nanti gak perlu antri sambil berpanas-panas ria hehe

Daaannn lagi-lagi Pak Sec nya baik hati, saya dikasih beberapa tiket kosong fotokopian, sodara! Tiket itu lalu saya bagi ke anak-anak kuliahan yang juga berniat nonton 3030 tapi belum memiliki tiket. Jadi siang itu saya gak perlu antri lama-lama. Tapi panasnya tetep dapat.. 😀

Mengenal Desa Tembakau

Postingan ini lanjutan dari postingan sebelumnya

Saat mobil berhenti ditengah tanjakan, kami berempat berjibaku mengendalikan laju mobil supaya tidak semakin mundur.

“Injak gasnya” teriak Kang Yayat

“Sudah” balas Mas Rinaldi

Dan entah bagaimana kemudian mobil pelan-pelan bisa naik ke tanjakan walau derunya mengalahi suara mobil derek. Gak yakin juga sih, bunyi mobil derek itu bagaimana hehe

Sampai di jalanan datar dan stabil barulah kami semua turun. Bukan untuk melihat view bagus, tapi penasaran darimana bau gosong itu berasal. Pasalnya usai berhasil naik, tiba-tiba menguar bunyi gosong di indera penciuman kami. Kang Yayat mengira bau itu dari kampas rem, tapi Mas Rinaldi membantah, bau itu asalnya dari ban. Ya udahlah bukan perdebatan sulit, yang penting jalan tanjakan itu sudah berlalu.

Walhasil keoptimisan Kang Yayat semakin menipis. Pesimis, jalan yang dilalui tidak sampai tujuan. Kami sudah terlalu jauh masuk kedalam desa tapi sama sekali belum melihat rumah penduduk. Masalahnya ini desa orang dan kami juga tidak tau mau kemana haha.. yang jelas tujuan kami satu, menemukan tempat tembakau. Ditengah niat putar arah yang sepertinya juga tertahan karena jalan setapak yang dilalui hanya cukup satu mobil membuat kami meneruskan perjalanan lagi minimal sampai menemukan lahan luas untuk kami jadikan tempat berbalik arah.

Berbekal petunjuk penduduk, kira-kira 500 meter sampailah kami pada sebuah pertigaan. Menurut informasi di dekat-dekat pertigaan itu terdapat rumah yang menjual tembakau. Usai tanya sana sini, ternyata rumah yang menjual tembakau berada jauh dibawah disalah satu jalan pertigaan tersebut. Wuih, ampuun jalannya menurun curam! Dipikir lagi daripada nanti mobil kami bisa turun tapi gak bisa naik maka dipilihlah jalan kaki. Resikonya Mas Rinaldi harus tetap diatas, menunggu didalam mobil. Sempat ada yang memberi tawaran membawakan mobil sampai dibawah, tapi kami menolak. Hihi.. masih takut dan trauma 😀

Kurang lengkap gimana suguhannya :D
Kurang lengkap gimana suguhannya 😀
PS: Bukan pesan sponsor 😀
Saya milih suguhan ini sahajo, lebih maknyus :D
Saya milih suguhan ini sahajo, lebih maknyus 😀

Begitu sampai di rumah Pak Haji, pemilik tembakau, kami disambut dengan ramah. Obrolan yang tidak bisa fokus karena memikirkan insden tadi bercampur waktu yang mulai beranjak petang membuat kami tidak bisa berlama-lama. Padahal disana, kalau mau lama itu menguntungkan sebab para komunitas asbak(ul) karimah dibolehkan melinting rokok sendiri dengan tembakau dan kertas yang sudah tersedia. Ditambah suguhan kopi susu plus ketan jagung dengan kuah gula kelapa, hmm.. mungkin suatu hari nanti boleh diulang..

“Ogah! Aku kapok kesana lagi!” celetuk Cak Lozz panik. Doi mati gaya sambil pegangan bangku erat-erat.

“Yang bener aja, nggak.. nggak mau lagi naik” kata Mas Rinaldi yang ketika turun menolak pegang setir.

Dan Alhamdulillah perjalanan turun tidak menemui kendala. Semua baik-baik saja. Bahkan kami sempat turun ditengah jalan buat foto-foto pemandangan.

Oya ngomong-ngomong desa Semambung selain memiliki view bagus, hawanya segar. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Madura. Bagusnya lagi disepanjang jalan desa masih banyak terlihat rumah penduduk yang bentuknya mirip rumah adat Madura. Atap gentengnya rendah dengan dinding terbuat dari kayu. Penduduknya ramah-ramah dan asyik diajak ngobrol. Sayangnya ketika kesana tidak sedang musim panen sehingga kami tidak bisa melihat bentuk tanamannya. Menurut Pak Haji musim panen tembakau terjadi sekitar antara bulan Juni dan Juli.

Dipilih dipilih..
Dipilih dipilih..

Gimana-gimana, tertarik datang? 😀

Insiden ngeri

Ceritanya Sabtu Minggu kemarin saya habis melakukan perjalanan jauh. Mulai dari Surabaya – Jember – Banyuwangi – Situbondo – Besuki – Probolinggo – Surabaya. Perjalanan semacam roadshow ini demi melampiaskan hasrat kopdar bersama kawan-kawan blogger yang berada di wilayah paling timur pulau Jawa.

Tapi-tapi.. dalam tulisan ini saya tidak bercerita mengenai kopdarnya sebab seperti yang sudah-sudah kopdar selalu da pasti meninggalkan kesan yang sangat dalam. Terutama hubungan pertemanan yang bak saudara dekat. Sampai-sampai rumah teman pun kami sita untuk dijadikan basecamp haha.. cerita detailnya akan saya tulis satu persatu dilain posting aja supaya lebih ngena ceritanya.

Untuk kali ini saya akan menjawab ke-kepoan Mbak Prit mengenai pengalaman  seru apa yang telah kami alami selama berada diperjalanan.

Singkatnya, usai dari Banyuwangi, Kang Yayat (sang pencetus ide perjalanan) mengajak Cak Lozz, saya dan Mas Rinaldi mengeksploitasi desa di daerah Besuki Situbondo yang konon menjadi tempat penghasil tembakau. Sebagai orang Jawa Timur, terus terang saya tidak begitu paham tentang asas pertembakauan ini. Malahan saya baru tau kalau di Jawa Timur ada daerah penghasil tembakau. Perasaan di buku RAPL jaman SD dulu gak ada deh informasi mengenai beginian. Kecuali pabrik kertas Leces dan PLTU Paiton yang legendaris dan sering keluar dalam soal ujian EBTA/EBTANAS.

Yaah.. demi menuruti nafsu para asbak(ul) karimah (baca: perokok), bolehlah dicari tau ada apa saja disana.

Perjalanan darat yang semula dikira dekat ternyata jauhnya seulur-ulur. Lagi-lagi saya menemui seorang pecinta alam yang tiap ditanya jawabnya selalu “Dekat sini aja” padahal kalau diukur jaraknya beratus-ratus kilo. Untungnya saya belum pernah ngukur, selain nggak mau, juga nggak punya meterannya sih wakaka..

Berpegang informasi dari Mas Sofyan yang katanya tinggal lurus ngikuti jalan sampailah kami pada Taman Nasional Baluran. Perjalanan dari sini lumayan jauh juga. *eh gak bisa bilang jauh sih wong saya sudah ‘teler’ berat, sampai nahan kepala sendiri aja gak kuat (baca: saking ngantuknya sampai kepala miring-miring).

Kalau ngikuti arah dipeta urutan Kabupaten yang dilewati seperti antara Surabaya, Sidoarjo, Bangil Pasuruan, Probolinggo. Jadi kalau dari Banyuwangi urutannya menjadi Banyuwangi, Situbondo, Besuki, Probolinggo. Bedanya, jarak antara Banyuwangi ke Situbondo itu jauh buuuuanget (baca buuuuu nya sampai pipi menggelembung) silakan ditiru dan Anda akan merasakan sensasi lebainya haha..

Sampai di Besuki waktu sudah menginjak Ashar. Habis tanya penduduk disana-sini sampailah kami di desa Semambung. Menuju desa ini, Kang Yayat sempat pesimis sebab kontur jalannya rusak berat dan berlubang disana-sini. Mana lihat belakang perkampungan penduduk jauh pula. Tapi karena orang desa Semambung baik-baik dan ngasih infonya juga sambil senyum okeelah kami ikuti. Meskipun sebenarnya aneh juga, masak tiap orang ditanya jawabnya selalu “Oh, gak jauh kok. Kurang lebih sekilo lagi”. Apa jangan-jangan senyumnya itu mengandung arti, supaya kami tidak mogok ditengah jalan lalu balik pulang? 😀

YUNI0459

Awalnya jalan yang kami lewati datar-datar saja dengan suasana amat sangat pedesaan. Lihat kiri ada bukit dan sawah berpetak-petak. Lihat ke kanan ada gunung yang dibawahnya kali bening yang membelah perbukitan hijau. Sedang dibagian depan, tampak lalu lalang penduduk berjalan kaki sambil memanggul rumput yang baru ditebang diatas kepala dengan jalanan yang mulai menanjak. Dan pemandangan itu jelas membuat kami terpana dan tidak sadar kalau kontur jalan yang kami lalui semakin tinggi.

YUNI0505

YUNI0508

Saking keasyikan menikmati pemandangan sambil berjeprat-jepret ria tiba-tiba… Insiden ngeri terjadi.

Ditengah-tengah jalan tanjakan sekonyong-konyong mobil berhenti mendadak. Diam-yam. Tanpa gerakan berarti. Sedang pemandangan dibelakang tampaklan jalanan aspal yang menurun curam. Sesekali mobil mundur kebelakang. Lalu berhenti lagi.

Kami berempat saling menguatkan. Melihat Mas Rinaldi yang saat itu kebagian nyetir terus berusaha mencari ancang-ancang dengan muka pasi. Dibelakang Kang Yayat berusaha mengendalikan laju mobil dengan memberi alternatif kendali apa yang harus dipegang. Sedangkan Cak Lozz, saya nggak bisa melihat jelas seperti apa rautnya yang pasti ketika saya pegang, tangannya bergetar hebat. Sedangkan saya yang ketika itu berada disamping Mas Rinaldi tidak tau harus merasakan apa. Takut nggak. Deg-degan juga nggak. Perasaan seperti tak terjadi apa-apa. Biasa aja gitu. Atau ada yang salah dengan dada saya? wah mesti lari ke paranormal terdekat nih, ups 😀

Tapi beneran lho kejadian seperti ini saya pikir biasa saja. Soalnya beberapa kali saya mengalami kejadian begini. Ditengah-tengah tanjakan tiba-tiba mobil yang saya tumpangi berhenti. Yang saya ingat kejadian seperti ini saya alami waktu mau naik ke Gunung Welirang dan ketika dalam perjalanan ke Sedudo. Jadi ketika Kang Yayat, Mas Rinaldi dan Cak Lozz merasa ketakutan, saya malah merasa biasa saja haha..

Baru ngerti ternyata mobil berhenti ditengah tanjakan itu berbahaya, toh.. kalau begitu besok-besok kalau terjadi lagi, saya suruh dada ini supaya deg-degan aja kali ya.. tapi-tapi kalau sudah tau berbahaya begini kok jadi takut sendiri, sih. Ogah deh, semoga nggak ada lagi kejadian macam ini. Bikin takut sendiri jadinya.. yang jelas kalau diajak naik kesana lagi, tetep maulah.. pemandangannya bague, euy 😀

Mogok niye.. yakin sampai Surabaya jalan kaki? :D
Mogok niye.. yakin sampai Surabaya jalan kaki? 😀

Bersambung ke postingan selanjutnya ya 😉

Kalau Blogger didaulat kopdar di Kedaulatan Rakyat

Selain kebudayaan, cerita yang tak bisa dilupa akan kota Yogja adalah moda taksinya.

Tidak seperti di Surabaya, Taksi di Yogja terbilang unik. Unik bentuknya, juga unik kapasitasnya. Yang terakhir ini pastinya harus menggunakan aji-aji lobi sopir dulu supaya bisa dimuat orang banyak.

Pengalaman dengan Taksi Yogja saya alami ketika even Blogger Nusantara 2013 lalu. Ceritanya, sebelum acara berlangsung keesokan pagi, hari Jumat malam saya diajak janjian kopdar dengan teman-teman yang sudah lebih dulu datang. Siapa lagi kalau bukan ajakan dari Pakde Cholik. Namanya Kopdar Kedaulatan Rakyat (Kopdar KR)

Dari Edu Hostel, saya, Mas Rinaldi, Idah, Pak Nuzulul, dan Mimi akan menjemput Pakde terlebih dahulu yang menginap di hotel kawasan jl. Dagen. Begitu sudah ketemu, Pakde ngajak naik becak menuju angkringan di Kedaulatan Rakyat.

“Naik becak saja supaya cepat” kata Pakde.

Tapi ajakan itu ditolak halus sama Pak Nuzulul, sang penunjuk jalan kami. Menurutnya dari pada naik becak mending naik taksi. Setelah dihitung-hitung, jumlah kami total ada 6 orang. Dan dipikir lagi, mana mungkin kami naik taksi ber 6. Secara nalar sih bisa karena taksi Yogja bentuknya seperti model-model Xenia, Avanza. Namun secara umum aturannya kan cuma buat 4 orang. Dan Pak Nuzulul meyakinkan kita itu bisa diatur.

Singkat cerita, berhentilah seunit taksi di depan kami. Tanpa dikomando kami langsung berhamburan membuka pintu taksi. Pakde sudah lebih dulu duduk di jok depan disamping sopir. Saya membuka pintu belakang sebelah kiri, Mas Rinaldi membuka pintu belakang sebelah kanan. Hasilnya kami langsung duduk berbarengan, bersebalahan dengan perasaan nyaman dan tenang. Tinggal Idah, Mimi, sama Pak Nuzulul yang masih diluar. Ketika Pak Nuzulul akan melipat kursi tengah supaya Idah dan Mimi bisa masuk ke jok belakang yang kursinya sudah dimodifikasi alias tanpa kursi, Pak sopirnya tanya:

“Orang berapa Mas?”
“Orang 6, Pak. Yang 2 biar duduk dibelakang” jawab Pak Nuzulul dengan cueknya sambil melipat jok.
“Wah nggak bisa, Pak. Maksimal 4 orang saja”
“Lho biasanya bisa kok, Pak”
“Nggak bisa Pak. Nanti saya dimarahi”
“Tapi, Pak bla.. bla.. bla..”
“Iya, bla.. bla.. bla..”

Pakde: Sambil buka pintu bersiap mau keluar “Ya sudah, numpak becak saja”
Saya dan Mas Rinaldi: Berpandangan. Dalam hati bilang gini: “Yaah.. kok gak jadi, kan posisi kita sudah sempurna laksana dunia milik berdua, yang lain ngekos”

Cerita selanjutnya kami sudah melalui jalan Malioboro yang ramai meriah dengan andong bersliweran di kiri kanan kami. Angin sepoi-sepoi menyapu muka kami dengan segarnya.

Nggak jadi naik taksi. Nggak jadi naik becak. Kita naik Mersi saja, lengkapnya Mersikel alias jalan kaki.. 😀

Jarang-jarang bisa mlaku-mlaku bareng di Malioboro. Bisa foto-foto pula di bawah tulisan jalan Malioboro walaupun harus pke acara nyabotase tempat dulu saking ramainya pengunjung yang pengen foto di tempat itu.

1467247_1437697169776090_1601824364_n

“Jauh nggak sih, Pak?”
“Nggak.. deket kok. Di situ lho.. habis nyebrang rel sepur, sudah sampai di KR” kata penunjuk jalan kami.
“Nyebrang rel sepurnya lewat mana, Pak?”
“Ya lewat sini. Gini lho.. (sambil mendemokan mbrobos diantara celah-celah pagar palang kereta api yang memang bisa dilalui manusia tapi syaratnya harus memaksa ngecilin perut dulu, terutama yang punya bodi melar)

Begitu dilalui:
Saya, aman.
Idah, aman.
Pak Nuzulul, aman (sudah biasa berbuat begitu, keknya)
Mimi, aman, walau dengan sedikit pemaksaan.
Pakde, aman juga meskipun harus ngumpulin keringat dulu.
Mas Rinaldi, antara aman dan tidak secara bodi depan dan belakangnya melar berisi. Bodi belakang berisi ransel, bodi depan berisi.. hmm perut hihi..

“Jamput.. jamput.. mau pergi makan aja soro. Baru kali ini aku pergi makan harus keringatan dulu..” kata Pakde sambil nyeka keringat yang kemudian disambut tertawa ngakak oleh seluruh peserta kopdar yang berada di zona aman.

“Masih, jauh Pak?”
“Nggaaak.. itu lho didepan sudah KR..” sambil nunjuk-nunjuk dengan yakinnya
“Wes ta lah, Nduuk.. ikuti saja. begini ini kalau orang ndeso jadi penunjuk jalan, wes mlaku telungkilo tapi ngomonge dari tadi dekaaat terus…” (sudah jalan 3 kilo tapi bilangnya dari tadi dekat terus)

Setelah jalan dengan penuh liku (baca=terseyek-seyek), dengan keringat yang gak terima kalau dibilang sejagung-jagung, sampailah kami di angkringan Kedaulatan Rakyat.

Gak salah juga sih kalau Pak Nuzulul bilang nggak jauh, emang nggak jauh kok. Maksudnya nggak jauh kalau perginya naik peta. Lha.. gak jauh gimana, wong mlaku dari Jl. Dagen ke KR..

Pelajaran moral paling penting yang didapat kalau jalan sama orang yang ngerti daerah sedangkan kita sendiri nggak tau adalah jangan percaya ucapannya. Yang akhirnya malah membuat kita harus bersusah payah mengeluarkan jagung dari keringat hihi.. eh kliru, keringat sebesar jagung haha..

1451383_1437697193109421_363697072_n

Ke Jakarta gratis bersama Daihatsu

Minggu lalu saya dari Jakarta. 2 hari sih, cuma. Tapi begitu spesial buat saya. Sebab saya perginya  gratisan. Sama sekali gak ngeluarin duit sepeserpun! Iya, beneran gratis. Tanpa syarat dan ketentuan berlaku!

Kok bisa?

Ya bisa dong, blogger gitu loh 😀

Makin istimewa lagi semenjak dari berangkat sampai di Jakarta saya diperlakukan seperti orang penting. Kapan lagi bisa begini, kalau nggak jadi blogger gak mungkin bisa begini hihi *minta dijitak*

Percaya nggak *kalau percaya anggap kalimat ini nggak penting* saya ke Jakartanya naik pesawat lho. Maskapainya keren lagi, pke Garuda boo.. hmm.. oke kayaknya saya terlalu lebai nulisnya. Tapi gimana ya.. saya pengennya begitu sih. Pengen membuktikan kepada khalayak bahwa jadi blogger itu banyak banget untungnya. Modalnya cuma rajin nulis, dan rajin ikut kontes! 😀

Konon teman seperjalanan saya sempat bisik-bisik bahwa tiket pesawat kalau akhir pekan itu mahal. Apalagi bulan Desember seperti ini. Sebelum berangkat dia juga sempat ngecek, kalau di duitin nominal PPnya mencapai 2 juta rupiah lebih. Glek!

Harusnya ya ketika mendengar kata dua juta saya langsung bahagia karena bisa merasakan naik pesawat mahal. Tapi kenapa tiba-tiba saya merasa agak-agak gimana gitu. Apalagi melihat jadwal kepulangannya tertera tgl 15 Desember jam 12.30.

Andaikan saja.. ini andai lho ya.. penyelenggara mengerti posisi saya, berharap sih mereka ngasih a duit cash aja. Alasan pentingnya supaya saya bisa memundurkan  jadwal kepulangan barang sehari atau 2 hari supaya saya bisa bergabung bersama teman-teman Dblogger ke Sentul nonton Ultah Transmedia 12 hihi..

Abaikan paragraf di atas..

Sesuai janji awalnya, penyelenggara mengundang saya ke Jakarta dengan embel-embel transport dan akomodasi ditanggung. Sampai-sampai air port tax bandara aja saya gak bayar lho! Gak tau sudah pelayanan maskapai atau sudah di include kan ke harga tiket sehingga waktu cek ini petugas sudah gak minta bayar lagi.

Sesampai di bandara Cengkareng, bak bidadari turun dari langit, saya langsung disamperin sama panitia penyelenggara lalu digiring ke Lounge Garuda. Di lounge itu saya diminta makan sepuasnya sambil menunggu teman-teman lain yang belum datang. Dari sini aja saya merasa panitia ini baik banget.

Oya lupa, saya belum bilang ya dalam rangka apa saya jalan-jalan ke Jakarta dengan biaya ditanggung. Ceritanya saya terpilih menjadi finalis lomba blog Daihatsu Terios yang diselenggarakan oleh Viva Log. Total Blogger yang diundang ada 26 orang dari seluruh Indonesia, salah duanya saya dan Fika Wardatul, perwakilan dari Jawa Timur. Di Jakarta inilah seluruh undangan di ajak menghadiri Pesta Sahabat Daihatsu sekaligus malam puncak penganugerahan hadiah lomba.

Ternyata undangan yang hadir bukan26 blogger saja, total undangan ada 430-an orang yang terdiri dari Kepala Sekolah SMK & Dinas Pendidikan, Ibu-ibu Posyandu, Konservasi Penyu, Journalist Competition, Daihatsu Blogger, Sales Force Eco Driving, Daihatsu Everywhere, Daihatsu Club, dan rekan media. Kesemuanya berkumpul jadi satu di XXI Ballroom, Djakarta Thatre Building, Jl. M.H. Thamrin.

Kok banyak banget?

Awalnya juga begitu. Dan setelah dijelaskan, ternyata para undangan itu juga para finalis lomba yang diadakan sebagai bagian dari program CSR nya Daihatsu yang seperti taglinenya ingin menjadi sahabat masyarakat.

Malam puncak itu suasananya seperti malam penganugerahan yang di lihat di TV-TV. Walaupun saya belum pernah nonton langsung acara seperti ini tapi rasanya kurang lebih sama lah seperti nonton di TV. Secara saya kan duduknya di kursi nomer 2 dari belakang bersama teman-teman blogger lainnya jadi ya gak bisa lihat langsung muka artis-artis itu. Hanya bisa menikmati dari layar LCD aja. Kalaupun foto juga begitu, cuma bisa foto mukanya aja dilayar. Kecuali suara ya, karena ruangannya ada peredamnya, jadi suaranya kencang menggelegar.

Dari keseluruhan penampilan bintang tamu, ada beberapa catatan nyata yang saya dapat, yaitu:

  1. Gaya bicara Ayu Dewi itu sama persis dengan ketika dia tampil di TV. Ceplas-ceplos, dan suka plesetin nama atau gaya seseorang.
  2. Penampilan Cheerleader anak-anak nya keren banget. Cara bangun piramidnya kompak dan pintar menjaga keseimbangan. Asli, penampilan mereka sungguh memukau..
  3. Paduan suara anak-anaknya juga nyaring dan empuk. Enak aja didengar.
  4. Baru tau ada nama grup band The Dance Company yang personilnya Nugie, Baim, Pongki, dan Ariyo Wahab.
  5. Baru tau juga ternyata Pongki itu kalau ngomong kocak. Dan Baim itu bukan orang pendiam.

Dan hasil penganugeraha itu.. selamat saya mendapat sebuah Daihatsu Ayla!! Dalam bentuk mobil-mobilan.. hihi..

Terima kasih Daihatsu telah memfasilitasi semuanya..

Saat cagar budaya dijadikan sebagai pusat pertunjukan reog

Balai Pemuda merupakan salah satu gedung bersejarah yang hingga kini tetap dilestarikan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Sebagai cagar budaya, gedung ini kerap dijadikan sebagai langganan penyelenggaraan event yang bersifat kesenian tradisional. Salah satunya adalah pertunjukan seni reog Ponorogo.

Seni Reog Ponorogo, karya Domi Yanto, Pemenang Potret Mahakarya Indonesia
Seni Reog Ponorogo, karya Domi Yanto, Pemenang Potret Mahakarya Indonesia

Setiap hari Minggu pagi, saya sering berkunjung ke gedung Balai Pemuda ini. Apalagi kalau bukan untuk menyaksikan pertunjukan reog. Ya, di gedung ini setiap hari Minggu, tepatnya di pelataran gedung selalu diadakan pertunjukan seni khas Jawa Timur. Jadwalnya berselang-seling, antara pertunjukan reog dan pertunjukan kuda lumping.

Walau sering tampil, namun tak mengurangi antusiasme warga Surabaya untuk menonton pertunjukan reog ini. Sebab grup yang tampil setiap 2 minggu itu selalu memiliki karakteristik yang berbeda. Baik dari sisi humor sang Bujang Ganong (Ganongan), Keluwesan gerak tari Jathilan juga penampilan gemblak yang terlihat sangar namun lucu.

Jam 8 pagi, penonton sudah siap di posisinya masing-masing. Meski tanpa komando para penonton ini sudah lebih dulu membentuk lingkaran yang tengah-tengahnya kosong. Sedangkan kru reog sendiri, sambil mempersiapkan timnya selesai dandan, sudah memulai membunyikan musik khas reog Ponorogo.

Sebagai pembuka, pertunjukan ini didahului oleh tari Jathilan yang dibawakan oleh 4 gadis. Mereka ini menari  secara luwes dengan gerak yang kadang berloncatan mengikuti irama musik.

Tari Jathilan. Foto Yuniari Nukti
Tari Jathilan.
Foto Yuniari Nukti

Setelah itu barulah muncul Warok yangkemudian di ikuti dengan Gemblak. 2 sosok ini selalu melengkapi pertunjukan barongan berkepala bulu merak raksasa ini.

Warok. Foto Yuniari Nukti
Warok.
Foto Yuniari Nukti

Selanjutnya berganti dengan kemunculan anak kecil yang biasa disebut Bujag Ganong (Ganongan). Kemunculan anak-anak ini sering membawa kesegaran tersendiri. Sebab gerak dan tarian yang dibawakan kerap lucu dan menggemaskan. Tak jarang ia bersalto mengikuti hentakan kendang, hingga membuat penonton terperangah saking kagumnya.

Bujang Ganong Foto Yuniari Nukti
Bujang Ganong
Foto Yuniari Nukti

Saat Bujang Ganong ini tampil biasanya Gemblak turut meramaikan suasana. Mereka kerap membuat obrolan dan adegan lucu sehingga membuat penonton tertawa karenanya. Bersama Bujang Ganong mereka saling berbalas atraksi salto atau membuat atraksi unik yakni membuat semacam piramid ala reog.

Atraksi Piramid Foto Yuniari Nukti
Atraksi Piramid
Foto Yuniari Nukti

Terakhir, dan yang paling ditunggu-tunggu adalah penampilan reog. Dalam setiap pertunjukan ada 2 reog yang tampil. Keduanya akan memakai topeng bersama-sama lalu menari saling berhadapan kemudian saling memutar menunjukkan aksinya. Aksi ini seolah-olah menggambarkan 2 singo barong yang sedang bertarung. Semakin kencang reog berputar, maka semakin kencang pula tepuk tangan penonton.

Reog bersiap tarung Foto Yuniari Nukti
Reog bersiap tarung
Foto Yuniari Nukti

Wajar jika penonton begitu kagum sebab beratnya dadak merak Reog ini konon mencapai 50 kilogram dengan panjang dan lebar kurang lebih sekitar 2 meter-an. Bayangkan, bagaimana sulitnya seseorang membawa barang seberat 50 kilogram hanya dengan bantuan gigi saja lalu meliuk-liuk dan berputar-putar keudara. Yang pasti akan sangat berat. Namun penari reog ini sudah terbiasa melakukannya.

Reog bertarung Foto Yuniari Nukti
Reog bertarung
Foto Yuniari Nukti

Kebiasaan membawa reog dengan hanya menggunakan bantuan gigi bukanlah pekerjaan mudah. Setidaknya diperlukan banyak-banyak latihan berupa membawa beban berat dan tentunya juga latihan ilmu tenaga dalam.

Sebagai warga Surabaya saya amat bangga dengan diadakannya pertunjukan Reog sebagai pertunjukan mingguan. Setidaknya dihari libur itu, selain untuk menghilangkan penat, saya masih bisa menikmati dan merasa memiliki kesenian tradisional negeri sendiri yang beberapa saat sebelumnya nyaris di klaim negara lain.

Untuk itu marilah bersama-sama memiliki Reog sebagai kesenian tradisional. Memiliki saja tak cukup jika sekedar diucapkan, tetapi dibuktikan dengan berbondong-bondong saling menggerakkan satu sama lain agar senantiasa menyaksikan kesenian tradisional. Dengan Dji Sam Soe Potret Mahakarya Indonesia, mari bersama-sama kita dukung kesenian tradisional nusantara sebagai harta berharga bangsa.

[Terios7wonders] Ketika Blogger dan Terios berpetualang 7 Hidden Paradise, serunya..

Awal Oktober 2013 lalu, 7 Blogger Indonesia diberi kesempatan menjelajah surga tersembunyi keliling Pulau Jawa hingga Pulau Komodo bersama Daihatsu Terios yang bertajuk  Terios 7 Wonders, Hidden Paradise. 7 Blogger tersebut adalah pemenang lomba menulis Jelajah 7 Keajaiban Nusantara yang diselenggarakan oleh Daihatsu sebelumnya untuk mendekatkan diri dengan blogger sebagai sahabat.

Sayang, dalam kompetesi itu tulisan saya tidak terpilih. Padahal mupeng banget ingin ikutan. Biarpun begitu saya tetap salut dengan 7 blogger tersebut, karena disela perjalanannya, para blogger masih sempat menuliskan cerita petualangan di blognya sehingga biarpun tidak turut serta saya masih bisa membaca, mengikuti  dan turut merasakan bagaimana serunya naik Terios keliling Pulau Jawa melewati ragam medan yang tidak bisa ditebak kondisinya.

Seperti taglinenya Terios, sepertinya Daihatsu ingin menunjukkan kehandalannya kepada para blogger bahwa Terios layak disebut sebagai sahabat dalam berpetualang. Setidaknya melalui perjalanan itu, blogger bisa benar-benar membuktikan bahwa tulisan yang sudah diposting kedalam blognya mengenai kehebatan Terios itu nyata adanya. Apa saja sih kehebatan Terios?

1Daihatsu Terios dirancang untuk 7 penumpang dimana disetiap baris kursi sudah dilengkapi Seat belt ELR. Dengan Seat belt ini Terios semakin cocok digunakan sebagai SUV (Sport Utility Vehicle) yang mendambakan rasa aman para penumpangnya. Selain itu baris kursi ke-2 dirancang dengan kemampuan Touch Tumble Mechanism yang bisa dilipat untuk akses keluar masuk penumpang. Sedangkan kursi baris ke-3 nya bisa dilipat untuk memuat barang lebih banyak

2Daihatsu Terios memiliki Audio/Video Double Din untuk menemani perjalanan, AUX dan USB Connector memudahkan siapa saja untuk memainkan musik menggunakan perangkat gadget. Sehingga dimana pun meski tak ada sinyal radio sekalipun, tetap dapat mendengarkan musik kesayangan.

3Daihatsu Terios tampil dengan penampilan baru yang lebih sporty, juga macho saat melewati segala medan. Apapun kondisi jalannya kehadiran Terios akan menyihir siapa saja yang memandangnya.

 

4

Rancangan Daihatsu Terios dengan High Ground Cleareance mampu melibas segala medan. Tanjakan, turunan, jalan gelombang, tak mempengaruhi body Terios. Side Body Molding with Side Stone Guard semakin aman melindungi body samping.

5Alat kemudi Daihatsu Terios sangat ringan, electric Power Steeringnya membantu pengendara lebih mudah mengoperasikan dalam kecepatan rendah seklipun.

 

6Suspensi yang di gunakan Daihatsu Terios sangat empuk, itu karena Terios menggunakan MAC PHERSON STRUTS, Sistem suspensi yang menggabungkan koil spring dan shock absorder dan diikat dengan  knuckle yang membuat performancenya tak mudah goyah.

7 Daihatsu Terios menggunakan mesin 1500cc VVTI yang semakin handal. Meski dipacu dimedan aspal yang mulus atau medan yang berkerikil dan bergelombang ketahanan mesinnya tetap stabil. Itu dikarenakan teknologi  VVT-I dapat menyesuaikan putaran mesin secara dinamis sehingga tenaga mesin menjadi stabil dan hemat bahan bakar.

Dalam kesempatan itu nuansa serba 7 melengkapi perjalanan, yakni meliputi 7 blogger (5 Blogger  pemenang kompetesi menulis, 2 blogger lainnya terdiri blogger traveller), 7 awak media, 7 driver, dan 7 mobil Terios TX terbaru.

Diblognya, Mas Maulana Haris nulis: jok nya masih dibungkus plastik dan baunya juga masih bau showroom. Km nya aja lho masih 7km! ckck.. kebayang kinyis-kinyisnya.. Ceritanya nih lagi ngreyen, Om? 😀

Perjalanan ini nantinya memakan waktu selama 14 hari dan semua itu sudah terangkum di http://www.daihatsu.co.id/terios7wonders/2013/7wonders .

Destinasi yang dituju keren-keren euy. Seperti yang ditulis Mbak Lucianancy di blognya, destinasi yang dituju meliputi: Pantai Sawarna, desa Sawarna, Banten; Desa Kinahrejo, Merapi, Yogjakarta; Desa Ranupane, Tengger, Probolinggo; Taman Nasional Baluran, Situbondo; Desa Sade, Rambitan, Lombok Tengah; Dompu, Sumbawa;terakhir Pulau Komodo. Duh kerennya ke Pulau Komodo, Pulau ini kan pernah menjadi salah satu kandidat 7 Keajaiban dunia pada 2012!

Nah sekarang kita mulai saja cerita petualangan Blogger dan Terios dalam menjelajah pulau Jawa. Semoga Terios bisa membuktikan diri bahwa Ia layak menjadi Sahabat Petualang.

 Destinasi 1: Pantai Sawarna

Andai Daihatsu tidak mengadakan lomba menulis jelajah nusantara, mungkin sampai sekarang saya tidak tau bahwa Pantai Sawarna merupakan Pantai yang memiliki ombak dahsyat. Saya juga baru tau kalau Pantai ini berada di daratan Pulau Jawa! Duh kasian sekali nasibmu, Nduuk.. makanya kalau diterangkan Guru itu di dengar. Jangan nggah-nggih nggah-nggih tapi ora kepangge 😀

Tanggal 1 Oktober 2013, merupakan hari pertama rombongan ahabat petualang Terios memulai petualangan jelajah pulau Jawa yang bertajuk Terios 7 Wonders, Hidden paradise. Perjalanan dimulai dari Sentul City, Bogor.

Opening Ceremonial
Opening Ceremonial

Melewati jalur alternatif Sukabumi rombongan menuju ke Sawarna, Lebak, Banten. Menurut tim Daihatsu, jalur dari Sukabumi ini  sangat ekstrem. Terbukti bahwa tidak lama setelah start para penumpang yang menjadi awak rombongan ini langsung disuguhi jalaan berkelok di daerah Ciawi dan perbuktitan Sukabumi. Duh, bayangin saja sudah bikin perut mual. Gak bisa dibayangkan gimana mumetnya kepala ini melihat kanan kiri jalan yang curam.

Sawarna

 

Di Pelabuhan Ratu. Medannya euy, berbatu dan kerikil tajam
Di Pelabuhan Ratu. Medannya euy, berbatu dan kerikil tajam

Untungnya Daihatsu Terios menggunakan Ventilator Disc Brake yang mampu melepas energi panas lebih baik. Jadi ketika ada jalan tanjakan dan turunan yang curam performance rem nya tetap terjaga.

Malahan Mbak Lucianancy cerita kalau selama di jalan dianya tidur pules saking gak kerasanya perjalanan. Dia juga sempat tertawa senang karena mobilnya mampu melewati tanjakan terjal yang mencapai 45 derajat! Mantap!!

Dari postingan para blogger ternyata Sawarna bukanlah nama Pantai, tetapi nama Desa. Desa Sawarna. Di desa Sawarna inilah banyak terdapat pantai. Pantai-pantainya sendiri bernama Pantai Ciantir, Pantai Tanjung Layar, Pantai Legon Pari dan Patai Karang Taraje.

Pantai Tanjung Karang
Pantai Tanjung Layar

Pantai di desa Sawarna ini merupakan jenis pantai yang memiliki ombak besar. Karena itu kenapa wisatawan banyak yang menggunakan pantai ini sebagai arena berselancar. Tak hanya wisatawan asing, wisatawan domestik pun mulai melirik pantai-pantai di desa Sawarna sebagai lokasi pantai yang difavoritkan.

Desa Sawarna
Desa Sawarna

Selain itu pantai di desa Sawarna memiliki keindahan terutama di sore hari menjelang matahari terbenam. Ya, sepertinya kalau bicara pantai masih janggal rasanya kalau tidak mengabadikan fenomena matahari tenggelam. Karena disanalan sebuah potret keabadian menyimpan ragam cerita.

Puas menikmati keramahan penduduk desa Sawarna beserta keindahannya yang tersembunyi, keesokan paginya rombongan berarak menuju destinasi selanjutnya, yaitu Desa Kinah rejo, Merapi Jawa tengah

Destinasi 2: Desa Kinahrejo, Merapi Jawa Tengah

Sejak mengalami letusan, sepertinya nama Gunung ini kian dikenal. Kalau sebelumnya dikenal sebagai ‘kediaman’ Mak lampir sekarang dikenal dengan tempat tinggalnya Alm. Mbah Maridjan, sang kuncen Merapi. Sehingga kalau nyebutin Gunung Merapi seolah ada pertanyaan lanjutannya “Yang deket rumahnya Mbah Marijan itu, ya?”

Dan lagi-lagi saya teramat cupu untuk mengetahui bahwa desa Kinahrejo memiliki surga keindahan yang tersembunyi.

Tepat pagi hari setelah menginap semalam, sahabat petualang Terios menuju Jogjakarta untuk bertemu perwakilan dari ADM dan tim CSR berikut pejabat setempat. Di acara itu pula dilakukan penanaman 10.000 pohon secara simbolik untuk menghijaukan kembali desa setempat yang pada tahun 2010 terkena letusan Gunung Merapi.

Kegiatan CSR penanaman 10,000 pohon
Kegiatan CSR penanaman 10,000 pohon

Daan prediksi saya benar sodara.. setelah menanam pohon, rombongan diajak berkunjung ke kediaman Alm. Mbah Maridjan. Ngiri juga sih melihat sahabat petualang Terios melakukan Lava Tour di Desa Cangkringan. Disana rombongan bisa melihat langsung kondisi desa didetik-detik wedhus gembel menerjang desa. Apalagi ketika melewati tanjakan pasir tebal yang kalau dilewati bisa berbunyi “brumm..brumm..” sampai pasirnya terbang kemana-kemana. Jadi ikut deg-degan, bisa gak ya Terios narik.. eh ternyata bisa sodara! Selamat ya Terios, kehandalanmu telah mencuri hatiku, cieh..

Lava Tour di Desa Kinahrejo. Ya ampun jalannya kereeen..
Lava Tour di Desa Kinahrejo. Ya ampun jalannya kereeen..

3. Desa Ranu Pane, Tengger

Aih.. sudah lama saya pengen kesini!

Padahal ke Bromo sudah bolak-balik, loh tapi ke Ranu Panenya ini yang belum pernah. Kata yang pernah kesini, Danaunya keren banget. Sering juga dipakai buat kemping bagi pendaki Gunung Semeru.

Pengen lewat sini naik Terios. Biasa kesini naiknya motor sih, jalannya ngepot-ngepot :D
Pengen lewat sini naik Terios. Biasa kesini naiknya motor sih, jalannya ngepot-ngepot 😀

Sampai didesa Ranu Pane ini, km yang dihasilkan Terios sudah mencapai 1.000km. Ih kok kayaknya tetap santai ya. Saya aja yang nulis sudah mulai gringgingen ini hehe..

Rute yang dilewati sahabat petualang adalah melalui Malang. Eh, saya pernah lewat sini. Tekstur jalannya keras, berbatu, dan nanjak. Jalannya pun sempit, paling cukup buat 1 mobil. Ya emang begitu jalanan ke kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Tapi kesulitan itu pasti terbayar lebih kok kalau melihat pemandangannya. Sebagai orang Jawa Timur, saya berani ngasih jaminan bakal pengen balik lagi ke sini!

Nah bener apa saya bilang. Jalannya sempit dan keras
Nah bener apa saya bilang. Jalannya sempit dan keras

Sebelum bertolak ke detinasi selanjutnya tim CSR Daihatsu memberikan sejumlah lidi dan tempat sampah untuk menjaga TNBTS selalu terjaga kebersihannya.

Destinasi 4: Taman Nasional Baluran, Situbondo

Puas keliling kawasan Tengger, rombongan beralih ke Taman Nasional Baluran, Situbondo.

Sebetulnya sudah lama saya mendengar nama Taman Nasional ini. Konon katanya taman ini Afrikanya Indonesia. Masak sih? Bahkan ada teman yang pernah cerita kecantikan Taman Nasional Baluran tak kalah cantik dengan Bukit Teletabis yang ada di Bromo. hmm.. jadi penasaran melihatnya.

Menurut sahabat petualang Terios, Taman Nasional Baluran terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo. Nama Baluran sendiri diambil dari nama gunung yang berada di daerah tersebut. Taman ini terdiri dari tipe vegetasi sabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Wih, bikin mupeng aja nih..

Wilayah Taman Nasional Baluran dijuluki “Africa From Java” dan dibuat sealami mungkin. Tuh kan!

Taman Nasional Baluran. Iya'e ternyata, seperti di Afrika!
Taman Nasional Baluran. Iya’e ternyata, seperti di Afrika!

39Kabarnya di kawasan sabana yang sangat luas ini sering terlihat beberapa ekor rusa dan kijang. Hohoho.. gimana ya situasinya. kira-kira Rusa dan Kijang ini nggigit gak kalau didekati.

Mungkin supaya gak digigit makanya rombongan memilih jalan kaki saja sambil Safari Night di kawasan sabana Baluran. Untungnya kawasan ini dekat dengan wisma jadi gak usah jauh-jauh jalan kesana.

Bonus: Mampir Bali

Sekeluar dari Taman Nasional Baluran, Terios dihadang dengan kondisi jalan yang berbatuan kerikil akibat dari rusaknya aspal jalan. Tapi itu bukan masalah Alloy Wheel Design Terios TX dengan ukuran ban lebih lebar menjaga kestabilannya sehingga membuat perjalanan tetap asyik.

Di Pulau Bali, rombongan menginap di Kuta. Sayangnya mereka tidak sempat menikmati suasana Kuta karena singkatnya waktu yang mereka miliki. Sedangkan esok paginya mereka sudah harus melanjutkan perjalanan menuju Mataram.

Destinasi 5: Desa Sade, Rambitan, Lombok Tengah

Saat membaca nama Desa dan lokasinya saya langsung berpikir, ada apa didesa Sade? Kenapa Terios memilih desa itu sebagai destinasi selanjutnya? Surga apa yang disembunyikan didesa ini?

Ternyata Sade adalah sebuah dusun di desa Rambitan, Pujut, Lombok Tengah, yang dihuni oleh penduduk asli Pulau Lombok, yaitu suku Sasak. Karena masih kuatnya adat suku Sasak yang dipertahankan oleh para penghuninya, Dinas Pariwisata setempat menjadikannya sebagai desa wisata.

Rumah desa Sade, Rambitan
Rumah desa Sade, Rambitan

Di Sade, rombongan blogger dan Terios disambut oleh alunan musik dan tarian tradisional Kedang Belek berupa 2 buah drum besar dimainkan oleh 2 musisi, yang diiringi oleh musik gamelan. Selanjutnya rombongan disuguhi oleh pertunjukan Peresehan, tradisi setempat berupa perkelahian antara dua pria menggunakan tongkat rotan panjang dan perisai yang terbuat dari kulit sapi.

Di desa Sasak Rambitan Lombok. Sahabat Petualang Terios7Wonders disambut oleh Gendang Belik dan tarian selamat datang
Di desa Sasak Rambitan Lombok. Sahabat Petualang Terios7Wonders disambut oleh Gendang Belik dan tarian selamat datang

Yang menarik dari desa ini adalah cara membersihkan lantai rumah mereka. Kalau di Jawa biasanya menggunakan sapu, tapi didesa ini menggunakan kotoran kerbau. Hish.. yang bener aja, Men..

Konon kotoran kerbau dapat menghangatkan lantai rumah dan tidak didekati nyamuk. Hmm.. ada yang mau nyoba? 😀

Charity Pintar Bersama Daihatsu

Dari desa Sade rombongan Terios 7 Wonders Hidden Paradise menyumbang buku pelajaran untuk perpustakaan ke SMA Al Masyhudien NW Kawo di Desa Kawo, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah

Selanjutnya perjalanan menelusuri Pantai

  •  Pantai Pink, desa Sekaroh, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur

Disebut pantai Pink karena jika sekilas dilihat dari jauh  pasir dan pantainya berwarna pink. Oalah.. disini toh surga itu bersembunyi.

  •  Pantai Selong Belanak

Pantai ini memiliki ombak besar, di pantai ini juga biasa digunakan wisatawan untuk berselancar

Pink Beach, Lombok
Pink Beach, Lombok

Destinasi 6: Dompu, Sumbawa

Bicara Sumbawa obrolan pasti tak jauh dengan susu kuda liar. Nah mumpung berada di Sumbawa, rombongan diajak mengunjungi pemerahan susu sekaligus menikmatinya. Hmm.. bagi doong..

Sahabat petualang Terios menuju Tanjung Ringgit
Sahabat petualang Terios menuju Tanjung Ringgit
Jalanan Pulau Sumbawa ditepi pantai.
Jalanan Pulau Sumbawa ditepi pantai.

 

Destinasi 7: Pulau Komodo

Yey.. akhirnya sampai juga di penghujung destinasi. Ini nih yang saya tunggu-tunggu. Walau belum pernah kesana tapi saya sudah penasaran sekali ingin mengenal Pulau Komodo. Disana blogger menjalani Short Trek untuk melihat langsung binatang komodo. Tak hanya komodo saja, disana juga ada Rusa yang bebas berkeliaran. Munurut ranger Rusa adalah mangsa utama komodo yang saat ini jumlahnya hanya sekitar 2000 ekor, Wah.. Do, rusanya jangan dihabisin semua yak, bagi-bagi sama anak cucu..

sst.. Komodonya lagi boksi..
sst.. Komodonya lagi boksi..

Nah, usai sudah rangkaian perjalanan Terios 7 Wonders Hidden Paradise. Perjalanan sepanjang 2500kilometer dari ujung barat pulau Jawa hingga ujung Timur pulau Jawa, Bali, Sumbawa hingga pulau Komodo sukses ditakhlukkan. Namun dibalik itu semua saya masih memiliki catatan sendiri mengenai misi yang diselipkan dalam Terios 7 Wonders Hidden Paradise. Setidaknya ada 3 catatan misi yang saya dapatkan yaitu:

1. Misi eksplorasi 7 hidden paradise di seluruh nusantara pada umumnya, dan pulau Jawa pada khususnya
2. Misi pembuktian akan kehebatan dan kecanggihan mobil Daihatsu Terios sebagai sahabat petualang
3. Misi khusus pemberian bantuan sebagi bagian program CSR Daihatsu Terios.

Good Job Terios! Saya tunggu perjalanan jelajah nusantara selanjutnya supaya surga tersembunyi yang masih minim eksplorasi bisa dikenal seluruh masyarakat Indonesa, lebih-lebih mancanegara.

twitter

Dai

twit1

Referensi tulisan dan foto:

http://www.daihatsu.co.id/terios7wonders/2013/gallery
http://www.daihatsu.co.id/terios7wonders/2013/news
http://www.daihatsu.co.id/terios7wonders/2013/7wonders
http://www.daihatsu.co.id/terios7wonders/2013/blog