Insiden ngeri
Ceritanya Sabtu Minggu kemarin saya habis melakukan perjalanan jauh. Mulai dari Surabaya – Jember – Banyuwangi – Situbondo – Besuki – Probolinggo – Surabaya. Perjalanan semacam roadshow ini demi melampiaskan hasrat kopdar bersama kawan-kawan blogger yang berada di wilayah paling timur pulau Jawa.
Tapi-tapi.. dalam tulisan ini saya tidak bercerita mengenai kopdarnya sebab seperti yang sudah-sudah kopdar selalu da pasti meninggalkan kesan yang sangat dalam. Terutama hubungan pertemanan yang bak saudara dekat. Sampai-sampai rumah teman pun kami sita untuk dijadikan basecamp haha.. cerita detailnya akan saya tulis satu persatu dilain posting aja supaya lebih ngena ceritanya.
Untuk kali ini saya akan menjawab ke-kepoan Mbak Prit mengenai pengalaman seru apa yang telah kami alami selama berada diperjalanan.
Singkatnya, usai dari Banyuwangi, Kang Yayat (sang pencetus ide perjalanan) mengajak Cak Lozz, saya dan Mas Rinaldi mengeksploitasi desa di daerah Besuki Situbondo yang konon menjadi tempat penghasil tembakau. Sebagai orang Jawa Timur, terus terang saya tidak begitu paham tentang asas pertembakauan ini. Malahan saya baru tau kalau di Jawa Timur ada daerah penghasil tembakau. Perasaan di buku RAPL jaman SD dulu gak ada deh informasi mengenai beginian. Kecuali pabrik kertas Leces dan PLTU Paiton yang legendaris dan sering keluar dalam soal ujian EBTA/EBTANAS.
Yaah.. demi menuruti nafsu para asbak(ul) karimah (baca: perokok), bolehlah dicari tau ada apa saja disana.
Perjalanan darat yang semula dikira dekat ternyata jauhnya seulur-ulur. Lagi-lagi saya menemui seorang pecinta alam yang tiap ditanya jawabnya selalu “Dekat sini aja” padahal kalau diukur jaraknya beratus-ratus kilo. Untungnya saya belum pernah ngukur, selain nggak mau, juga nggak punya meterannya sih wakaka..
Berpegang informasi dari Mas Sofyan yang katanya tinggal lurus ngikuti jalan sampailah kami pada Taman Nasional Baluran. Perjalanan dari sini lumayan jauh juga. *eh gak bisa bilang jauh sih wong saya sudah ‘teler’ berat, sampai nahan kepala sendiri aja gak kuat (baca: saking ngantuknya sampai kepala miring-miring).
Kalau ngikuti arah dipeta urutan Kabupaten yang dilewati seperti antara Surabaya, Sidoarjo, Bangil Pasuruan, Probolinggo. Jadi kalau dari Banyuwangi urutannya menjadi Banyuwangi, Situbondo, Besuki, Probolinggo. Bedanya, jarak antara Banyuwangi ke Situbondo itu jauh buuuuanget (baca buuuuu nya sampai pipi menggelembung) silakan ditiru dan Anda akan merasakan sensasi lebainya haha..
Sampai di Besuki waktu sudah menginjak Ashar. Habis tanya penduduk disana-sini sampailah kami di desa Semambung. Menuju desa ini, Kang Yayat sempat pesimis sebab kontur jalannya rusak berat dan berlubang disana-sini. Mana lihat belakang perkampungan penduduk jauh pula. Tapi karena orang desa Semambung baik-baik dan ngasih infonya juga sambil senyum okeelah kami ikuti. Meskipun sebenarnya aneh juga, masak tiap orang ditanya jawabnya selalu “Oh, gak jauh kok. Kurang lebih sekilo lagi”. Apa jangan-jangan senyumnya itu mengandung arti, supaya kami tidak mogok ditengah jalan lalu balik pulang? 😀
Awalnya jalan yang kami lewati datar-datar saja dengan suasana amat sangat pedesaan. Lihat kiri ada bukit dan sawah berpetak-petak. Lihat ke kanan ada gunung yang dibawahnya kali bening yang membelah perbukitan hijau. Sedang dibagian depan, tampak lalu lalang penduduk berjalan kaki sambil memanggul rumput yang baru ditebang diatas kepala dengan jalanan yang mulai menanjak. Dan pemandangan itu jelas membuat kami terpana dan tidak sadar kalau kontur jalan yang kami lalui semakin tinggi.
Saking keasyikan menikmati pemandangan sambil berjeprat-jepret ria tiba-tiba… Insiden ngeri terjadi.
Ditengah-tengah jalan tanjakan sekonyong-konyong mobil berhenti mendadak. Diam-yam. Tanpa gerakan berarti. Sedang pemandangan dibelakang tampaklan jalanan aspal yang menurun curam. Sesekali mobil mundur kebelakang. Lalu berhenti lagi.
Kami berempat saling menguatkan. Melihat Mas Rinaldi yang saat itu kebagian nyetir terus berusaha mencari ancang-ancang dengan muka pasi. Dibelakang Kang Yayat berusaha mengendalikan laju mobil dengan memberi alternatif kendali apa yang harus dipegang. Sedangkan Cak Lozz, saya nggak bisa melihat jelas seperti apa rautnya yang pasti ketika saya pegang, tangannya bergetar hebat. Sedangkan saya yang ketika itu berada disamping Mas Rinaldi tidak tau harus merasakan apa. Takut nggak. Deg-degan juga nggak. Perasaan seperti tak terjadi apa-apa. Biasa aja gitu. Atau ada yang salah dengan dada saya? wah mesti lari ke paranormal terdekat nih, ups 😀
Tapi beneran lho kejadian seperti ini saya pikir biasa saja. Soalnya beberapa kali saya mengalami kejadian begini. Ditengah-tengah tanjakan tiba-tiba mobil yang saya tumpangi berhenti. Yang saya ingat kejadian seperti ini saya alami waktu mau naik ke Gunung Welirang dan ketika dalam perjalanan ke Sedudo. Jadi ketika Kang Yayat, Mas Rinaldi dan Cak Lozz merasa ketakutan, saya malah merasa biasa saja haha..
Baru ngerti ternyata mobil berhenti ditengah tanjakan itu berbahaya, toh.. kalau begitu besok-besok kalau terjadi lagi, saya suruh dada ini supaya deg-degan aja kali ya.. tapi-tapi kalau sudah tau berbahaya begini kok jadi takut sendiri, sih. Ogah deh, semoga nggak ada lagi kejadian macam ini. Bikin takut sendiri jadinya.. yang jelas kalau diajak naik kesana lagi, tetep maulah.. pemandangannya bague, euy 😀
Bersambung ke postingan selanjutnya ya 😉
mandor
loh, setelah mobil berhenti di tanjakan, ceritanya langsung berhenti juga. Masih penasaran dengan cerita selanjutnya
nunu
Sudah sip mbak… jadi punya beberapa judul dalam satu tema kopdar kan? Menunggu cerita berikutnya
Lidya
aku suka deg2an mbak kalau di tanjakan takut mundur lagi 🙂
Imam Sujaswanto
Semoga senang berkunjung ke Jember ya Mbk.
Hanna HM Zwan
xixixixixi dh kebayang mbk gimana deg2annya 🙁
Siti Fatimah Ahmad
Assalaamu’alaikum wr.wb, Yuni…
kalau saya mengalami hala sedemikian, akan turut gementar hebat mbak. Sudahlah di tempat orang dan kita tidak biasa di tempat tersebut, tentu bikin hati takut dan menyesal menuruti jalan begini.
Walaupun begitu, kalau memang sudah suka mengembara, keadaan begini pasti mengasyikkan, tambah lagi pemandangan desa yang permai dan indah.
Salam manis dari Sarikei, Sarawak. 😀
f.nugroho
eh aku kok bisa-bisanya menirukan bilang buuuanget pake menggelembungkan pipi ya… Wkwkwk
Imelda
oalah… karena tanjakan… pikirku karena ditahan “sesuatu”. biasanya banyak kan tuh kejadian 😀 :V
cheila
Jalan kaki ni ye….
Mogok gtu karena ada unsur mistis atau apa mbak??nek aq dimobil itu msti udh nangis kejer.wkwkwkwk
evi
Ih seru nian Mb Yuni, pengen deh diajak hahaha. Tapi tanpa insiden yang tak menakutkan Mb Yuni itu ya…soalnya kalau mobil berhenti ditanjakan terus remnya gak pakem kan bisa aja tuh mobil mundur semau2nya
yayats38
Yang bikin panik saat itu bau menyengat selain turunan tajam. Seperti dari kampas kopling yg terbakar.
Tapi perjalanan kemarin itu memang seru. Dan kini contoh tembakau sedang diperiksa sama yg minta. Makasih buat sahabat semua, sudah bersusah-susah pada perjalanan kemarin 🙂
sari widiarti
cantik banget pemandangannya Mbak, segeeeerrr..
aku di curhatin ama pria tak seberapa tampan itu 😀
dia ngeri plus pucat karena sebelah kirinya jurang, wez ya gitu curhat2 tapi suwer aku kok malah mau ketawa ya klo lihat pria tak seberapa tampan itu ketakutan 😀
tapi tak tahan ketawanya, lah minta di puk puk itu pria tak seberapa tampan 😀
Lego Nego
Jawa Timur Luas Ya mam ,………….
bintangtimur
Hihihihi…kebayang gimana serunya perjalanan Yuni…apalagi cuman Yuni sendiri yang santai dan nggak deg-degan…nggak takut ta, Yun?
Kalo saya kejebak di tanjakan kayak gitu, pasti langsung turun dan teriak-teriak minta tolong…paranoid abis lah pokoknya 😀
bintangtimur
Ngomong-ngomong, dulu waktu kuliah juga saya pernah ke Baluran lo, Yu…tapi kenapa nggak kerasa lama?
Apa karena semobil sama cowok yang saya taksir ya?
😉
Lusi
Kyaaaa ojok suwe2 sambungane yo