Semalam di Kalisat

2015-12-28_07-15-01

Keputusan tidak keliru ketika saya memilih turun di Stasiun Kalisat, Kabupaten Jember sisi Utara, ketika berangkat ke Banyuwangi. Bila perjalanan saya lanjutkan hingga Stasiun Banyuwangi Baru, waktu yang harus saya tempuh sekitar 4 jam lagi. Masih setengah jalan.

Tiba di Stasiun Kalisat, Mas Hakim atau Masbro, dan Mbak Hana alias Prit, sudah menunggu di depan pagar pintu keluar. Tak menunggu lama saya dan Mas Rinaldy langsung menemui pasangan yang menikah pada Setelah Bulan Sebelas.

Masbro Hakim dan Mbak Prit adalah pasangan sejoli yang berprofesi sebagai penulis. Masbro lebih intens ke sejarah, sedangkan Mbak Prit menyukai bidang sastra. Dua hal berbeda namun saling menguatkan. Sedangkan Saya dan mereka diperkenalkan oleh sebuah kolom komentar di dunia maya. Sesederhana itu..

Di awal grup Facebook Warung Blogger berdiri, kami kerap berbalas komentar. Warung Blogger menjadi warung yang kopi dan gorengannya selalu laris. Hampir tiap hari aneka gorengan, kopi hitam, dan wedang hangat ludes diserbu blogger.

2015-12-28_08-30-11

“Dari Stasiun Kalisat ke rumah jalan kaki ajaa, dekat, kok..” kata Mbak Prit melalui WhatsApp.

Saya sempat berpikiri buruk, “Ah, masa sih dekat. Dekatnya orang Surabaya dan orang Jember kadangkala tak sesuai kesepakatan”. Bukan hanya ucapan orang Jember saja, di Jombang pun saya pernah kena jebakan seperti ini. Ketika bertanya salah satu lokasi kepada seorang warga, bilangnya dekat, nyatanya setelah di lalui jaraknya 2 kilo! Ahaii!!.. haha

Lalu dekatnya orang Surabaya bagaimana? Jangan tanyakan itu, kadang – kadang orang Surabaya gak punya pendirian tetap *nunjuk diri sendiri* 😀

Namun kali ini saya lebih percaya ucapan Mbak Prit. Lebih tepatnya pasrah hehe.. bila harus jalan kaki pun saya akan lakoni asal selalu bersama – sama. Uhuk!

Matahari yang separuh tertutup awan gelap menyapa kami di Kalisat. Keluar dari pintu stasiun, Masbro dan Mbak Prit langsung mengajak saya naik Dokar.

Ah, kalian tau lah Dokar.. gak usah saya jelaskan lagi, ya.. 😀

2015-12-28_08-30-30

Saya sempat protes ke mereka, “Kok naik Dokar? Katanya dekat!”

Bukan jawaban memuaskan yang saya terima, tapi paksaan agar segera naik ke atas Dokar. “Saya ajak keliling – keliling Kalisat dulu, Mbak” ujar Mbak Prit.

Mulai agak curiga saya, jangan – jangan yang dibilang dekat sebenarnya adalah jauh hihi.. Dugaan saya sedikit ada benarnya, sebab ketika sudah di atas Dokar, kuda yang harusnya berlari, malah mogok di tengah jalan. Entah dimana kelirunya tiba – tiba Kuda nya ngambek. Mungkin karena penumpang nya tidak ikhlas haha..

2015-12-28_07-15-50

Kalisat merupakan wilayah Kecamatan di Jember yang memiliki pemandangan indah. Di atas Dokar Mbak Prit banyak bercerita pada saya. Diantara keunikan yang dimiliki Kalisat ada Gereja yang jemaatnya menggunakan peci dan kerudung saat melakukan ibadah. Bukan suatu masalah besar, namun cukup membuat saya terperangah. Saat perayaan Natal, umat Kristiani dan umat Islam saling mendukung satu sama lain. Sayangnya, keberadaan saya di Kalisat tidak sedang malam Natal sehingga tidak melihat sendiri bagaimana suasana keakrabannya.

2015-12-28_08-32-01

Memasuki perkampungan desa, masyarakat Kalisat tak henti – hentinya menyapa kami. Itu karena Masbro yang rajin menyapa duluan ke mereka. Kenal atau tidak kenal, semua orang di sapa. Cukup singkat, “Monggo, Pak”.. atau “Monggo, Bu”.. hal – hal kecil inilah yang menjadikan kangen terhadap suasana desa.

2015-12-28_08-30-53

Rumah Masbro dan Mbak Prit berada di lingkungan yang asri dan tenang. Depan belakang rumah mereka di liputi sawah dan tegalan. Eh, juga pekuburan. Keadaan itu membuat rumah bersahaja mereka tak pernah sepi tamu.

2015-12-28_08-32-19

Sayang, hanya semalam saya berada di sana. Mungkin suatu saat ingin sekali berlama – lama. Mungkin 3 hari, 5 hari, atau sebulan. Ngekos aja sekalian! 😀

Pentas Baratayuda, puncak penutup KolaborAsyiiik 2015

Sisingaan Pentas Baratayuda

Apa jadinya bila harmoni gamelan Jawa di padukan dengan tetabuhan Kreasi Musik Sampah?

Yang terbiasa nonton wayang pasti sudah paham, kan, bagaimana alunan suara gamelan seperti gambang, gong, dan kenong? Biasanya alat-alat musik ini kalau dimainkan akan menghasilkan nada yang terdengar kalem dan harmonis. Tapi bagaimana dengan tabuhan Kreasi Musik Sampah sendiri?

Kreasi Musik Sampah atau Kresipah merupakan kreatifitas alat musik yang di mainkan dari sampah atau bahan tak terpakai seperti galon dan panci bekas. Jika di satukan alat-alat tersebut terdengar seperti alat musik perkusi.

2015-11-17_01-04-32

Saat pementasan Baratayuda yang berlangsung sengit di Teater Kautaman Gedung Pewayangan Taman Mini Indonesia Indah pada tanggal 8 November lalu, terjadi kolaborasi unik antara musik gamelan Jawa dengan Kreasi Musik Sampah (Kresipah). Pentas Baratayuda ini menjadi puncak acara KolaborAsyiiik 2015 yang mempertemukan seniman daerah seperti Komunitas Reog Surabaya dengan Sisingaan Sukabumi, kerajinan tangan Goni , Batik Pekalongan, Lurik Blitar, Topi Bambu Tangerang, dan karya musik Kresipah.

Pentas Baratayuda

Diantara seniman yang unjuk kebolehan dalam pementasan tersebut adalah penampilan Komunitas Reog Ponorogo dengan lakonnya Bujang Ganong. Bujang Ganong merupakan karakter yang sering tampil pada pertunjukan reog. Kemunculan Bujang Ganong selalu diikuti dengan atraksi-atraksi lucu, melompat, dan kayang dengan sangat cekatan. Dalam pentas KolaborAsyiiik 2015, Bujang Ganong sengaja dimunculkan untuk menambah harmoni cerita Baratayuda. Selain itu agar penonton tidak bosan saat menikmati pertunjukan wayang.

Inilah perbedaan Pentas Baratayuda dengan pentas seni lainnya. Karakter Bujang Ganong dimasukkan dalam cerita untuk membuktikan bahwa kesenian wayang dan kesenian reog dapat menyatu. Harmonisasi kolaborasi antara musik gamelan dan perkusi juga menjadi nilai tambah pertunjukan pada malam itu. Lucu, rancak, menghentak dan menghibur.

Saya menjadi satu diantara 400 penonton pentas Baratayuda. Seumur-umur saya baru merasakan nonton langsung pagelaran pentas seni yang megah seperti ini. Tabuhan musiknya asli, kualitas sound systemnya merasuk, dan pemainnya juga menjiwai.

2015-11-17_01-06-34

Sebelum pentas saya sempat tanya-tanya sedikit dengan salah satu pemain. Namanya Pak Yudhi Barata. Pak Yudhi Barata tampil saat tari Sisingaan. Menurut beliau, pentas Baratayuda bukan merupakan pentas wayang karena kisahnya tidak murni tentang pewayangan. Disebut pentas Baratayuda karena khusus menceritakan kisah Baratayuda dimana artinya sangat luas dan kisahnya bisa dimodifikasi dengan konsep apapun.

Meskipun tidak sepenuhnya mengerti jalan cerita Baratayuda tapi saya akui ini pertunjukan pentas yang megah dan menghibur. Saya sukaa.. terutama ketika menikmati tari Sisingaan. Musiknya rancak dan mirip musik dangdut. Saat adegan Sisingaan pemainnya menari dan berjoget kayak goyangan joget koplo hihi.. dan diam-diam saya juga ikut goyang, lhoo haha.. Konon Sisingaan memang mirip dangdutan. Tareeeekkk…..

“Adhuh yayi Pujiwati setya tuhu, wahyane kang wus nekani. Pun kakang amagut pupuh, madeg dadya senapati. Umangsah aneng palugon”

Begitulah sepenggal tembang sebelum kemunculan Bujang Ganong di atas panggung yang kemudian diikuti kolaborasi musik gamelan dan perkusi. Saya yang malam itu duduk di dereta kursi K24 tanpa sadar menggoyang-goyangkan kaki. Ternyata bila di padukan secara tepat instrumen gamelan dan perkusi dapat menghasilkan nada yang indah.

Ini video tari Sisingaannya..

Pak Tri Suryanto yang mewakili Komunitas Reog Surabaya menyampaikan antuasiasnya dalam KolaborAsyiiik 2015, “… mendapatkan peluang berperan dan seni pertunjukan sekelas Baratayuda merupakan kebanggaan tersendiri. Kami tidak hanya bertemu pelaku seni dari berbagai latar belakang, namun juga memperoleh kesempatan bertukar pikiran dengan mereka tentang perkembangan minat seni di Indonesia.”

Pentas Baratayuda di produksi oleh GELAR yang menampilkan 80 seniman dari latar seni budaya. Pertunjukan yang dimulai jam 19.30 dan berakhir 21.30 menyuguhkan banyak atraksi seru, mulai dari musik, adegan, tarian, dan semuanya. Penonton juga tampak sangat antusias dengan pertunjukan tersebut. Termasuk saya.

Seluruh pemain pentas Baratayuda
Seluruh pemain pentas Baratayuda

Pentas Baratayuda sudah berlalu sekarang tetapi di hati saya pertunjukan itu masih menari-nari. Saya berharap semoga pertunjukan seni seperti ini sering-sering ditampilkan karena saat ini, jujur saja, saya kangen dengan kesenian wayang. Dan tentu saja agar tidak membosankan cerita dan pemainnya di buat lebih modern. Yaa.. walaupun gak paham-paham banget cerita wayang, minimal masih bisa mengenal kesenian musik tradisional macam gamelan dan perkusi.

2015-11-17_01-08-08

Terima kasih Sampoerna Kretek dan seluruh pihak yang terlibat dalam pagelaran Pentas Baratayuda, semoga acara positif seperti ini dapat terus berlanjut sehingga memperluas potensi kesenian daerah menuju pasar global.

Camping di The Pines Taman Dayu

Macem²

Camping di The Pines Taman Dayu jadi alternatif liburan keluarga di tengah alam terbuka dengan suasana hutan pinus yang indah. Konsep campingnya serba modern sehingga tidak repot membawa perlengkapan berkemah seperti tenda dome. Semakin instan lagi pengelola menyediakan makan dan coffe break. Jadi campingnya kayak orang rekreasi, urusan makan sudah ada yang menyiapkan. Penak, toh?! 😀

2015-10-31_06-13-24

Saya pikir Taman Dayu adalah kompleks perumahan yang di lengkapi fasilitas mewah seperti lapangan golf. Dari luar, kompleks ini sudah kelihatan perumahan ‘mahal’. Jalanannya saja ada pohon-pohon hijau yang rindang dan bersih. Apalagi ada store KFC yang bangunannya unik menggemaskan. Tapi.. jauh masuk ke dalam ada Hutan Pinus dan lahan kemping bernama The Pines. Gak ada warung lho, disini. Kalau mau makan KFC turun dulu7 km! 😀

Macem²

Tanggal 26-27 Oktober kemarin saya bersama teman-teman blogger Jawa Timur melakukan Camping di The Pines Taman Dayu. Kami memanfaatkan fasilitas tenda dan pendopo Bale Segawe. Selama 2 hari kemping, kami lebih banyak menghabiskan waktu di pendopo. Ke tendanya pas waktu tidur malam aja. Soalnya di pendopo nyaman, sih, buat leyeh-leyeh, justru leyeh-leyeh di tenda gak nyaman. Hawanya summer, Jeh hehe..

2015-10-31_06-15-20

2015-10-31_06-14-59

2015-10-31_06-14-47

Lokasi The Pines jaraknya kurang lebih 7 km-an dari pintu masuk perumahan Taman Dayu. Kalau dari Surabaya menuju arah Malang, tempatnya di sebelah kanan jalan. Gampang, kok. Wong bangunan KFCnya mencolok..

1 tenda normalnya diisi 6 orang. Per tenda bayarnya Rp. 150 ribu belum termasuk makan. Kalau di rata-rata per orang kenanya Rp. 30 ribu. Tendanya nyaman, sudah dilengkapi alas. Tapi gak ada sleeping bag nyaaa.. saya rasa kemping ke sini gak usah bawa sleeping bag, deh, percuma gak ke pakai. Hawanya gak begitu dingin. Baru terasa dingin diatas jam 2 pagi. Pakai jaket saja sudah cukup.

2015-10-31_06-12-25

2015-10-31_06-12-52

Fasilitas kamar mandi nya banyak. Ada Musholla, ada tempat wudhu juga. Semuanya bersih dan terawat. Lahan perkemahannya juga luas.

2015-10-31_06-14-24

2015-10-31_06-14-13

The Pines Taman Dayu menyediakan beberapa pilihan tempat menginap. Ada rumah kayu, rumah pohon, dan tenda. Kalau rumah kayu kamar mandinya ada di dalam, sedangkan rumah pohon kamar mandinya pakai kamar mandi umum. Iyalah, tempatnya aja di atas pohon, masak mau pipis di atas. Kalau mau ngapain ya harus turuuun 😀

BloggerCampID SRBY

The Pines Taman Dayu cocok lho buat acara gathering kantor. Selain menyediakan tempat penginapan, ada pendopo dan ruang meeting juga. Mau pakai konsep seru-seruan juga bisa, The Pines menyediakan fun games, flying fox, paint ball, dan lain-lain.

Saya suka fun games dan flying fox. Instrukutur nya ramah, sabar, dan humble. Kita gokil, instrukturnya juga gokil. Pokoknya menyenangkan lah camping di The Pines Taman Dayu.

Mau nginep di The Pines Taman Dayu?
Tenda Rp. 150.000/malam/ muat 6 orang
Rumah Kayu Rp. 400.000/malam/1 keluarga
Rumah Pohon Rp. 450.000/malam/1 keluarga +- 4 orang
Api unggun Rp. 150.000

BloggerCampID SRBY

Menginap sekaligus rekreasi di Novotel Surabaya

Kata orang cuaca kota Surabaya panas. Emang iya, masalah? 😀
Dan katanya Surabaya kota 1000 taman. Jelaaaas. Gak masalah, kan? 😀
Surabaya banyak hotel, tapi Surabaya kurang tempat rekreasi. Hohoho.. ini, nih.. sangat-sangat tidak bener. Kata siapa Surabaya tempat rekreasinya kurang? Taman ada di mana-mana. Di tengah kota, pula. Dan kalau ingin menginap sekaligus rekreasi, ya ke Novotel Hotel & Suites Surabaya ajaa.. jangan jadi masalaah haha..

P_20151018_103346

Iya, saya ngaku, perkembangan hotel di Surabaya memang pesat. Walaupun bukan seorang pengamat perhotelan, tapi banyak sekali hotel baru yang tiba-tiba sudah berdiri magrong tanpa saya tau kapan proses pembangunannya. Begitu lewat, baru sadar ada hotel baru. Dari sekian hotel di Surabaya, saya cukup salut dengan Hotel Novotel Surabaya. Kenapa salut, karena hotel Novotel memadukan tempat menginap sekaligus rekreasi paling ajib di Surabaya. Kepo, ya? Kepo, ya? Hehe

P_20151018_105040

Week end kemarin saya nginap di hotel Novotel Surabaya. Penting diketahui hotel Novotel ini jaraknya kalau ditempuh kendaraan dengan kecepatan 60 km/jam dari rumah saya, hanya membutuhkan waktu 60 detik saja. Jadi, berapa jarak rumah saya ke Novotel? *rumus, mana rumus?*

P_20151017_170547

Ketika melihat Novotel satu yang paling ingin saya lakukan sejak lama, yaitu guling-guling di atas hamparan rumput di halaman hotel. Entah kenapa melihat rumput Novotel seperti bukit Teletubbies.. bersih dan menyilaukan mata. Begitu juga dengan view di dalam hotel, ada kolam renang di tengah taman lengkap dengan pepohonannya. Kayak.. kayak sedang rekreasi di resortnya Kerajaan Mughal, deh.. 😀

P_20151017_161556

Hotel Novotel memiliki 144 kamar, yang terbagi menjadi: 72 Superior Garden View, 44 Superior Pool View, 22 Superior Pool Terrace, 4 Junior Suite, dan 2 Executive Suite. Sedangkan untuk kamar Suites ada 71 kamar, yaitu: 42 Suite 1 Bedroom, 20 Suite 2 Bedrooms, dan 9 Suite 3 Bedrooms.

P_20151017_130509

P_20151017_132022

Semua kamar dilengkapi dengan Mini Bar, Rain Shower / Bath Tub, Hair Dryer, IDD Phone, Cable TV, fasilitas membuat Teh dan Kopi, serta tentu saja free WiFi.

P_20151018_102728

Selain kamar-kamar yang di dominasi dengan view menarik, Novotel juga memiliki beberapa Cafe dan Restaurant. Ada Jenggala Restaurant, Dahana Lounge Bar, Splash Bar, dan La Chocolatine.

P_20151018_110229

Bila ingin pesta Pizza, Novotel menyediakan Splash Bar dengan menu Pizza a la Italia pakai toping keju mozzarella. Usai berendam dan berenang cantik kita bisa pesan Pizza di sini. Minumnya? Pesen dong yang khas nya Novotel, yaitu Lady Novotel. Ajiib..

P_20151017_140938

P_20151017_142534

P_20151018_104606

Menghabiskan waktu Novotel rugi kalau hanya melamun cantik. Gunakan saja waktumu dengan bermain Tennis, beryoga, atau nge-gym ria biar otot makin kekar dan tubuh jadi bugar.

P_20151018_102915

P_20151017_173303

P_20151017_162540

Hmm.. masih ada keunikan Novotel yang saya kagumi, yaitu banyak spot menarik yang bisa dijadikan tempat selfie. Taman yang indah dan luas dengan swimming pool berwarna biru. Oya, Taman ini sering digunakan garden party, lho.. yang mau nikah konsep garden party, di Novotel ajaa..

P_20151018_074047

Pada Hari Minggu Novotel seperti taman bermain dan berenang. Bahkan ada fasilitas menunggang kudanya. Pokoknya urusan kesenangan anak-anak selesai deh kalau di bawa ke Novotel. Anak-anak bermain, Bapak Ibu nya bisa refleksi kaki sambil cengkerama berdua. Aman, gak ada yang gangguin hehe..

P_20151018_081629

P_20151018_092753

Mau menginap sekaligus rekreasi di Novotel Surabaya? Hubungi saja:
Novotel Surabaya Hotel & Suites
Jl. Ngagel No. 173 – 175 Surabaya 60246
Telp: 031 – 5018900
Website: www.novotel.com

Napak tilas perjuangan Pangeran Diponegoro

Napak tilas perjuangan Pangeran Diponegoro. Kawan, ingatkah kalian dengan Pahlawan Diponegoro? Ah, generasi PSPB pasti ingat.. 😀
Walaupun lupa tahun berapa beliau lahir, minimal taulah beliau lahir di mana. Yuk, belajar PSPB lagi, yuukk… hehe

Makam sang Pangeran
Makam sang Pangeran

Sedikit cerita sebagai napak tilas perjuangan Pangeran Diponegoro, beliau dikenal sebagai Pahlawan Nasional sebelum Kemerdekaan. Lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 dan merupakan putra pertama Sultan Hamengkubuwana III. Calon raja, nih.. pasti jadi dambaan putri kerajaan tetangga.. hehe

Nama kecil Pangeran Diponegoro adalah Bendara Raden Mas Antawirya. Meski sebagai putra sulung, namun Pangeran Diponegoro menolak ditetapkan sebagai Raja. Menyadari karena Ibu beliau hanyalah istri selir, bukan permaisuri. Rendah hati banget, ya beliau. Kalau jadi aktor film, Pangeran cocok jadi pemeran protagonis. Tidak serakah, baik hati, dan sederhana huehue.. Beliau juga dikenal sebagai tokoh agamis dan merakyat, lho..

Semasa hidup, Pangeran Diponegoro sangat membeci perlakuan Belanda yang semena-mena terhadap rakyat jelata. Demi mempertahankan negeri, Pangeran Diponegoro kerap melawan kebijakan Belanda yang selalu merugikan rakyat. Tidak sabar melihat kekejian Belanda, Pangeran Diponegoro kemudian mengadakan perlawanan yang diberi nama Perang Sabil yang bermarkas di Gua Selarong.

Itulah awal cerita perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajah. Nah, sekaran taukah teman, dimana makam Pangeran Diponegoro berada?

“Yogyakarta!”
Salah!! itu jawaban saya! Jangan dicontek! Wkwk..

Jawaban yang benar adalah Pangeran Diponegoro bersemayam di kota Makassar, bukan di Jawa. Jauh banget ini, mah haha..

Jadi sang Pangeran lahir di Yogjakarta, di asingkan ke Makassar, lalu dimakamkan di Makassar juga. Saya juga taunya waktu ke Makassar bersama tim Datsun Riser Expedition, kok.. *Keliatan waktu belajar sejarah tidur* haha

makam

Setelah mengunjungi Pantai Losari di tempat pembuatan Kapal Pinisi, Tim Datsun mengajak Risers Expedition berziarah ke makam Pangeran Diponegoro yang berada di jalan Diponegoro, Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo, Makassar. Lokasinya tak jauh dari Benteng Rotterdam, tempat beliau diasingkan selama 25 tahun.

Suasana makam petang itu terlihat sepi. Pagar makam telah tertutup rapat. Namun kunjungan kami tetap di terima oleh seorang Bapak yang mengaku sebagai Cangga Wareng alias keturunan ke 5 dari Pangeran Diponegoro.

Usai mengirim doa bersama di makam, kami diterima oleh salah satu keturunan Pangeran Dponegoro. Dengan logat Makassar, sang Bapak menceritakan napak tilas Pangeran Diponegoro pada masa Perang pada tahun 1825 – 1830.

Dikisahkan, Pangeran Diponegoro sangat ditakuti Belanda. Bahkan panggilan DIPONEGORO di ganti menjadi DIPANEGARA, yang artinya: DIPA = RAJA, NEGARA = WILAYAH. Maksudnya Belanda mengakui kegigihan Pangeran dan menganggapnya sebagai Penguasa. Belanda sudah kalang kabut menghadapi strategi perang Pangeran. Tak lebih dari 8000 orang Eropa tewas. Berbagai cara di lakukan Pangeran untuk membumi hanguskan Belanda. Hingga pada tahun 1830, Belanda merasa kepayahan dan mengajak berunding Pangeran Diponegoro.

Kata Belanda, “Kami lelah, Pangeran.. yuk kita istirahat dulu. Kami ingin istirahat sambil makan Gudeg Yogyakarta. Ini baik untuk pertumbuhan, ketimbang tiap hari angkat senjata” 😀

Awalnya Pangeran menolak, beliau tau ini hanya siasat. Akan tetapi sebagai pemimpin, Pangeran tak kuasa saat para laskarnya di tawan Belanda. Akhirnya Pangeran bersedia diajak berunding dengan syarat laskarnya dilepaskan. Nyatanya, Pangeran Diponegoro bukan diajak berunding, saat menyerahkan diri, Pangeran di tawan lalu diasingkan ke Manado, kemudian dipindah ke bentang Fort Rotterdam di Makassar.

“Nda, Nda, kamu ini dikasih hati minta ampela..” rutuk Pangeran. Dan Pangeran pun pasrah berada di dalam pengasingan sampai akhir hayatnya. Pada tahun 1855, Pangeran wafat dan dimakamkan di Makassar bersama putra-putri serta pengikut (laskar)nya.

Begitulah sekilas napak tilas perjuangan Pangeran Diponegoro, semoga kita semua mendapat inspirasi dari beliau. Amiin. Merdeka!

Kapal Pinisi, Kapal Layar kebanggan Indonesia

Kelas 1 SMP dulu, saya membaca artikel di buku pelajaran Bahasa Indonesia tentang kapal Pinisi bernama Dewa Ruci. Di ceritakan kapal Pinisi Dewa Ruci adalah kapal layar asli Indonesia yang sukses beberapa kali mengarungi 7 samudera di dunia. Setiap kapal Pinisi berlayar membutuhkan waktu setidaknya 6 bulan hingga 1 tahun.

YUNI1821

Sejak itu bayang-bayang Kapal Pinisi mengikuti saya terus. Saya mengherankan, bagaimana bisa kapal layar bisa keliling dunia. Mengarungi lautan luas hanya bermodal kain layar!

Ah, kapan saya bisa melihat Kapal layar Pinisi dari dekat. Seandainya diijinkan saya juga ingin naik diatas Pinisi. Biar keren, berdiri di anjong sambil membentangkan kedua tangan. Kayak adegan Jack dan Rose gituu.. hehe.

Untuk kengobati rasa penasaran itu cara satu-satunya yang saya lakukan adalah menikmati pajangan miniatur kapal layar Pinisi yang biasa jadi dekorasi rumah. Ah, melihat miniatur kapal saja bentuknya sudah rumit. Bagaimana dengan kapal ukuran asli?

Pernah dulu saya datang ke Tanjung Perak dan melihat kapal Pinisi asli sedang bersandar. Dari cerita yang beredar kapal Pinisi tersebut baru pulang layar. Tapi sayangnya, pihak AL tidak memperbolehkan pengunjung umum naik. Uh, sedihnya.. hanya bisa berfoto dari jauh.

2 minggu lalu, setiba di Bandara Sultan Hasanuddin, oleh tim Datsun Risers Expedition, saya dikenalkan dengan seorang pembuat kapal Pinisi di sekitar kawasan pantai Losari. Iya, benar-benar pembuatnya. Namanya Om Rudi. Sambil bercerita saya dan teman-teman Risers dipersilakan melihat langsung dan bahkan dipersilakan naik ke atas kapal. Aih, senaaanggg..
Apalagi saat itu suasana menjelang senja. Sambil naik kapal, kami bisa menikmati senja di Losari. Romantisnyaa…. 😀

Kapal Pinisi Pusaka Indonesia

Om Rudi menceritakan bahwa membuat kapal Pinisi dibutuhkan waktu selama 6 bulan. Meski dalam tahap penyelesaian, kapal yang diberi nama Kapal Pinisi Pusaka Indonesia, telah berdiri dengan kokoh.

Untuk menjangkau area kapal, saya dan teman-teman Risers harus naik sampan bambu kemudian ditarik secara bersama-sama. Momen itu benar-benar momen gotong-royong paling tak terlupakan. Saat sudah berada diatas kapal, aroma kayu besi (bahan pembuatan Kapal Pinisi yang khusus didatangkan dari Bira) seketika menguar. Saya dan teman-teman tentu saja tak melewatkan kesempatan itu. Jelas, kami gunakan momen itu untuk berfoto bersama..

P_20150928_175701.jpg

Kapal Pinisi yang saya naiki adalah jenis kapal Pinisi berukuran kecil. Meski kecil, kapal ini tak meninggalkan bentuk aslinya, seperti ciri khas Kapal Pinis dengan bagian depannya terdapat Anjong, serta terdiri dari 2 tiang dan 7 layar. Ada yang bilang 7 layar dianalogikan sebagai 7 samudera.

Ketika berjalan, kapal Pinisi ini menggunakan bahan bakar. Tapi tidak menutup kemungkinan membentangkan layar saat angin laut melaju kencang. Cara ini sebagai alternatif menghemat bahan bakar.

Ketika saya tanya fungsi kapal Pinisi yang dibuatnya itu, oleh Om Rudi dijawab bahwa kapal Pinisi dibuat untuk program pendidikan bahari. Karena menurutnya masyarakat Indonesia semakin lama tidak tertarik dengan dunia ke-baharia-an. Padahal saat masih kecil dulu sering mendengar lagunya Tasya yang berjudul, Nenek moyangku seorang pelaut.

Oya, teman-teman percaya nggak, di Makassar, pembuat kapal Pinisi tidak menggunakan gambar atau teknik-teknik membuat kapal, lho. Semuanya dibuat pure pakai insting. Jadi kalau masyarakat Makassar membuat kapal Pinisi bersama-sama, mereka sudah tau apa dan bagaimana cara mengerjakannya. Keren, kaann..

P_20150928_175716.jpg

Sstt.. pada mau tau gak, berapa harga satu unit Kapal Pinisi? Muraah! hanya 2,3 M sajaa…! 😀 Ada yang tertarik pesan? Hehe..

P_20150928_174836.jpg

Ekspeditor Nekat

Tidak terasa, sudah 3 hari aja saya istirahat setelah pulang jalan-jalan keluar pulau. Balik dari Makassar tanggal 2, sekarang sudah masuk tanggal 5. Itu artinya sekarang adalah masa-masa bayar arisan dan bayar-bayar tagihan bulanan.. *ujung-ujungnya pait* 😀

Selama 5 hari berada di Makassar saya dan tim risers 4, juga seluruh tim Ekspeditor berjibaku memforsir tenaga, pikiran, dan badan. Urusan bayar-bayar tagihan sementara dilupakan dulu. *eh*. Melalui perjalanan ratusan kilometer dengan medan yang berkelok, tanjakan, dan kadang-kadang berkerikil – bergelombang ekspedisi ini menuai banyak inspirasi. Capek badan tidak dirasakan, karena kami melakukannya dengan senang hati. Meskipun tiap hari harus mempraktekkan judul lagunya Armada, -Berangkat Pagi Pulang Pagi-, gendong tas ransel kanvas dan agkat koper kesana kemari, masuk hotel keluar hotel. Untungnya ada bagasi luas yang memuat semua barang bawaan kami.

IMG_2043

Selama di Makassar hidup kami memang nomaden. Pindah tidur dari hotel satu ke hotel yang lain. Pindah makan dari resto satu ke resto yang lain. *boleh dong bergaya ala borjuis hahaha*. Begitu juga untuk urusan toilet, tetep nomaden, pindah dari satu pom bensin ke pom bensin lainnya.. hehe

Meskipun tidur hanya 2-3 jam saja, tapi sukses membuat kami berbalas dengkuran. Uhuiiii, suaranya seksiiiii… untung gak ada yang ngrekam haha..

Namanya perjalanan ekpedisi tidak ada yang santai dan leyeh-leyeh. Semua orang bekerja dan kompak dengan satu niat, menaklukkan tantangan untuk mencari inspirasi. Target yang telah disusun Kapten harus bisa direalisasikan dengan sukses. Tidak ada yang mengeluh, semuanya bersatu, bergembira, dan menjadi tim yang solid.

Menjadi ekspeditor mengarungi sebagian wilayah NKRI adalah pengalaman pertama saya. Sungguh ini semua diluar prediksi. Saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman tim risers 4:, Aya, dan Vika, yang sudah menjadikan saya menjadi bagian tim kalian. Entah apa yang telah kalian lakukan sehingga kita semua terpilih menjadi satu diantara 5 tim risers. Bravo Risers 4! Tetap waspada babon dan iring-iringan ayam. Eaaaa….

Perjalanan 3 hari 2 malam dengan rute perjalanan Makassar, Toraja, Bulukumba, Makassar adalah perjalanan berat dan jauh. Vika yang setia menjadi driver, saya sebagai navigator, dan Aya yang bagian teriak-teriak menyemangati kami di jok tengah belagak mainan Most Wanted di warnet tetangga.

“Awas, babon merah di kanan..”
“Iringan cacing melawan arus, hati-hati..”
“Belakang risers 4 lanjut masuuk, depan kosong panjang..”
“Hati-hati ada ayam abu-abu melintas kencang..”

Seperti itulah tugas navigator, memberi traffic info kepada pengendara dibelakang melalui radio komunikasi. Jadi tugas saya, intinya sebagai pemandu sorak, sodara-sodaraa.. haha..

Secara spesial, sih, saya cukup salut kepada Mbak Vika yang nekat melalui jalanan kelok dan tanjakan dengan kecepatan mobil antara 80-100 km/jam. Buat Aya, kamu juga cukup inspiratif karena dengan teriakan-teriakanmu, Mbak-mbakmu di depan ikut terujian adrenalinannya..

Risers 4, Gaspooolll!!!!!!…..