Napak tilas perjuangan Pangeran Diponegoro

Napak tilas perjuangan Pangeran Diponegoro. Kawan, ingatkah kalian dengan Pahlawan Diponegoro? Ah, generasi PSPB pasti ingat.. 😀
Walaupun lupa tahun berapa beliau lahir, minimal taulah beliau lahir di mana. Yuk, belajar PSPB lagi, yuukk… hehe

Makam sang Pangeran
Makam sang Pangeran

Sedikit cerita sebagai napak tilas perjuangan Pangeran Diponegoro, beliau dikenal sebagai Pahlawan Nasional sebelum Kemerdekaan. Lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 dan merupakan putra pertama Sultan Hamengkubuwana III. Calon raja, nih.. pasti jadi dambaan putri kerajaan tetangga.. hehe

Nama kecil Pangeran Diponegoro adalah Bendara Raden Mas Antawirya. Meski sebagai putra sulung, namun Pangeran Diponegoro menolak ditetapkan sebagai Raja. Menyadari karena Ibu beliau hanyalah istri selir, bukan permaisuri. Rendah hati banget, ya beliau. Kalau jadi aktor film, Pangeran cocok jadi pemeran protagonis. Tidak serakah, baik hati, dan sederhana huehue.. Beliau juga dikenal sebagai tokoh agamis dan merakyat, lho..

Semasa hidup, Pangeran Diponegoro sangat membeci perlakuan Belanda yang semena-mena terhadap rakyat jelata. Demi mempertahankan negeri, Pangeran Diponegoro kerap melawan kebijakan Belanda yang selalu merugikan rakyat. Tidak sabar melihat kekejian Belanda, Pangeran Diponegoro kemudian mengadakan perlawanan yang diberi nama Perang Sabil yang bermarkas di Gua Selarong.

Itulah awal cerita perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajah. Nah, sekaran taukah teman, dimana makam Pangeran Diponegoro berada?

“Yogyakarta!”
Salah!! itu jawaban saya! Jangan dicontek! Wkwk..

Jawaban yang benar adalah Pangeran Diponegoro bersemayam di kota Makassar, bukan di Jawa. Jauh banget ini, mah haha..

Jadi sang Pangeran lahir di Yogjakarta, di asingkan ke Makassar, lalu dimakamkan di Makassar juga. Saya juga taunya waktu ke Makassar bersama tim Datsun Riser Expedition, kok.. *Keliatan waktu belajar sejarah tidur* haha

makam

Setelah mengunjungi Pantai Losari di tempat pembuatan Kapal Pinisi, Tim Datsun mengajak Risers Expedition berziarah ke makam Pangeran Diponegoro yang berada di jalan Diponegoro, Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo, Makassar. Lokasinya tak jauh dari Benteng Rotterdam, tempat beliau diasingkan selama 25 tahun.

Suasana makam petang itu terlihat sepi. Pagar makam telah tertutup rapat. Namun kunjungan kami tetap di terima oleh seorang Bapak yang mengaku sebagai Cangga Wareng alias keturunan ke 5 dari Pangeran Diponegoro.

Usai mengirim doa bersama di makam, kami diterima oleh salah satu keturunan Pangeran Dponegoro. Dengan logat Makassar, sang Bapak menceritakan napak tilas Pangeran Diponegoro pada masa Perang pada tahun 1825 – 1830.

Dikisahkan, Pangeran Diponegoro sangat ditakuti Belanda. Bahkan panggilan DIPONEGORO di ganti menjadi DIPANEGARA, yang artinya: DIPA = RAJA, NEGARA = WILAYAH. Maksudnya Belanda mengakui kegigihan Pangeran dan menganggapnya sebagai Penguasa. Belanda sudah kalang kabut menghadapi strategi perang Pangeran. Tak lebih dari 8000 orang Eropa tewas. Berbagai cara di lakukan Pangeran untuk membumi hanguskan Belanda. Hingga pada tahun 1830, Belanda merasa kepayahan dan mengajak berunding Pangeran Diponegoro.

Kata Belanda, “Kami lelah, Pangeran.. yuk kita istirahat dulu. Kami ingin istirahat sambil makan Gudeg Yogyakarta. Ini baik untuk pertumbuhan, ketimbang tiap hari angkat senjata” 😀

Awalnya Pangeran menolak, beliau tau ini hanya siasat. Akan tetapi sebagai pemimpin, Pangeran tak kuasa saat para laskarnya di tawan Belanda. Akhirnya Pangeran bersedia diajak berunding dengan syarat laskarnya dilepaskan. Nyatanya, Pangeran Diponegoro bukan diajak berunding, saat menyerahkan diri, Pangeran di tawan lalu diasingkan ke Manado, kemudian dipindah ke bentang Fort Rotterdam di Makassar.

“Nda, Nda, kamu ini dikasih hati minta ampela..” rutuk Pangeran. Dan Pangeran pun pasrah berada di dalam pengasingan sampai akhir hayatnya. Pada tahun 1855, Pangeran wafat dan dimakamkan di Makassar bersama putra-putri serta pengikut (laskar)nya.

Begitulah sekilas napak tilas perjuangan Pangeran Diponegoro, semoga kita semua mendapat inspirasi dari beliau. Amiin. Merdeka!

You Might Also Like

4 Comments

  1. eda

    generasi pspb.. *ngacung* alhamdulillah udah pernah ke sanaa 😀

  2. Diarysivika

    Sek..sek koyok e penampakan baju biru koyok e aq kenal hahaha… mbak itu beneran yg versi gudeg yogyakarta??? Aq waktu itu sibuk menghalau nyamuk dan ngantuk sewaktu diceritakan sejarahnya yang super paaaaanjaaang hahaha

  3. Idah Ceris

    Melawan kebijakan, pemberani banget yo. . .
    Kayak siapa nek zaman saiki jal? Suka nnton berita pokitik ora? 😀

  4. Lusi

    Kok ora nyampe Magelang? Banyak tu tapaknya 😀

Leave a Reply