Cerita Yuni

Nambah jaringan modal kartu nama

“Mbak, boleh minta no telpnya?” Tanya Mbak Maya suatu hari di acara Simposium Media Islam Online. Nada suaranya berbisik agar tak terdengar oleh peserta lain yang sedang serius mendengarkan nara sumber

“Kalau WA, ada?” tanya Mbak Maya lagi masih dengan suara pelan.

Mbak Maya ini seorang blogger yang berprofesi sebagai guru menulis anak-anak SD. Pertama kenal kami langsung akrab dan berbincang seputar dunia blog dan tulisan. Seperti tak mau putus hubungan mbak Maya langsung meminta nomor telp saya supaya sewaktu-waktu kami dapat berjumpa kembali. Sayangnya saya lupa menanyakan nomor telpnya balik sehingga sekarang ini bingung kalau mau ngajak chatting. Untung saya masih nyimpan kertas berisikan alamat blognya jadi masih ada kemungkinan janji ketemuan dengan berbalas komentar di blog.

Menyesal rasanya kalau ketemu orang tapi tidak minta nomor identitas. Setidaknya saling tukar kartu nama-lah. Etapi, ngomong-ngomong kartu nama saya juga nggak punya kartu nama hihi..

Sudah lama sekali saya tidak memiliki kartu nama. Beberapa teman sempat menyarankan saya membuat kartu nama agar berguna sewaktu-waktu ketika bertemu banyak orang, terutama saat ada undangan blogger. Tapi ya begitu tiap mau pesan kartu nama selalu saja lupa. Bingung bikin desainnya itu lho masalahnya secara saya mati gaya kalau sudah ngomong soal desain-desainan. Dengar-dengar bikin kartu nama di KartuNama(dot)net bisa konsultasi desain kartu nama gratis.

Ada cerita seru saat saya diajak teman blogger menghadiri dinner di salah satu hotel di Surabaya di kawasan jalan Pandegiling. Tamu-tamu yang diundang semuanya orang-orang media. Karena teman saya kerja di media ternama maka diajaklah saya datang ke hotel. Asiknya punya banyak kenalan kan begini, kemana-mana aksesnya terdongkrak haha..

Tiba di meja registrasi saya dan sang teman seperti biasa mengisi form registrasi. Sebelum meninggalkan meja salah satu panitia meminta kami memasukkan kartu nama didalam toples yang telah disediakan. Alasannya kartu nama itu nantinya buat undian doorprize. Karena saya merasa tidak berkepentingan saya cuek aja nggak ngumpulin kartu nama. Lagian kartu nama apa yang dikumpulin, wong ndak punya.

Setelah teman saya ngumpulin kami bersiap masuk ruangan. Tiba-tiba saja..

“Mbak-mbak.. tadi mbak belum ngumpulin kartu nama” seseorang menghampiri kami. Saya dan teman saling pandang-pandangan.

“Lho mbak.. hmm.. tadi teman saya sudah ngumpulin” kata saya ragu. “Saya nggak dapat undian gapapa mbak, soalnya saya nggak ada kartu nama” lanjut saya jujur.

“Maaf mbak kami diminta kantor untuk seluruh undangan agar ngumpulin kartu nama. Kalau nggak ada kartu nama nggak boleh masuk”

“Ohh… hmm…” jelas dong saya gelagapan. Sudah sampai sini masak gak boleh masuk.

“Atau begini saja, mbak nulis disini nama dan kontak mbak lalu dimasukkan kedalam toples” kata mbak panitia seraya memberi saya selembar kertas putih seukuran kartu nama.

“Begitu juga bagus. Akan saya tuliskan” kata saya lega.

Singkat kata sebelum penutupan acara, panitia ternyata benar-benar membagikan doorprize berupa voucher hotel kepada para undangan. Merasa saya bukan siapa-siapa, dan kapasitas saya hanya sebagai undangan pelengkap saya nggak merasa harap-harap cemas mendapatkan voucher hotel. Tiap kali ada nama dipanggil saya cukup tepuk tangan sekedar memberikan applause. Pokoknya muka saya kaleem banget ala orang yang tabah dan pasrah menghadapi orang lain yang menari-nari diatas penderitaan saya. Dan tanpa diduga…

“Berikutnya.. yang mendapat voucher menginap di hotel Sa*tika Bandung adalah yang memiliki nama Yuniari Nukti….”

Saya terperanjat. Hah, serius itu namaku. Saya lihat ke sebelah, teman saya geleng-geleng sambil tertawa ngakak.

“Itu namaku? Udah sampean yang maju aja, Mas.. ambil aja hadiahnya” saya menolak. (dalam hati tengsin-tengsin gimana ya, gak merasa punya acara lha kok malah dapat hadiah haha)

Wes talah, ndang majuo kono…” teman saya mendorong agar saya segera maju. Terlanjur berdiri dan dilihat banyak orang saya akhirnya maju keatas panggung. Saat itu malunya saya minta ampun. Gak terima seperti tomat, muka saya mungkin seperti tomat busuk saking malunya. Wkwk..

“Makanya ndang nggawe kartu nama. Mosok blogger gak punya kartu nama..” ledek teman saya.

Saya baru sadar ternyata dijaman digital seperti sekarang kartu nama masih dianggap  penting. Apalagi maraknya social media seperti ini, pastilah satu orang punya banyak akun. Setidaknya kalau ada kartu nama minimal bisa buat nambah-nambah jaringan. Tweeps bilang buat nambah-nambah follower gituuu hihi..

 

Note: Terima kasih buat Mas Gilang yang sudah ngajak saya datang ke acara, gak nyangka dapat voucher menginap haratis 😀

9 Comments

Leave a Reply to Hilda Ikka Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *