Pengalaman Ke Poli Kandungan RS Haji Surabaya
Pengalaman menjadi pasien RS Haji Surabaya tujuan saya ke Poli Kandungan, dan di sinilah pertama kali nama saya tercatat di Rumah Sakit serta…
Boleh dibilang untuk jadi artis sekarang itu gak susah. Gak perlu modal cantik dan ganteng. Yang penting Percaya Diri. Begitupun untuk jadi orang terkenal, gak usah pakai prosedur yang rumit-rumit asal gaul dan gampang menerima siapa saja untuk kita jadikan teman itu sudah modal.
Masih saya ingat ketika twitter sedang booming. *eh sekarang juga masih booming toh ya* Saat twitter baru merambah Indonesia semua orang ramai-ramai membuat akun di twitter. Mereka saling berlomba untuk mendapatkan follower. Terus terang saja, saya termasuk orang yang tidak menikmati fenomena ini. Saya terlambat memahami cara kerja twitter. Dan ternyata hanya dengan nulis 140 karakter saja, sudah banyak tweeps yang mendapatkan penghasilan! Apalagi kalau bukan karena followernya banyak. Dan pengusaha cerdik memanfaatkan jumlah follower ini dengan meminta pemilik akun untuk menulis review tentang produknya, meskipun itu hanya sebatas 140 karakter!
Blackberry Massenger! Yang satu ini beda lagi. Meski termasuk social media, namun dulunya BBM termasuk socmed yang paling exclusive. Ini dikarenakan harga perangkatnya yang exclusive walau akhirnya Blacberry Massanger ‘turun tahta’ dan mau ‘merakyat’ bersama akun social media lainnya. Konon (saya sebut konon karena saya juga termasuk terlambat menikmati booming BBM) banyak orang memanfaatkan aplikasi ini tidak hanya sekedar berbagi informasi / getok tular tapi juga digunakan untuk jualan. Segala macam produk online shop ditawarkan di aplikasi BBM ini. Nah disinilah letak kelebihan BBM dibanding akun lainnya, yaitu bisa memajang gambar secara langsung hanya bermodal smartphone.
Melihat peluang yang berbeda inilah kemudian muncul Instagram. Berbanding terbalik dengan Facebook, dan twiter, Instagram segmennya menyorot ke fotografi. Lagi-lagi saya juga terlambat menikmati asyiknya berinstagraman, karena hingga saat ini saya belum memiliki akun disana hehe..
Yah, kesenangan seseorang sudah berubah. Dulu buat status dengan tulisan, sekarang nulis statusnya menggunakan bahasa tubuh yang ditampilkan dari jepretan kamera. Mulailah marak yang disebut selebgram atau Seleb Instagram.
Intinya Selebgram adalah orang yang rajin pajang foto di Instagram sehingga memiliki banyak follower. Bisa saja follower itu menyukai gaya berfotonya. Atau bisa saja foto-foto hasil jepretannya memiliki keunikan sehingga akunnya disukai banyak orang. Bahkan gara-gara suka upload foto di Instagram jumlah followernya bisa ribuan bahkan ratusan ribu! Ckck..
Tren selebgram makin kesini makin dilirik pengusaha online shop. Para selebgram ini biasanya diminta meng-endorse barang dagangan milik online shop. Caranya pemilik online shop memberi pakaian kepada mereka lalu mereka diminta untuk memakai dan memotret untuk kemudian dipajang dan dipromosiin di Instagram. Kalau dipikir-pikir cara ‘menyewa’ selebgram ini lebih murah ketimbang nyewa artis yang sudah terkenal. Gak usah bayar, timbal baliknya ngasih produk ke si selebgram ini. Sama-sama untungnya kan..
Dari beberapa sumber saya dapatkan pemilik online shop sekarang ini lebih suka jualan di Instagram. Alasannya, pencarian lewat hashtag lebih gampang. Dan selain itu upload foto pengguna Instagram gak secepat ditwitter. Sehingga sekali upload foto, tayangnya bisa lama, gak mudah ketumpuk-tumpuk sama status orang lain. Jadi pembaca lebih bisa menikmati dan memperhatikan foto yang ditampilkan.
Nah, kalau teman-teman ingin jadi seorang selebgram dadakan, mulai deh foto-foto bergaya ala model, siapa tau dapat job.. lumayan dikasih gratisan produk hehe..
Kira-kira foto saya dibawah ini bisa disebut selebgram gak sih? 😀
Promosi kaos BWI (Banyuwangi) 😀
Trus kalau ini, promosi apa ya.. Promosi kamera? promosi hem aja deh 😀
Linimassa.. Linimassa.. Linimassa.. ada dimana-mana
Awal bulan Februari lalu saya banyak menemukan Hestek #TrilogiLinimassa bersliweran di Twitter. Linimassa? Apa itu? Sungguh saya buta tentang ini.
Makin heran membaca kicauan teman-teman dari berbagai penjuru tanah air yang mengkumandangkan Nobar film Trilogi Linimassa. Mulai dari Samarinda, Semarang, Magetan, Madura dan lain-lain. Lantas saya berpikir apakah sedang diadakan event nobar raya disuatu tempat sehingga teman-teman diberbagai daerah saling me-RT dan replay antar satu sama lain. Tapi dimana tempatnya? Sepengetahuan saya bila ada event besar semacam Pesta Blogger atau Blogger Nusantara pasti ada yang woro-woro di Facebook, blog atau semacamnya. Namun kali itu saya betul-betul ketinggalan informasi.
Rupanya, setelah saya cari tau, ternyata memang diadakan nobar secara serentak film Linimassa 3 di 50 lokasi seluruh penjuru tanah air. Oh.. begitu..
Wah pasti seru dong ya kopdar sambil nobar.. pakai live tweet segala, lagi! Berasa 50 kota menjadi gedung bioskop yang penontonnya semua blogger.
Berikut ini Live Streaming Launching Film Trilogi Linimassa di SMK TI Airlangga kota Samarinda
Etapi kenapa Surabaya sepi senyap adem ayem aja sih. Mana suaranya arek Suroboyo? Tidak mendapat ‘jatah’ nobar film Linimassa kah?
Oh, ternyata Surabaya juga mengadakan acara serupa. Tapi saya dapat infonya telat. Itupun saya taunya ketika iseng-iseng nyecroll timeline dengan #TrilogiLinimassa, penasaran masak iya Surabaya gak dapat jatah.
Supaya ke-kepoan saya terjawab, maka browsinglah saya di youtube Interet Sehat. Alhamdulillah dapat film Linimassa 2, Linimassa 3 dan Terpenjara di udara. Sayang film Linimassa 1 nya tidak saya dapatkan linknya. Ya udah gakpapa yang penting sedikit banyak saya mengerti apa itu film Linimassa.
Film Linimassa dari kacamata saya adalah sebuah film dokumenter yang dipersembahkan oleh ICTWatch dan WatchDoc sebagai bentuk apresiasi perkembangan internet di Indonesia. Film ini sungguh luar biasa bagi seorang onliner seperti saya sebab ide yang dimunculkan pembuatan film ini sangat tidak terduga. Terdiri dari 3 seri yaitu Linimassa 1, Linimassa 2, dan Linimassa 3 yang kemudian disebut menjadi film dokumenter Trilogi Linimassa.
Pada tayangan film Linimassa 2 siapa sangka kalau kerusuhan Ambon yang terjadi pada 11 September 2011 ternyata kejadian nyatanya jauh dari kehebohan yang ditayangkan dimedia? Itu diakui langsung oleh seorang pemuda bernama Almas. Diwawancarai oleh seorang penyiar radio bernama Manda, Almas mengaku bahwa kerusuhan Ambon tidak seseram yang dipemberitaan sehingga memunculkan kesan bahwa Ambon rawan konflik.
Selain kebenaran berita yang berbanding terbalik dengan pemberitaa media televisi, Linimassa 2 juga menayangkan Komunitas Radio Primadona FM yang ada di Lombok dimana dengan adanya radio, warga tak perlu menunggu berita datang sebab masyarakat sendirilah yang menjadi pewartanya.
Yang membuat saya terkesan dan hampir tak percaya saat ditayangkan sebuah Kampung Cyber di Yogjakarta. Di kampung Cyber itu 1 Rukun Warga berjumlah 141 warga terdiri dari 41 Kepala Keluarga dimana hampir 90%nya adalah pengakses internet aktif.
Ada juga seorang anggota Komunitas Emak-emak Blogger yang berusia 72 tahun. Siapa lagi kalau bukan Bunda Yati Rahmad.. Bunda Yatii.. selamat ya Bunda jadi artis film sekarang hehe..
Kesimpulan yang saya dapat tentang film Linimassa 2 ini adalah efek internet yang bombastis. Seperti quote yang saya dapat dari film itu:
Hari ini orang-orang diseluruh pelosok nusantara dengan cara yang murah telah memilih teknologi menjadi berkah. Bukan bencana.
Sedangkan tayangan film Linimassa 3, berisi tentang peranan internet yang difungsikan sebagai ajang Kemanusiaan, Perempuan, Lingkungan, Keragaman dan Pendidikan.
Ada 5 judul cerita yang diangkat dalam film itu:
1. Darah untuk Aceh.
Judul ini mengangkat kehebatan internet dalam membantu masyarakat Aceh yang menderita Thalassaemia sehingga mereka mendapatkan bantuan darah dari seluruh penjuru tanah air.
2. Satu mug beras untuk ROKATENDA. Letusan gunung Rokatenda yang terjadi beberapa tahun lalu telah menyengsarakan penduduk Sulawei sehingga mereka membutuhkan banyak bantuan. Atas inisiatif komunitas blogger disana mereka kemudian memanfaatkan internet sebagai media mendapatkan bantuan dana salah satunya dengan mengumpulkan satu mug beras.
3. Omah Kendeng. Omah Kendeng, Jawa Tengah dulunya sebuah sebuah desa yang subur dengan lahan persawahan. Semenjak digunakan sebagai tambang batubara sawah-sawah mereka menjadi rusak disebabkan tanah yang mengandung lumpur. Lagi-lagi internet difungsikan sebagai media menyampaikan berita agar ijin pertambangan batubara dicabut.
4. POSO Bangkit. Kerusuhan Poso yang memakan korban 5000 jiwa, kini telah bangkit. Dengan fasilitas internet perempuan mulai diberdayakan. Dari mulai belajar disekolah hingga bertanam dikebun sampai membuat pupuk sendiri. Hasilnya mereka jual melalui social media online.
5. Samarinda Menggugat. Sama seperti Omah Kendeng, Samarinda juga bermasalah dengan pertambangan dan banjir.
Film Linimassa adalah film inspiratif. Dengan durasi 52 menit, film Linimassa membuka mata dan hati kita semua. Dibalut kesan senatural mungkin berpadu kejujuran informasi menjadi kekuatan tersendiri. Film ini seolah membuka mata bagi kita semua bahwa internet adalah sahabat masyarakat yang jaringannya amat luas sehingga informasi yang didapatkan menjadi komplek, berimbang serta tidak menguntungkan sesuatu pihak.
Selain Trilogi Linimassa, ICTWatch dan WatchDoc juga mempersembahkan film berjudul Terpenjara di Udara. Film ini mengangkat tentang betapa carutmarutnya berita informasi dimedia yang hanya menonjolkan rating serta mengandalkan politik kekuasaan. Bikin penasaran banget, kan?
Ini cuplikan video trailer film Linimassa 3
Tadi siang ketika duduk-duduk didepan rumah Ibu saya didatangi seorang laki-laki. Penampilan laki-laki itu biasa layaknya orang lewat. Berjaket, berambut gondrong ikal setengah kemerahan. Dengan sopan laki-laki itu bertanya kepada Ibu saya:
“Nuwun sewu, Bu. Ndherek tanglet (numpang tanya) rumah yang dipojokan gang yang berpagar hijau itu rumahnya Bu Fulan sendiri ya?”
Ibu saya yang sedang membersihkan daun pisang menoleh lantas berpikir sejenak. Mungkin heran kenapa tiba-tiba ada orang datang dan ujug-ujug menanyakan status rumah orang.
Masih berpikir Ibu saya bertanya balik, “rumah pojokan yang mana Mas?”
Kebetulan saat itu saya sedang nonton TV didalam. Dari kaca riben saya bisa memperhatikan penampilan orang asing itu dan mendengarkan pembicaraan secara seksama. Sama seperti Ibu, saya juga berpikir, rumah pojokan gang berpagar hijau itu yang sebelah mana..
Mendengar beberapa kali obrolan antara Ibu dan laki-laki itu tampaknya belum juga menemukan rumah mana yang dimaksud, dan Bu Fulan siapa yang dimaksud. Untuk membantu Ibu sekaligus memperjelas obrolan akhirnya saya ikutan nimbrung.
“Nik, rumah pojokan gang yang pagarnya hijau itu rumahnya siapa?” tanya Ibu begitu melihat saya keluar.
“Rumah Bu Felani (bukan nama sebenarnya) mungkin, Bu”
“Yang suaminya sudah meninggal” tanya si Mas menambahkan keterangan.
“Oh, iya rumahnya Bu Felani itu Bu..” kata Saya
“Emang rumahnya Bu Felani, pagarnya hijau?” tanya Ibu.
“Kalau tidak salah ingat, Iya..”
Agar makin jelas si Mas menunjukkan ke saya “Sini deh Mbak, saya tunjukkan rumahnya..”
Saya dan Laki-laki itu berjalan ke arah tengah gang untuk melihat posisi rumah yang dimaksud. Dan memang benar yang dimaksud laki-laki bernama Bu Fulan ya Bu Felani itu. Kebetulan jarak rumah saya dan rumah Bu Felani agak jauh tapi masih lingkup satu RT.
Sambil berjalan balik saya lantas menebak-nebak maksud kedatangan laki-laki ini. “Mas, surveyor, ya?” tanya saya.
“I.. Iya Mbak..” jawabnya gagap. Mungkin salah tingkah karena saya bisa menebak maksudnya. Padahal mestinya identitas surveyor tidak boleh diketahui orang lain, lebih-lebih tetangga yang akan ditanyai. “Mbak kok tau?” tanya Mas itu lagi.
“Ya.. sekedar tau” jawab saya sambil senyum misterius. “Surveyor Adir*?” tanya saya lagi.
Tampaknya pertanyaan yang kedua ini membuat Masnya lumayan kaget. Terlihat dari raut mukanya yang memerah. Senyumnya pun tampak kalau salah tingkah. “Emang Bu Felani mau kredit laptop, Mas?” lagi-lagi pertanyaan saya menghunjamnya.
“Iya Mbak..” mukanya makin memerah. “Kok Mbak tau semuanya?”
“Yah.. sekedar tau aja Mas..” jawaban yang saya kasih masih sama.
Sebetulnya saya sudah tau sejak awal kalau dia itu surveyor. Dari pertanyaan pertama yang ditanyakan ke Ibu tentang status rumah Bu Felani itu sudah cukup menjawab kalau dia itu sedang menyurvei calon pengaju kredit.
Dan kesempatan inilah yang akhirnya menjawab pertanyaan saya selama bekerja di toko komputer dulu yang juga melayani kredit melalui leasing. Bukan ingin menjelekkan prosedur suatu leasing namun yang menjadi keheranan saya adalah cara surveinya.
Cara survei leasing Adir* ini tidak dengan mendatangi rumah pengaju kredit akan tetapi mereka bertanya kepada tetangga sekitaran rumah. Tentang status rumah sang pengaju kredit, pekerjaannya apa, punya anak berapa, dan lain-lain dengan bahasa halus ala orang ngobrol sehingga lawan bicaranya tidak sadar bahwa si surveyor ini sedang mengorek keterangan tetangganya sendiri. Dan karena saya tau kalau dia surveyor, pertanyaan-pertanyaannya saya jawab tentang yang baik-baik mengenai Bu Felani dengan tegas. Itu saya lakukan supaya pengajuan Bu Felani disetujui. Dan untung begitulah adanya meski sebetulnya saya tidak kenal-kenal banget siapa Bu Felani. Andai satu kata saja saya melontarkan kalimat meragukan, bukan tidak mungkin Surveyor itu me-reject. Sebab saat bertanya surveyor tak hanya mencari jawaban, tetapi juga gelagat yang diberi pertanyaan.
Meski tidak pernah secara langsung terlibat dengan surveyor kredit elektronik tapi saya hanya mengaitkan pengalaman yang lalu-lalu. Seperti yang sudah-sudah, selama bekerjasama dengan leasing ada banyak kejadian tidak mengenakkan yang saya temui. Kejadian yang mestinya hubungan antara leasing dan customer, mau-tidak mau pihak toko turut terlibat juga. Salah satunya adalah customer yang telpon marah-marah karena pengajuan kreditnya tidak ada kabar sama sekali. Di ACC atau di reject. Sebagai pihak toko, saya pikir itu tugas leasing memberi info ke customer, ternyata tidak, kalau pengajuan customer reject, maka customer sama sekali tidak diberitau.
Sebagai penjual, tentunya saya juga ingin semua customer di ACC. Agar saya tau status-status customer, melalui sales leasing saya selalu minta hasil surveinya. Dari situlah saya dapat jawaban ACC/Rejectnya customer. Sebagai pelayanan maka tugas saya merangkap memberi info status kepada customer. Kasihan kalau mereka menunggu lama yang kemudian ternyata DITOLAK!
Yang jadi permasalahan adalah customer selalu marah-marah kalau saya kabari bahwa pengajuannya direject. “Lho kok bisa reject, lha wong saya belum disurvei kok direject!” begitu selalu. Jelas dan wajar jika customer marah, nyatanya memang mereka tidak pernah disurvei dan tau-tau pengajuannya ditolak. Siapa yang gak sakit hati? Kecewa pasti.
Jadi, buat teman-teman yang mau, atau akan mengambil kredit melalui leasing, seperti itulah gambaran kerja surveinya. Dan pelajaran moral yang bisa dipetik disini adalah berbaik-baiklah sama tetangga, siapa tau suatu saat nanti ada surveyor datang dan mengorek keterangan tentang kalian. Sst.. siapa tau yang survei ternyata calon mertua 😀
Menurut berita yang saya dengar, konon sebentar lagi Samsung baru akan merilis smartphone S5, yakni type diatas smartphone keluaran Samsung sebelumnya, S4.
Dan ngomong-ngomong, sebelum Samsung menggelontorkan smartphone S5nya ke Indonesia saya malah sudah punya smartphone 5S duluan. Baru beli hari minggu kemarin.
Ini nih penampakannya..
Tapi cukup dari situ saja ya penampakannya, karena kalau dibalik penampakannya jadi seperti ini..
Hehehe hardcasenya ada tulisan Advan.
Ketika memutuskan beli smartphone ini saya tertarik dengan layar sentuhnya yang lembut dan nyaman. Sangat berbeda jauh dengan layarnya Andromax-i yang pernah saya punya (Ngomong-ngomong Andromax-i nya sudah saya jual, lumayan tinggal nambah 300ribuan sudah dapat hp baru layar 5’)
Walaupun smartphone ini masuk dalam kategori merk yang beberapa hari lalu usai merayakan Imlek (eh tapi bukan Advan aja deh yang merayakan Imlek, ada banyak merk lain yang juga merayakan Imlek *modus nyari relasi supaya gak sendirian pegang HP merk minoritas*) akan tetapi spesifikasinya lumayan mumpuni. Layarnya 5’, kamera belakangnya 5MP, dan memiliki 2 slot GSM.
Sebelum membeli Advan 5S ini awalnya saya tertarik dengan Samsung Grand Duos. Dan setelah dipikir-pikir harga merk ini mahal buanget, 3 juta lebih! Kalau dipikir-pikir daripada duit 3 juta saya belikan henpon, mendingan saya belikan yang lain.. beli lensa kamera, barangkali. Atau flash kamera.. hmm kayaknya beli laptop aja deh buat Suami biar kalau mau pakai gak gantian. Padahal mah duitnya nggak sampai 3 jeti, daripada lumanyun mendingan beli yang murahan aja.. hehe
Saat memutuskan beli apa nggak, itu juga termasuk kegalauan tersendiri. Masalahnya saya belum pernah pakai produk merk ini. Setau saya produk Advan itu dulunya merk accesories komputer yang terkenal dengan TV Tunner dan monitor tabung. Biar bagaimana saya dulu juga pernah jualan kedua produk ini. Alhamdulillah sampai garansi habis kedua produk merk Advan ini baik-baik saja. hampir-hampir tak ada customer yang komplain. Seiring perkembangan pasar, merk Advan mulai merambah dunia elektronik digital seperti notebook, tablet dan smartphone.
Dan supaya keyakinan saya kuat, sengaja saya belinya di Pameran dimana biasanya ada demo produk barangnya. Setelah utak-atik sebentar dan merasakan kenikmatannya, baru saya putuskan membeli. Harganya lumayan terjangkau sih untuk smartphone berprocessor Dual Core 1.3 GHz dengan Android JellyBean 4.2.
Di brosur tercetaknya harga Rp. 1.199.000, ditawar-tawar akhirnya kena tidak sampai 1,1 juta, itupun masih dapat hadiah hardcase, bolpoint, cardreader dan mug yang ada foto saya.
Setelah dipakai beberapa saat, enak juga ternyata pakai HP China. Sudah harganya murah, spesifikasnya lumayan juga..
Mumpung masih dalam suasana Imlek, saya ucapkan selamat aja deh buat HP China, semoga selalu sukses menemani saya.. Gong Xi Fa Cai 😀
Di even Blogger Nusantara, ceritanya kami kebagian menginap di wisma 42 desa Tembi. Konon desa ini adalah desa wisata yang memiliki keindahan yang belum banyak diketahui orang. Di desa itu selain memiliki suasana pedesaan yang indah seperti sawah dan pepohonan bambu, disana juga terdapat cottage, rumah singgah yang bangunannya unik yang dibuat dari kayu dan ukiran dengan aneka perabotan ala desa yang terbuat dari anyaman. Di Tembi juga terdapat beberapa galeri seni lukis. Mungkin itulah mengapa Tembi dijadikan sebagai desa wisata.
Tiba di desa Tembi waktu sudah sangat larut. Kalau tidak salah sudah hampir jam 11-an. Rasa lelah dan penat setelah seharian mengikuti acara di Joglo Abang membuat kami semua ingin segera meluncur di pulau kapuk. Ditambah lagi perjalanan dari Joglo Abang menuju Tembi jaraknya lumayan jauh. Dan selama perjalanan itu saya tertidur pulas. Sama sekali nggak lihat jalan. Rasanya lama banget. Jaraknya sekitar Surabaya – Sidoarjo, mungkin.
Belum lagi ketika sampai digapura desa Tembi kami diharuskan registrasi dulu di meja panitia yang terletak di depan masjid yang jaraknya kurang lebih 200-300 meter dari gapura. Sudah mata ngantuk, lelah, payah, dan capek. Mana pula harus gendong-gendong ransel segala. Ransel yang berat karena ada laptop, adaptor, dan pakaian ganti selama 3 hari.
Setelah registrasi saya dinyatakan menginap di wisma no 42. Telisik punya telisik, letak wisma ini tak seberapa jauh dari gapura yang tadi kami lewati. Sudah jalan ke pojok lalu harus balik lagi ke depan. Ini kenapa persis setrikaan, sih.. 😀
Walaupun ke wismanya diantar sama salah satu panitia, tetap aja saya harus gendong ransel. Beberapa teman yang lain juga ada yang narik-narik tas trolli yang menimbulkan suara berisik ‘glodak-glodak’ melalui jalanan batako. Karena saking capeknya kali, sampai suara trolli mereka seperti tidak bersemangat.
Masuk ke dalam wisma kami langsung sibuk mencari tempat yang paling nyaman untuk dipakai beristirahat. Wisma yang kami tempati ini merupakan rumah penduduk yang kamar-kamarnya disewakan buat penginapan sementara para tamu. Mulai kamar tidur pemiliknya, hingga ruang keluarga sampai ruang tamu, semuanya diberi alas tikar dan bantal. Satu kasur bisa dipakai buat sendiri atau berdua. Seperti yang saya tempat misalnya, di dalam kamar itu terdapat 2 kasur. 1 kasur sempit, 1 lagi kasur lebar. Saya memilih kasur lebar, dan berbagi bersama Mbak Indah Juli. Sedangkan yang kasur sempit di tempati Mbak Erry sendiri. Di kamar sebelah ada Melly, Mbak Mechta, Mbak Esti dan entah siapa lagi. Pokoknya di wisma 42 itu ada Mbak Lies Surya, Mbak Fitri Rosdiani, dan masih ada blogger lain lagi.
Begitu masuk kamar, kami langsung antri di kamar mandi. Ada yang mandi, ada juga yang wudhu. Setelah semuanya bersih, dan bersiap untuk leyeh-leyeh di kamar, tiba-tiba kami lihat Mbak Lies membawa semangkuk mie kuah panas. kayaknya nikmat malam-malam dingin begini makan yang panas-panas.
Dan batallah niat leyeh-leyeh itu, gantinya kami ramai-ramai memesan indomie kepada Bapak tuan rumah. Sambil menunggu pesanan datang, kami berkumpul di salah satu ruang di dalam rumah itu ditemani teh panas yang sudah disediakan.
Beberapa saat menunggu, datanglah mie pesanan kami. Wajah-wajah yang sebelumnya terlihat payah kini sudah kembali riang. Begitu mie pesanan itu datang saya langsung bergairah. Bukan.. bukan gairah karena melihat semangkuk mie panas. Malah, ketika mangkuk mie itu diterima Mbak Erry dari samping kiri, saya sama sekali tak melihat mangkuknya atau mienya. Tapi saya melihat muka innocent sang pengantar indomie itu..
“El.. el..!” seketika saya berteriak sambil nunjuk-nunjuk si pengantar yang sudah menghilang dibalik tembok untuk mengambil mangkuk lainnya. Teriakan saya pelan aja walau sebetulnya begitu antusias. Andai itu bukan rumah orang barangkali saya sudah langsung teriak-teriak histeris. Hanya saja saya cuma.. hmm.. cuma menjaga harkat dan martabat saya sebagai seorang perempuan *cuih*
Melihat saya teriak-teriak begitu Mbak Erry, Mbak Mechta dan Mbak Esti bingung lihat saya. Dipikirnya mungkin saya kerasukan setan dan menggumam: “ini anak kenapa, sudah malam buta teriak-teriak nyebut nama anak Ahmad Dhani”
“Eh, beneran tadi mukanya seperi El. Ganteng banget!” saya berkata kepada Emak-emak yang ada disitu.
“Yang mana?”
“Yang ngantar Indomie tadi itu.. ntar ya kalau dia datang lagi”
“Masak sih..” para Emak sudah mulai kepo.
Gak tau kenapa waktu melihat cowok itu otak saya langsung nyebut nama El. Untung saja waktu itu gak nyebut nama Bapaknya 😀
Hiya, yang ditunggu akhirnya datang juga.. Mas El dengan 2 mangkuk indomie di tangan sedang menyerahkan kepada Mbak Erry. Dan bukannya segera diterima mangkuknya, mereka malah sibuk melihat mukanya Mas El. Kali ini disaksikan oleh Melly dan Mbak Lies.
Adegan selanjutnya adalah heboh ngomongin tentang kegantengan Mas El. Mereka, para emak-emak, histeris membabibuta.
“Itu sih.. Mas El sebelum naik ring tinju” jerit Mbak Esti
“Eh, mukanya seperti si Beiber dong..”
“Iya.. iya.. lihatin model sisirannya, miring gitu, ala ABG bangeet..”
“Ih, gilak bibirnya, merah cui…”
“Poto yuk poto..”
Saat Mas El nganterin mangkuk untuk ketiga kalinya, kami semua, penghuni wisma 42 sudah bergerombol menunggu kedatangannya. Apalagi kalau bukan untuk menyaksikan kebenaran akan gosip Mas El yang tingkat kegantengannya di atas rata-rata paras orang Jawa.
“Hmm.. Mas El. Maaf ya aku recokin sebentar. Boleh minta fotonya, nggak?” Tanya Melly dengan gaya lembutnya merayu Mas El.
“Boleeeeh..” sahut Mas El kalem sambil duduk disamping Mbak Erry yang kemudian disambut grrr ala Emak-emak.
“Ih, yang minta foto kan Melly, tapi kok duduknya milih dekat Mbak Erry, sih..”
Ternyata, prosedur minta foto sama orang ganteng di Yogja itu tidak rumit. Buktinya sekali ngomong langsung dikasih hihi.. Catat ya, itu tadi pelajaran moral paling penting kalau lagi datang ke Yogja 😀
Daaan.. rame-ramelah kami foto sama Mas El..
“Mas El, asmani pun sinten?” tanya Mbak Esti dengan gaya lembeng persis Ibu-ibu sedang mencari menantu buat anaknya.
“Denada.. ” jawabnya. Iihh… suaranya empuk bangeeet. Andai engkau rainbow cake, mungkin sudah kukunyah dengan sepenuh hatiku..
Habis sudah pesanan indomie diantarkan oleh Mas El. Tapi kami masih ingin ketemu Mas El lagi.
Caranya gimana yaa.. harus cari alasan lagi nih supaya Mas El hadir lagi diantara kami.
“Oh ya pinjem garpu!” satu suara pelan yang terdengar diantara kami lantas diamini bersama-sama
“Mas El, boleh pinjem garpu, gak?” manggilnya tetep Mas El.
Hanya dijawab senyuman oleh Mas El dan dia langsung beranjak dari kami. Ganti kami yang terkikik-kikik menahan tawa.
Beberapa saat kemudian..
“Ini Mbak garpunya..” terdengar suara ngebass
Mendengar sesuatu yang tak biasa kami semua langsung mendongak. Lho, kok ganti Bapaknya yang muncul. Lah Mas El nya kemana..
Usut punya usut ternyata Mas El sedang bercengkerama diluar. Entah malu telah di goda sama Emak-emak atau bagaimana sehingga dia nyuruh Bapaknya yang kasih garpu.
Ah.. malam ini begitu indahnya. Segala capek dan lelah hilang seketika setelah ketemu sang pujaan baru, Mas El Denada.
Yang paling nggak bisa habis tertawa lagi adalah ulah Mbak Lies Hadi yang mau berangkat tidur sempat pamitan dulu sama Mas El. Dengan gaya khasnya kami semua tertawa terpingkal-pingkal.
Selamat tidur Mas El, mimpikan aku dalam tidurmu… *uhuiii*:D
Yang penasaran dengan mukanya Mas El, ini lho dia
Wajarnya menjadi pendatang baru itu mengenalkan diri terlebih dahulu kepada teman, sahabat yang lebih dulu berkecimpung lalu berusaha keras mengambil ilmu dan hikmah dari mereka-mereka.
Di Pekan ke 4 Liga Blogger musim 2/2014 ini kebetulan tema yang dilemparkan panitia adalah:
Mengenal peserta Liga Blogger Indonesia Musim 2/2014
Sama seperti ketika saya mengikuti kontes blog yang diadakan teman-teman, sebagian ada yang kenal tapi ada juga belum kenal. Ada beberapa alternatif dalam perkenalan antar blogger. Ada yang kenal bermula saling mengunjung blog, ada yang kenal karena saling komentar di FB, ada yang kenal ketika kopi darat.
Dan uniknya di liga blogger Indonesia 2 ini ada lho yang belum kenal sama sekali, belum pernah mengunjungi blog, tidak pernah bertukar komentar, belum pernah kopi darat.. tapi sudah mention-mention di Twitter..
Nah berikut ini teman-teman blogger yang saya kenal dari bermacam-macam alternatif tersebut:
1. Lies Surya @liessurya
Saya kenal Mbak Lies Surya sejak bergabung di forum Dblogger Community. Di forum itu nama Mbak Lies begitu terkenal malahan Mbak Lies sempat jadi juri lomba S DOGGER (Senyum Dblogger) yang diselenggarakan ketika perayaan ulang tahun Dblogger beberapa waktu lalu dimana saya berpartisipasi.
Saya memang belum pernah bertemu Mbak Lies secara langsung sebab rentang tempat tinggal kami berjauhan, Mbak Lies tingggalnya di Pagaralam. Tapi saya sudah pernah kolaborasi membuat buku bersamanya lho.. Berteman dengan Mbak Lies itu mengasyikkan, kalau nulis status dan komentar di FB selalu bikin senyum. Kelihatan banget kalau mbak cantik satu ini pintar merangkai kata dan cerdas dalam berpendapat. Sesuai nama blognya, Easy, Mbak Lies itu gampangan. Maksudnya gak mau ribet mikir yang susah-susah.
Bicara mengenai blog, Mbak Lies begitu konsisten mengelola easy.blogdetik.com. Begitupun dengan platform blogdetiknya, Mbak Lies seolah enggan berpindah ke platform lain. Sudah kadung cinta sama Blogdetik ya Mbak?
2. Alfan Renata @AlfanRenata
Nama Alfan Renata begitu tak asing dikalangan Dblogger. Ketua Komunitas gitu loh.. awalnya saya tak begitu kenal dengan Mas satu ini. Seperti angin, namanya sliweran ngalor ngidul tapi tak ada penampakannya 😀
Untungnya ketika di Joglo Abang Yogja saya sempat berkenalan dengan Mas satu ini. Siapa sih yang gak curiga melihat cowok ganteng memakai kaos Blogdetik lalu ngajak senyum? *Duh jadi GR*
Saking terpesonanya saya sampai lupa kalau pernah bertemu lagi di Jakarta ketika ada even Pesta Sahabat yang dilesenggarakan oleh Daihatsu.
Oo.. ini toh yang namanya Alfan Renata.. boleh juga dijadikan adik ipar, #ups 😀
Pemilik blog alfanrenata.blogspot.co.id dan alfarome.blogdetik.com ini menyenangkan kalau diajak ngobrol. Sedikit pemalu tapi bicaranya tidak sok. Saya suka tipikal seperti, karena gaya-gayanya gampang diajak berteman. Mas Alfan ini tinggalnya di utara Ibukota Jakarta.
3. Aisyah Rasyid @Cicajoli
Untuk Blogger satu ini terus terang saya belum begitu kenal. Tapi saya sudah pernah berkunjung di blognya dan sudah saling mention di twitter. Cocajoli ini masih tercatat sebagai Mahasiswi Fakultas Hukum Univ. Riau.
Dari beberapa kali berbalas mention Cicajoli ini peramah dan murah senyum. Bahkan di headerblognya ada foto Cicajoli yang sedang tersenyum manis. Membaca nama dan melihat fotonya seakan mengingatkan saya pada seseorang.. tapi lupa siapa.. mungkinkah artis cilik zaman dulu, Chicha Koeswoyo? Ah, saya belum bermasa dengan Chicha tapi suka aja dengan nama Chicha.
4. Kang Didno @didno76
Entah kenapa setiap ada even kopdar blogger saya selalu bertemu dengan Kang Didno. Terus terang saya jarang sekali berkunjung ke blognya tapi tiap ketemu langsung Kang Didno selalu menyapa saya. Aih.. indahnya pertemanan dunia maya..
Sama seperti Mbak Lies, Mas Alfan dan saya sendiri, Kang Didno ini juga memiliki blog di blogdetik. Yaitu taktiktek.blogdetik.com. Mungkin karena itu keeratan kami antar satau sama lain menjadi kuat, cieh..
Kang Didno ini seorang pendiri komunitas Indramayu dan aktif mengadakan pelatihan blogger. Mantap Kang, lanjutkan perjuanganmu! 😀
Terakhir saya bertemu Kang Didno di acara Blogger Nusantara Yogja dan acara Pesta Sahabat Daihatsu di Jakarta. Kebetulan saya dan Kang Didno sama-sama menjadi finalis lomba yang diadakan oleh Vivalog.
Itulah review 4 blogger peserta Liga Blogger Indonesia 2/2014 yang saya persembahkan buat teman-teman semuanya. Buat yang ingin membaca review tentang saya bisa dibaca dan berkunjung ke blog berikut:
1. Keluarga Baru Cicajoli
2. Dari Terdekat Hingga Terjauh
3. Tak Kenal Maka Tak Sayang
Akhirnya bisa posting lagi..
Percayalah ini bukan kemauan saya, telat posting ini akibat koneksi internet yang lelet. Sungguh sinyal down ini benar-benar menjengkelkan! Wahai Petinggi jaringan (baca: tower) lihatlah kegalauanku ini!
Entahlah salahnya dimana ada yang bilang ini semua akibat cuaca yang tidak menentu. Padahal cuaca di Surabaya baik-baik saja. Hujan tidak, banjir nggak. Kalau angin kencang sih iya.. apa memang jaringan internet semuanya sedang drop? Sudah coba-coba ganti provider sih tapi masih saja jaringan tidak terjangkau.
Ya sudahlah dari pada saya tidak bisa posting dan galau terus menerus saya bagi resep membuat kopi aja deh ya.
Resep ini resep istimewa yang saya dapat dari kunjungan ke desa adat Using Kemiren Banyuwangi 2 minggu yang lalu. Di desa Kemiren inilah terdapat sebuah Sanggar pembuatan kopi yang memiliki citarasa Internasional. Namanya Sanggar Pathok Kemiren. Sanggar ini merupakan Sanggar Binaan Bapak Setiawan Subiakto. Beliau ini seorang tester kopi dunia lulusan Hawai yang ingin mengangkat citarasa kopi lokal Banyuwangi yang setara dengan rasa kopi Interlokal.
Menurut para Tholek (dalam bahasa Using artinya: pemuda) cara membuat kopi yang benar supaya tekstur kopi tidak rusak dan aromanya tidak hilang adalah dengan tidak mencampurnya langsung dengan gula.
Cara ini sudah saya coba dan memang rasanya lebih nikmat. Tapi saya mencobanya menggunakan kopi Kemiren, dan belum coba untuk merk kopi kemasan. Seperti yang saya lihat saat berkunjung kesana, kopi Kemiren dibuat dari kopi asli tanpa campuran bahan lain yang disangrai menggunakan wadah semacam wajan yang terbuat dari tanah liat. Bentuknya mirip seperti cobek bumbu ulekan bumbu. Proses penyangraiannya pun menggunakan kayu bakar.
Mungkin saja teman-teman mau mencoba memakai kopi kemasan macam kapal api atau gelatik, barangkali ada perbedaan rasa. Sebab enak tidaknya kopi menurut saya relatif, tergantung lidah penikmatnya. Karena saya bukan peminum dan penikmat kopi, jadi hanya bisa bilang enak saja.
Kalau teman-teman mau bereksperimen silakan coba cara ini.
Kalau akan membuat kopi biasanya kopi dan gula di tuang dulu didalam gelas lalu dituangi air mendidih. Kemudian diaduk. Nah sekarang cobalah, kopi dituang dulu didalam cangkir kemudian tuang dengan air mendidih sebanyak 1/3 cangkir. Aduklah pelan-pelan. Kalau sudah, tambahkan air mendidih lagi sampai cangkirnya penuh. Aduk lagi pelan-pelan. Terakhir tambahkan gula sesuai kebutuhan.
Konon kopi yang enak adalah kopi yang banyak busanya. Jadi ketika membuat kopi dan mendapati ada busa, jangan buang busanya. Biarkan busa itu memancarkan aroma kenikmatan tersendiri.
Sudah dulu ya, soalnya lagi diwarnet. Waktu sejam saya sudah mau habis ini..
Oya, silakan coba resep diatas. Kalau kurang nikmat kabari saya, kalau sangat nikmat kabarkan kepada semua orang.. 😀
Oya lagi.. minggu ke 4 even Liga Blogger Indonesia 2014 temanya tentang review peserta LBI204, ngomong-ngomong saya sudah direview oleh Cicajoli di Keluarga baru Cicajoli dan Mas Alfan Renata di Dari Terdekat hingga Terjauh. Besok gantian saya yang nulis tentang mereka, jadi tunggu postingan berikutnya ya.. 🙂