Festival Jajanan Bango Surabaya 2015, Mengenal dan Melestarikan Kuliner Indonesia
Festival Jajanan Bango Surabaya yang berlangsung pada 31 Mei 2015 membuka kembali khasanah kekayaan kuliner Indonesia sebagai warisan yang patut dilestarikan. Aneka jajanan khas nusantara disajikan untuk dikenal serta dipopulerkan kepada masyarakat yang rindu akan olahan kampung halaman.
Cuaca sangat terik saat saya berkunjung di Festival Jajanan Bango 2015 yang diselenggarakan bertepatan dengan Hari Jadi Surabaya ke 722 tahun di lapangan parkir Grand City Mall. Lalu lalang pengunjung begitu antusias memadati gapura berwarna Hijau yang menjadi pintu masuk Festival Jajanan Bango 2015 (FJB 2015). Sebelum benar-benar melewati gapura mereka tak menyia-nyiakan kesempatan berfoto dengan latar kecap Bango berukuran raksasa. Salah satunya saya. Boleh dong saya ikut narsis hehe…
Begitu susah menunggu gapura itu sepi karena bukan hanya saya, ada banyak sekali orang yang juga ingin bernarsis disana. Bentuknya unik dominasi warna hijau dengan aksen genting berwarna merah serta dua tugu kecap dikanan kiri membuat gapura itu jadi ikonik Festival kuliner nusantara yang tahun ini penyelenggaraannya genap satu dekade.
Setelah melewati gapura, rupanya saya masih belum bisa masuk ke dalam area Festival. Padatnya warga Surabaya dan sekitarnya yang ingin melihat gelaran akbar festival kuliner nusantara menguji kesabaran saya untuk bisa segera masuk ke dalam. Harus harus berhimpit dan berdesak-desakan dulu dengan pengunjung demi meloloskan diri dari pintu masuk 😀
Tidak rugi juga berdesak-desakan sebab setelah itu saya diajak mengikuti rangkaian touring sejarah kuliner Indonesia sekaligus mengenal masakan-masakan khas daerah di Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Di Festival ini pula saya dapat mencicipi aneka jajanan dan belajar memasak bersama Chef berkualitas di stand Dapur Bango. Kehadiran Reog Ponorogo menambah daftar hiburan pengunjung yang siang itu sedang berkuliner sembari menikmati kesenian lokal. Bahkan spot-spot menarik seperti Kampung Bango beserta properti-properti uniknya juga jadi ajang rebutan pengunjung yang ingin berfoto!
Hari itu benar-benar istimewa. Tidak perlu terbang jauh-jauh keliling nusantara untuk sekedar mengenali dan menikmati makanan khas daerah di Indonesa. Terselenggaranya Festival Jajanan Bango 2015 sejenak memuaskan lidah pecinta kuliner yang ingin mencicipi keanekaragaman masakan dari berbagai penjuru wilayah di Indonesia.
Bermula dari tanaman kedelai hitam
Perjalanan saya dimulai dari ladang kedelai hitam Mallika. Kedelai hitam merupakan bahan baku bumbu olahan kecap sebagai penambah aroma masakan khas nusantara. Kelezatan kecap dipercaya memberikan cita rasa gurih alami di setiap masakan. Dari ladang kedelai hitam Mallika inilah tercipta kecap manis yang memiliki tekstur sangat kental berwarna khusus dengan kandungan nutrisi lebih karena melalui proses alamiah.
Para pengunjung Festival Jajanan Bango 2015 sangat diuntungkan saat melewati area ini sebab mereka ditunjukkan proses pembuatan Kecap Bango secara langsung lengkap dengan bahan bakunya. Mulai dari kedelai hitam yang difermentasikan padat selama 2-4 hari lalu dilanjutkan dengan proses fermentasi cair selama 4-6 bulan. Hasil fermentasi ekstrak kedelai kemudian dicampur dengan gula kelapa lalu dimasak selama 2-3 jam sehingga menjadi kecap matang. Proses terakhir pembuatan kecap sebelum didistribusikan adalah melalui tahap pendinginan, penyaringan serta pengemasan.
Jelajah kuliner warisan nusantara
Puas melihat proses pembuatan kecap saya beralih menuju galeri Bango. Di galeri ini saya seperti diajak menjelajahi warisan nusantara dari segala penjuru daerah di Indonesia. Walaupun ditunjukkan dalam bentuk dummy setidaknya saya bisa mengenal 88 jenis kuliner nusantara. Satu persatu nama masakan dan asal daerah di jajar diatas mangkok dan piring dalam sebuah meja berundak sehingga pengunjung dapat melihat secara jelas dan detail. Selain hidangan dummy, juga dipamerkan 3 buku resep masakan dari zaman dahulu.
Di Galeri Bango ini juga disediakan properti seperti caping Pak Tani, pikulan, tembikar yang khas akan nuansa pedesaan sehingga menjadi sudut menarik lokasi berfoto. Semakin dimanjakan lagi, pengunjung bahkan bisa mencetak fotonya langsung di booth foto yang telah disediakan.
Salah satu pengunjung yang saya wawancarai mengatakan senang datang ke Festival Bango karena banyak sajian makanan dari seluruh Indonesia.
“Senang sekali, Mbak, acaranya rame dan banyak makanan-makanan khas seluruh Indonesia. Ada contoh makanan (yang dimaksud dummy) dan bisa cetak foto gratis” ujar Lina, pengunjung dari Sidoarjo.
Mengenal sejumlah warisan kuliner tak lengkap bila belum berkunjung di Dapur Bango. Di stand Dapur Bango pengunjung dapat melihat aksi Chef mengolah hidangan nusantara menggunakan bumbu-bumbu rempah khas Indonesia. Ya, rempah Indonesia menjadi bumbu kunci kuliner Indonesia sebab rata-rata masakan Indonesia kekuatan rasanya terdapat pada bumbu rempah. Dengan menggunakan bumbu rempah hasil masakan menjadi terasa otentik. Se-otentik resep orangtua dahulu.
Dalam aksi menjaga kelestarian warisan nusantara, Dapur Bango memamerkan segala jenis bumbu rempah yang biasanya digunakan untuk memasak masakan sehari-hari. Seperti rahasia yang telah terungkap bahwa kuliner nusantara identik dengan bumbu rempah yang kuat, maka di Dapur Bango ini semua bumbu-bumbu warisan itu di tampilkan semua. Dengan gaya ruangan ala dapur rumahan, stand Dapur Bango semakin menambah kangen akan indahnya keakraban sebuah keluarga.
Festival Jajanan Bango Surabaya
Festival Jajanan Bango 2015 merupakan visi dan misi Bango dalam menjaga kelestarian kuliner asli Indonesia. Sungguh, event yang istimewa buat saya sebagai Arek Suroboyo. Selain untuk mengenang kembali sejarah kota Surabaya, saya juga berkesempatan mengenal sejarah kuliner di seluruh Indonesia. Ibarat pepatah satu dayung dua pulau terlampaui..
Dalam Festival yang tahun ini mengambil tema Persembahan Kuliner dari Barat ke Timur Nusantara, pengunjung dapat menjelajah, mengenal, menjaga serta berpartisipasi melestarikan segala jenis kuliner terbaik dari wilayah Barat, Tengah hingga Timur. Dari pengamatan saya sekitar 40 jenis kuliner terhidang disana. Bahkan diantaranya terdapat nama-nama yang sudah populer di telinga kita. Sebut saja Tahu Tek Cak Kahar, Tengkleng Klewer Bu Edi Solo, Lontong Balap Cak Gendut, dan lain sebagainya.
Kuliner Terbaik Indonesia Barat
Saat melintas jajaran stand Kuliner Terbaik Indonesia Barat saya menjumpai beberapa kuliner yang nama dan asalnya sudah tak asing lagi. Meskipun begitu para pecinta kuliner tetap antusias dan rela antri demi bisa menikmati kuliner favoritnya. Bahkan ada beberapa stand yang antrianya puanjaaang sekali. Seperti yang terlihat di stand Martabak Mesir. Sungguh sedari awal saya ingin sekali mencicipi Martabak Mesir ini. Namun karena terlalu panjang saya memilih mencoba Pempek Ny. Kamto saja. Sama-sama antrinya, sih, tapi gak sepanjang Martabak Mesir hehe..
Saya sempat bertanya kepada Bapak yang ikut dalam antrian Martabak Mesir. Pak Yitno, dari Surabaya, rela mengantre karena penasaran dengan rasa martabaknya.
“Penasaran ae Mbak sama Martabak Mesir. Kok antrinya panjang begini. Wes gak popo Mbak panas-panasan sing penting iso ngincipi martabak haha…” komentarnya dengan tawa sumringah.
Saat menikmati Pempek Ny. Kamto saya seperti berada 10 Ulu Palembang. Rasa dan aroma ikannya sangat kuat untuk lidah saya yang bukan orang asli Palembang. Ternyata ucapan teman saya benar bahwa Pempek adalah kuliner Indonesia yang wajib dicicipi. Paduan ikan, telor dengan siraman cuko asam menjadi sensasi sendiri saat menikmatinya.
Dari catatan reportase saya, di deretan kuliner jagoan Indonesia Barat sebagian besar menyajikan kuliner khas dari Pulau Sumatera. Diantaranya Pempek Ny. Kamto, Sate Padang Surya Gemilang, Mie Ayam Bangka Tahu Kok, Martabak Mesir Resto Sederhana, Nasi Rendang Sayur Kapau Uni Nur, Nasi Gulai Kikil Ampera Roda Baru.
Kuliner Terbaik Indonesia Tengah
Di deretan Kuliner Terbaik Indonesia Tengah nama kulinernya lebih banyak berasal dari wilayah Indonesia bagian tengah mulai dari Jawa, Kalimantan, dan Madura. Tak kalah dengan kuliner Indonesia Barat, Kuliner Indonesia Tengah juga dipadati pengunjung. Jangankan lalu lalang, untuk berjalan saja badan ini selalu bersenggolan dengan pengunjung yang lain.
Ngomong-ngomong masakan Jawa, sedianya saya pengen cicipi Ceker Lapindo nya Mbak Nik, namun lagi-lagi antrian mengular begitu panjang. Untuk menahan air liur tidak menetes saya pun memilih Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih, yang masuk dalam ketegori Legenda Kuliner. Hmm.. rempahnya begitu kuat dan aroma kambingnya sangat terasa. Kebetulan saya belum makan siang jadi acara makan siang itu jadi pengalaman paling istimewa..
Beberapa stand Kuliner Terbaik Indonesia Tengah terdapat Ceker Lapindo Warung Mbak Nik, Gado-Gado Arjuno, Rujak Cingur Sedati Bu Nur, Bandeng Bakar Tanpa Duri Bu Ulfa, Rawon Pak Pangat, Bakso Urat Kikil Pak Kumis, dan lain-lain.
Kuliner Terbaik Indonesia Timur
Sebenarnya saat melewati deretan stand Kuliner Terbaik Indonesia Timur, saya mempunyai beberapa rencana kuliner apa saja yang ingin saya cicipi. Beberapa pilihan yang menggugah selera saya adalah Coto Makassar Depot Paraikatte, Nasi Ayam Betutu Depot Singaraja, Ikan Bakar Rica-Rica Depot Tamasha, Bebek Tinoransak Depot Manado Citraland, Nasi Kuning Avon Ambon, Nasi Bakar Like Tidar Khas Manado.
Membaca nama-nama kuliner di deretan ini selain ingin icip-icip saya juga penasaran bagaimana, sih, rasa jajanan dari daerah Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Saya lantas beracang-ancang untuk memesan Nasi Ayam Betutu Depot Singaraja. Penasaran banget akan nikmatnya Ayam Betutu ini. Daan mungkin belum rejeki kali yaa, saat saya memesan ternyata Ayam Betutunya sudah habis! Ya udah lah pasrah, cari makanan lain lagi..
Saya beralih ke stand Coto Makassar. Pikir saya cuaca panas begini kayaknya cocok makan Coto Makassar. Eh ndhilalah kok ya belum rejeki lagi.. Coto Makassarnya habis haha..
Etapi tapi saya berhasil mencicipi Ayam Taliwangnya! Huhuyyy…! Ayam Taliwang ini adalah kuliner dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Ayam Bakar Taliwang memiliki cita rasa pedas terbuat dari campuran bumbu rempah asli dan terasi. Semakin bertambah nikmat kala seporsi Ayam Bakar Taliwang dipadu dengan pelecing kangkung khas Lombok. Cuocoookk, udara panas makannya yang pedes-pedes haha.. membara, Broo!!
Sang Jagoan Kuliner Indonesia
Daan ternyata Ayam Taliwang adalah satu dari dua kuliner warisan nusantara yang mendapat apresiasi bagus di pagelaran World Street Food Congress 2015 di Singapura pada bulan April yang lalu. World Street Food Congress 2015 atau WSFC 2015 yaitu ajang pentas kuliner dunia yang diikuti oleh 12 negara di dunia. Selain Ayam Taliwang, kuliner lain yang juga mendapat sambutan baik adalah Kupat Tahu Gempol
Festival Jajanan Bango dan kolaborasi kesenian
Saat saya berkeliling sambil kulineran, mata dan telinga saya tak bisa untuk tidak melihat dan mendengarkan gending Reog Ponorogo. Suara serulingnya membuat kepala saya adem dan tiba-tiba bangga akan kekayaan seni yang dimiliki nusantara tercinta ini. Betapa negara ini sangat kaya akan segalanya. Kaya pulau, kaya bahasa, kaya sejarah, kaya kesenian, dan kaya warisan kuliner!
Puas menjelajah kuliner saya pulang dengan hati puas. Ternyata selama ini saya belum mengenal secara dekat akan kekayaan nusantara sendiri. Terbukti setelah saya hadir di Festival Jajanan Bango wawasan dan pengetahuan saya akan warisan kuliner semakin terbuka lebar.
Semoga event Festival Jajanan Bango Surabaya dapat terus terselenggara agar semakin banyak lagi masyarakat yang mengenali masakan nusantaranya. Lebih dari itu agar saya dan masyarakat Indonesia bisa saling partisipasi menjaga kelestarian kuliner asli Indonesia.
Salam kuliner!