Pengalaman Ke Poli Kandungan RS Haji Surabaya
Pengalaman menjadi pasien RS Haji Surabaya tujuan saya ke Poli Kandungan, dan di sinilah pertama kali nama saya tercatat di Rumah Sakit serta…
Suatu ketika saya dikasih tunjuk suami Photo Profil kotak BBM teman kantornya. PP yang ditampilkan itu bukan foto orang melainkan sebuah tulisan.
Setelah membaca PP itu saya lantas tertawa keras.
“Koplaaakk…” kata saya sambil terus tertawa. Entah kenapa tiba-tiba saya mengucapkan itu. Yang jelas kata itu saya ucapkan bukan maksud untuk mengejek si empu PP. Pokoknya spontan aja.
Bunyi tulisannya begini:
Dobol Suroboyo puanase koyok gedhang goreng..
(Dobol Suroboyo panasnya seperti pisang goreng)
Ada 2 alasan disini kenapa saya tertawa sekencang itu.
Yang pertama kata Dobol.
Dobol ini kalau diartikan dalam bahasa jawa artinya lebih kearah ambrol atau jebol. Namun penggunaan dobol sendiri sangat jarang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang berbau jebol, ambrol dan sejenisnya.
Dobol lebih sering digunakan untuk mengumpat sesuatu.
Misalnya ada orang membawa sesuatu kemudian barang itu tiba-tiba jatuh. Karena kaget dia spontan berkata “eh dobol-dobol..”
Mungkin kata itu masih nyambung karena ada hubungannya dengan barang jatuh. Tapi ada juga yang berkata “Dobol, koen ojok golek gara-gara” (Dobol, kamu jangan cari gara-gara). Atau Dobol, sakjane karepmu iku opo seh? (Dobol, sebenarnya apa sih maumu?)
Sama seperti membaca tulisan itu, kalau saya mendengar orang marah atau mengumpat yang diawali dengan kata dobol saya langsung tertawa. Lucu dengarnya. Apalagi diucapkan dengan logat Suroboyo yang medok. Membayangkan aja saya langsung tertawa seperti saat saya menulis ini. Sambil kepingkel-kepingkel sendiri.
Yang kedua kata gedhang goreng
Saya bingung apa hubungan antara Surabaya, panas dan gedhang goreng. Maksudnya mungkin panasnya Surabaya sepanas gedhang goreng yang baru diangkat dari wajan. Namanya juga baru turun dari penggorengan, yo mesti ae panas. Tapi kenapa harus gedhang goreng, kok bukan ote-ote, tahu isi, pohong goreng atau telo goreng. Padahal biasanya telo sering dipakai buat mengumpat orang. “O, telo..”.
Saya pun sering menggunakan umpatan telo ini kalau lagi di jalan raya. Kata ini spontan saya ucapkan kalau lagi geram sama orang yang seenaknya menyerobot lampu merah atau yang bergaya ala preman.
Walaupun saya suka mengumpat tapi saya usahakan agar umpatan yang keluar terdengar elegan. Atau setidaknya tidak menyinggung orang lain. Emang telo itu elegan? 😀 Dan umpatan itu gak sembarangan saya ucapkan supaya gak kena imbasnya. Bisa-bisa saya yang malah berdosa.
Cara lain mengucapkan kata umpatan adalah dengan guyon yang nadanya dipanjangkan seperti muuaayak.. atau koplaaaak..
Janc*k juga bisa jadi guyonan tinggal mengubah tanda bintang menjadi huruf o atau i. Supaya nggak terkesan tabu kata janc*k bisa diubah menjadi jambu, jamput, jangkrik dan semua yang mengandung huruf depan J. Umpatan guyon ini biasanya berlaku kepada teman yang yang sudah akrab dan kenal lama.
Dan yang paling penting saya gak berani mengumpat dengan sesuatu yang didalamnya ada campur tangan Tuhan. Seperti cuaca panas, dingin, atau mencela sesuatu yang sudah menjadi kehendak Tuhan.
Memang cuaca Surabaya akhir-akhir ini terasa panas. Saya lihat di aplikasi andorid mencapai 35 derajat. Bahkan kipas angin pun gak bisa dinikmati sama sekali. Gak di kipasi itu sumuk, dikipasi anginnya panas.
Untuk satu ini saya gak berani mengumpat, takut dosa. Kalau sudah gerah banget paling-paling saya hanya mengeluh Ya, Allah, panasee… atau sumuk’e reeek..
Walaupun sebenarnya mengeluh itu tidak boleh.
Panas dunia aja sudah ngeluh, gimana nanti panas nya neraka. Naudzubillahimindzaalik..
Diingatkan oleh sesama pengguna motor di jalan itu rasanya super sekali.
Kemarin sepulang dari Hi-tech Mall, sesampai di dekat lampu merah Jl. Ambengan saya mengurangi laju kendaraan karena kena lampu merah.
Saat motor sedang melaju pelan, didepan saya sudah ada satu mobil yang berhenti lebih dulu. Ketika sedang bersiap untuk berhenti, dari arah kiri saya ada 2 pemuda berboncengan melewati saya sambil teriak “Mbak, jagange!”
Mendengar teriakan itu saya spontan menoleh lalu buru-buru menaikkan jagang menggunakan kaki kiri. Sebagai ucapan rasa terima kasih karena telah diingatkan saya pun lantas membuka kaca helm dan memberi kode dengan jari kepada mereka.
Sayang kode yang saya berikan itu tak sampai mereka lihat karena tiba-tiba mereka sudah melesat jauh menerobos lampu merah. Untungnya kendaraan dari arah berlawanan belum ada yang lewat sehingga motor yang membawa dua pemuda itu dengan leluasanya menyebrang.
Perasaan saya antara senang sedih.
Senang karena di jalan masih ada orang yang peduli terhadap keselamatan pengendara lain. Dan sedih karena mereka tidak konsisten terhadap ucapannya sendiri. Mengingatkan orang lain supaya tidak celaka, eh mereka malah melakukan percobaan mencelakai diri.
Mereka ingin mengorbankan diri, atau sengaja berkorban demi saya?
Ah, jadi GeeR saya..
Dan untungnya mereka masih diberi keselamatan. Andai celaka saya mau bilag apa sama mereka. Mau bilang terima kasih dihadapan orang tergelatak sambil nangis-nangis? Itu sih sinetron bangeet. Atau bisa-bisa saya yang malah di tuduh mencelakai mereka. Orang celaka kok di kasih ucapan terima kasih.
Mau bilang maaf, lah memangnya saya salah apa, wong saya nggak ngapa-ngapain mereka.
Ada baiknya saya berdoa meminta ampunan buat mereka supaya dosa-dosa yang telah diperbuat tidak diulang lagi.
Iya kalau masih hidup. Lah, kalau meninggal?
Aduuh.. kok saya jadi berpikir jahat sih..
Mau gimana lagi kemungkinan seperti itu kan cuma 2 pilihannya. Kalau nggak hidup dengan menderita luka, ya menderita luka lantas meninggal. Aduh, ngerinya.
Apapun kemungkinan itu yang jelas saya mohon ampun saja deh. Yang penting saya sudah minta ampun dan memohonkan ampunan buat mereka. Harus bagaimana lagi wong sudah terlanjur terjadi.
Baru tau ternyata merk Sepeda itu bisa di ‘palsu’.
Baru tau juga ternyata keinginan seorang anak juga bisa ‘palsu’.
Lebih baru tau lagi ternyata orang dewasa suka bikin janji ‘palsu’ 😀
Ceritanya saya mau beli sepeda buat keponakan. Sebelum deal, saya iseng browsing dulu di toko penjualan sepeda di Pasar Gembong. Buat orang Surabaya Pasar Gembong di kenal sebagai pusat penjualan barang bekas alias pasar loak.
Eh, mau beli sepeda second, yaa..
Nggaaak, di sana cuma bandingin harga, kok..
Rencana semula ingin beli sepeda di Carrefo*r. Kebetulan di sana sedang ada promo harga sepeda lipat merk Aleoca ukuran 16” Rp. 599.000.
Murah, nggak sih harga ini?
Promonya emang bener-bener promo atau sekedar narik konsumen?
Di sini bibit keinginan nge-cek harga pasaran muncul. Rasanya kalau nggak pke nawar kok nggak afdhol.
Kalau ngecek kenapa gak di toko sepeda?
Sudah..
Saya sudah tanya-tanya di toko sepeda dan harganya rata-rata di atas 600 ribu semua. Karena ingin kejelasan saya pergi ke Pasar Gembong. Dengar-dengar di Pasar Loak ini harganya murah-murah. Barangnya pun tak melulu second, baru juga ada.
Saya pun pergi ke sana. Sengaja motor tak saya parkir, tapi saya naiki sambil keliling-keliling. Begitu tiba di depan toko sepeda, saya turun lalu tanya-tanya. Saya perhatikan di toko itu sepeda baru yang di pajang kebanyakan merk Polygon. Wah, pasti mahal nih
“Pak, yang warna merah ini berapa?” Tanya saya sambil memegang sepeda merk Polygon ukuran 20”.
“Itu 600 ribu”
“Ini asli (Polygon), Pak?”
“Asli”
Saya lihat sepeda itu memang mulus. Ada plastik pembungkusnya juga. Tapi saya ragu. Merk Polygon ukuran 20” harganya cuma segitu. Di banding Carrefo*r yang ukurannya lebih kecil dan merk biasa harganya sama. Ini Carrefo*rnya yang kemahalan atau Pasar Gembong jual kemurahan? Padahal saya belum nawar, lho, kalau nawar mungkin 400ribu dapat, kali hehe.. *sok pinter nawar*
Minggu pagi saya ajak Galih, ponakan saya, ke Pasar Gembong. Maksudnya biar dia milih sendiri mau sepeda yang seperti apa. Ngomong awalnya sih mau sepeda lipat. Tapi begitu saya suruh milih, maunya malah BMX! *tepuk jidat*
Seneng-seneng aja dia milih BMX, harganya lebih murah jauh dari sepeda lipat. Baru lagi. Begini ini repotnya bujuk anak umur 6 tahun. Di toko dia milih BMX, gak seperti kesepakatan awal. Yang saya takutkan nanti di rumah dia merengek-rengek minta sepeda lipat. Iya kalau boleh di tukar. *tepuk jidat lagi*
Di sini saya baru ngerti ilmu persepedaan. Rupanya sepeda-sepeda baru yang di pajang itu awalnya sepeda second. Supaya kelihatan bagus dan bisa terjual mahal sepeda itu di cat ulang lalu lalu labeli stiker Polygon. Dan supaya terlihat baru, sepeda itu di beri plastik pembungkus.
Dari pada terjadi yang nggak-nggak, dan dari pada beli sepeda aspal, saya bujuk Galih buat pergi ke Carrefo*r. Mending beli sepeda di sana. Biar mahal dikit, asal nyata baru. Lagian di sana saya bisa beli pakai voucher simpanan 300ribu hehe..
Runyamnya, lha kok dia gak mau di ajak ke carrefo*r. Dia kekeh mau di belikan yang BMX! Gak mau sepeda lipat!
Setelah menggunakan jurus sejuta kebohongan, saya bilang kalau sepeda BMX itu jadul, gak keren, gak bisa di lipat, gampang rusak, warnanya jelek, dan alasan lain supaya dia segera ilfill. Dan jawaban yang saya dapat:
“Gak popo. Aku seneng!”
*tepuk jidat lagi, lagi dan lagi, sampai jendol!*
Daaan, setelah jurus saya habis dan stock kata-kata saya tinggal “Ke Carrefo*r aja, ya”, dia tetep gak mau pulang.
Tinggal 1 jurus terakhir saya dan semoga ini jitu, yaitu rapat negosiasi antara saya, Ibunya (kakak ipar saya), dan Galih.
Setelah saya bicara sama Ibunya, saya suruh Ibunya bicara sendiri sama anaknya. Setelah berpuluh menit rapat pakai pulsa, keputusan tetap ada di tangan saya. “Galih di rayu aja, pokoknya. Tadi sudah saya rayu dia gak mau” Alamaaak, Ibunya aja pasrah, apalagi saya…
Jalan terakhir saya ajak dia pulang. Saya bilang ambil duit dulu hehe..
Di rumah, negosiasi pun dilanjut. Hasil akhirnya, Yess, Galih mau pergi ke Carrefour!
“Di Carrefo*r nanti beli sepeda nya beneran?” tanya Galih
“Iya, beneran”
“Pulang langsung di bawa sepedanya?
“Iya, dong”
“Yo wes, engkok pas nang kono mek ndelok-ndelok thok koyok wingi! (Ya sudah, takutnya nanti di sana cuma lihat-lihat aja seperti kemarin)
Hush! Anak kecil buka rahasia orang dewasa hehe..
Mpon-mpon adalah sebutan untuk rempah-rempah seperti lengkuas (laos), daun salam, daun jeruk, Kencur, Kunyit (kunir), kunci, jahe, dan sereh.
Dalam kebutuhan masak sehari-hari, untuk masakan tertentu, satu atau dua diantara jenis mpon-mpon ini merupakan bumbu yang sangat penting sebagai pengaruh rasa dan aroma masakan. Seperti misalnya sayur kunci /sayur bening supaya lebih sedap di beri tambahan kunci. Sayur asem di beri tambahan laos, membuat dadar jagung / bakwan jagung di kash tambahan kencur, dan aneka masakan lainnya yang bila tanpa di beri tambahan rempah tersebut hasil jadinya akan aneh. Atau malah di sebut masakan gagal. Bisa di bayangkan seandainya masak sayur kunci tanpa di beri kunci, rasanya jadi seperti sayur gurih saja karena gak ada aroma kunci yang membuat sedap masakan. Dan contoh-contoh masakan lain yang menggunakan bumbu mpon-mpon. Barangkali teman-teman di sini lebih hapal masakan sekaligus bumbunya ketimbang saya yang hanya bisa masak air hehe.. *buka aib sendiri*
Walaupun dalam praktek masak memasak mpon-mpon di anggap sebagai bumbu berperanan penting, namun dalam pembeliannya, mpon-mpon seperti bukan bumbu penting.
Sebut saja cabe. Dimana-mana kalau berbelanja orang harus membeli cabe. Gak ada orang beli sesuatu minta imbuh cabe. Bisa-bisa dimarahi sampai entek ngamek kurang golek. Atau bumbu Merica. Mana ada belanja minta imbuh Merica.
Hampir semua bumbu yang di jual harus dengan membeli, tidak ada yang minta imbuh. Kecuali kalau si penjual berbaik hati memberi imbuh. Padahal dalam teknik memasak bumbu-bumbu seperti Cabe dan Merica bukanlah bumbu wajib. Cabe dan merica boleh di tiadakan dalam masakan.
Kembali lagi ke Mpon-mpon.
Meskipun mpon-mpon dianggap bumbu inti, namun keberadaan mpon-mpon ini seperti di sepelekan. Dalam membelinya orang seperti antara penting-gak penting. Misalnya begini:
“Beli Cabe sama Tomat 2 ribu, minta imbuh daun jeruk selembar” Sering dengar kalimat seperti ini gak kalau lagi di Pasar? Kalau saya sering banget. Ngomongnya selembar, tapi penjual biasanya ngasih berlembar-lembar. Dan contoh ini berlaku juga untuk imbuh daun salam, tapi kalau daun salam ngasihnya gak ‘seikhlas’ daun jeruk. Penjual ngasih secukupnya aja. Kalau mau minta banyak ya harus beli hehe..
Atau begini:
Beli Cabe sama Tomat 2 ribu, minta imbuh kunci dan kunir. Permintaan ini masih dianggap wajar oleh para penjual meski imbuhnya 2 item.
Tetapi, kalau contoh ini:
Beli Cabe sama Tomat 2 ribu minta imbuh jahe. Kalau ini perlu di waspadai. Walaupun jahe masuk kategori mpon-mpon jangan salahkan kalau penjual ngelabrak entek entek ngamek kurang golek. Jahe gitu loh..
Mendingan beli mpon-mpon seribu apa duaribu biar dapat lengkap. Siapa tau besok masak sesuatu menggunakan bumbu jangkep. Kalau misalnya takut gak kepake ya di simpen aja, siapa tau ada tetangga butuh.
Buat saya yang gak pernah belanja sendiri kecuali di suruh, minta-minta seperti ini agak sungkan. Lebih baik saya beli dari pada saya minta, walaupun Ibu nyuruhnya minta. Saya kasihan aja kalau minta kepada penjual walaupun taruhlah itu sekedar daun jeruk. Sebab penjual punya stok daun jeruk itupun mereka beli di pasar induk, dan bukan meminta. Lha kalau daun jeruk itu hanya sebagai barang imbuh-imbuhan trus mereka dapat untung dari mana. Dan itulah baiknya ibu-ibu di pasar, masih mikir kebutuhan konsumen.
Selain jembatan penyebrangan kota Surabaya juga memiliki traffic light penyebrangan khusus bagi pejalan kaki dan sepeda ontel.
Traffic Light penyebrangan ini sangat unik sebab orang yang ingin menyebrang tak perlu lagi melambaikan tangan kepada pengendara mobil dan motor sebagai tanda minta jalan, tetapi mereka cukup menekan tombol di tiang kemudian tanpa menunggu waktu lama akan ada aba-aba lampu berwarna merah. Aba-aba ini biasanya di tandai dengan suara sangat keras yang bunyinya seperti minta perhatian. “Didid… didid.. didid….” ketika ada bunyi itu para penyebrang di persilakan untuk menyebrang.
Inilah saatnya pejalan kaki di anggap bak raja jalanan. Tanpa harus di burui, tanpa rasa takut di tabrak. Melenggang santai saja seperti jalan itu milik sendiri. Mau nyebrang ramai-ramai, mau sendirian saja juga boleh. Tetapi biasanya mereka nunggu sampai ada temannya dulu. Baru kalau sudah di tunggu tapi gak dapat teman juga dia boleh menyebrang sendiri.
Di banding jembatan penyebrangan, lampu merah penyebrangan ini lebih efektif dan cepat ketimbang harus bercapek-capek naik ke jembatan lebih dulu.
Ada cerita menarik mengenai lampu merah ini.
Beberapa hari lalu ketika Kak Julie sedang di Surabaya kami janjian ketemuan. Saya pun menjemputnya di hotel kemudian naik Taksi bersama-sama ke rumah Pakde untuk silaturrahmi. Kebetulan letak hotelnya tepat di depan Gedung DPRD Surabaya, di sebelahnya Zangrandi dan jalan itu adalah kawasan padat lalu lintas. Apalagi jalurnya hanya untuk satu arah saja.
Taksi kami panggil. Namun tak satu pun yang berhenti. Mungkin karena posisi kami berada di kanan jalan, sedangkan Taksi berjalan di bagian kiri tepat di depan Gedung DPRD. Begitu pula dengan Taksi yang sedang ngetem di depan DPRD. Walaupun kami sudah melambaikan tangan memanggil mereka namun tak ada satupun dari mereka yang tertarik mendekati kami. Kesannya mereka tak butuh penumpang. Jalan satu-satunya ialah kami harus nyamperin mereka. Dan tentu saja kami harus menyebrang ke sana.
“Kek mana nyebrangnya?” tanya Kak Julie.
“Kita pakai lampu merah ini, Kak” kata saya. Sedikit grogi sebab saya jarang menggunakan fasilitas ini. Gimana cara nekan tombolnya. Dan tombol mana yang harus di tekan. Letaknya saja saya belum tau..
Saya memutari tiangnya sambil mencari letak tombol itu. Ketemu. Lalu saya pencet tombolnya.
“Kok mobilnya gak berhenti, Dek?” tanya Kak Julie lagi setelah menunggu beberapa saat.
“Masih harus nunggu merah dulu Kak, baru mereka berhenti” kata saya. Dalam hati saya sendiri bingung, kenapa lampunya gak berubah juga.
Untung lah ada satu orang yag bergabung bersama kami. Dia pun lantas menekan tombol itu sekali lagi. Masih sama, lampunya belum berubah juga.
Melihat kebingungan ini di depan sana, di lampu merah depan Gedung sana ada Pak Becak yang mambantu menekan tombol dari sana. Tanpa menunggu lama lampu pun berubah merah. Dan semua mobil berhenti. Oalah, mungkin tombol di bagian saya gak berfungsi makanya gak ngefek sama lampunya.
Semua kendaraan berhenti, saya dan Kak Julie pun melenggang nyebrang.
“Dek, beneran mereka berhenti?”
“Iya, tenang saja gak mungkin mereka nabrak kita. Kalau sampai ada yang berani nabrak merekalah yang salah” kata saya sok hehe..
“Ih, keren ya Surabaya. Gak percaya aku ada beginian. Katrok kali aku ya hahaha….”
Dalam hati saya bilang “I.. iya.. kita sama-sama katroknya Kak haha..”
Dan memang setopan penyebrangan ini semakin di minati warga Surabaya. Buktinya semakin jarang ada orang yang menyebrang sembarangan. Imbasnya jembatan penyebrangan yang makin tak laku hehe..
Adakah traffic light penyebrangan di kotamu teman?
Lanjutan posting kemarin..
Dalam sesi bincang-bincang kemarin, ada salah satu peserta yang bertanya, apakah CSR Aqua betul-betul di jalankan atau hanya sekedar pencitraan saja?
Pencitraan akhir-akhir ini memang sedang panas di perbincangkan, tak hanya unsur politik saja. Dalam segala hal jika kegiatan baik hanya di suguhkan lewat kata-kata tanpa bukti nyata, akan di anggap sebagai pencitraan.
Dan supaya tidak dianggap hoax, pihak AQUA mengajak seluruh blogger mengunjungi SANGGAR BELAJAR AQUA di Desa Keboncandi Kecamatan Gondang Wetan.
Sanggar belajar ini merupakan salah satu komitmen AQUA Lestari dalam melaksanakan Praktik Perusahaan yang ramah lingkungan.
SANGGAR BELAJAR
Saat Bis rombongan kami tiba di depan Sanggar Belajar tampak beberapa ibu duduk di teras sekolah. Mereka ini adalah Ibu dari anak-anak yang sedang belajar di dalam sanggar.
Dan begitu turun dari Bis mereka langsung menyambut kami dengan hangat sambil menyalami satu persatu.
Di dalam sanggar ruangannya terasa adem. Ini di karenakan di depan sanggar terdapat pohon besar yang sangat rindang juga lokasinya yang teramat MeWAH alias mepet dengan sawah.
Sarana belajar ini memiliki 3 ruangan di lantai bawah termasuk ruang kepala sekolah, di tambah 1 ruangan di lantai atas.
Setelah bincang-bincang sejenak kami langsung di bawa ke lantai atas. Di lantai yang ruangannya lumayan luas itu sudah ada ibu-ibu PKK desa Mendalan yang sibuk membatik kain. Jadi selain sebagai sarana belajar, sanggar ini juga sebagai tempat Ibu-Ibu melakukan ketrampilan membatik. Menurut salah satu Ibu, selembar kain batik bisa di selesaikan dalam waktu satu minggu dan harga selembar kain batik tulis seharga Rp. 150.000.
Hanya saja yang menjadi kendala mereka adalah pemasarannya. Mereka kesulitan memasarkan batik-batiknya. Kalaupun ada yang membeli itu juga orang-orang di lingkungan desa setempat saja. Nah mumpung saya menuliskan ini sekalian saja saya bantu promosikan. Jika ingin membeli kain batik PKK desa Mendalan teman-teman bisa menghubungi Bu Ika di 087856714188 atau di Bu Fitri 081937185273
Usai bertemu Ibu-Ibu kami di bawa turun ke lantai 1. Di salah satu ruangannya terdapat anak-anak yang sedang belajar. Boleh di bilang perangkat belajar mereka cukup canggih, selain papan tulis, terdapat juga LCD Projector. Yang menurut saya unik di sini adalah pengajarnya, yaitu ada Bapak Guru. Setau saya anak-anak TK biasanya di ajari oleh Bu Guru hehe..
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Selain sanggar belajar, PT TIV juga memberdayakan masyarakat di sekitar pabrik untuk memproduksi hasil pertanian mereka. Salah satunya adalah Home Industri Bu Saidah yang memproduksi aneka camilan dengan bahan baku jagung, singkong, kacang dan kedelai. Hasilnya menjadi keripik, susu kedelai, serta kacang telor.
Supaya menarik kemasannya di buat seperti kemasan keripik buah di Malang, yakni menggunakan plastik aluminium. Di jualnya pun tidak mahal, hanya Rp. 5.000 saja per kemasan.
Yang saya suka di rumah Bu Saidah adalah lokasi rumahnya yang sarat pedesaan. Ketika menginjakkan kaki saya langsung mencium aroma tanah bercampur hewan ternak.
Hmm.. ngangenin sekali.
Makasih Bu Saidah, susu kedelai hangatnya sungguh nikmat, juga kripik singkongnya 😀
Sekali lagi saya numpang promosi ya, untuk menghubungi Bu Saidah teman-teman bisa menghubungi di nomor 085746621284. Alamatnya: Dusun Mantingan Desa Tenggilisrejo Kec Gondang Wetan Pasuruan
Oh ya ada satu lagi, saat perjalanan kembali ke Bis, saya berjumpa dengan seorang Ibu. Ibu ini adalah salah satu peserta arisan jamban yang di dampingi oleh Aqua. Arisan jamban ini seharinya Rp. 1000,- dan diikuti oleh 45 orang, waktu pengocokannya di lakukan sebulan sekali.
Arisan ini di lakukan sebagai upaya mengurangi pencemaran lingkungan, supaya warga desa tidak BAB di kali / sungai.
Akhirnya, saya ucapkan terima kasih kepada PT TIV selaku penyelenggara yang telah mengajak blogger blusukan ke pabrik Aqua sekaligus melihat langsung proses produksinya. Selain itu sebagai penambah wawasan saya akan CSR PT TIV yang peduli lingkungan
Ribuan Galon Aqua tersusun berjajar dan bertumpuk rapi di dalam sebuah rak khusus dari besi berbentuk rangka. Galon-galon Aqua itu merupakan galon kosong yang baru diambil dari suplier dan selanjutnya akan di sortir oleh pabrik untuk di isi kembali atau di hancurkan.
Di bagian lain beberapa karyawan sedang mengawasi mesin conveyor berjalan yang diatasnya telah berdiri galon-galon yang akan dan telah melalui proses produksi.
Begitulah gambaran yang saya dapat ketika berkunjung ke PT Tirta Investama Keboncandi Pasuruan Jawa Timur. PT TIV adalah pabrik yang memproduksi air minum Aqua kemasan galon.
Acara yang bertajuk Bincang-bincang Pelestarian Lingkungan bersama blogger ini selain berkunjung melihat langsung proses produksi air minum aqua, seluruh blogger juga di ajak mengunjungi desa di sekitar pabrik aqua yang menjadi desa dampingan PT TIV.
Acara di mulai pukul 10 pagi yang di awali mini workshop dengan pembicara Bapak Arman Abdurrohman, Forestry Manager AQUA – DANONE, Dr. Gunawan Wibisono, Hydrologist Universitas Merdeka Malang, serta Bapak Hari dari Dept. Sustainable Development yang menjelaskan tentang CSR.
Sebagai Forestry Manager AQUA – DANONE, Bapak Arman menjelaskan mengenai proses produksi Aqua dari awal proses hingga siap dikirim ke daerah pemasaran yang meliputi Bali sampai kota perbatasan Jawa Timur meliputi Mantingan – Sragen. Karena sifat produknya terbilang rawan, menurut Pak Arman, proses produksinya harus melalui tahap-tahap panjang serta harus melewati 3 uji tes laboratorium yakni Fisika Kimia, Lab. Microbiologi dan Lab Kemasan.
Sebagai produsen pabrik yang berhubungan langsung dengan kesehatan masyarakat, saya begitu tertarik dengan beragam aturan yang di berlakukan di dalam lingkungan pabrik. Seperti aturan harus mencuci tangan menggunakan sabun, harus menjaga kebersihan badan, menggunakan air seperlunya, hingga tidak boleh berponsel sambil jalan. Juga aneka catatan yang terpasang di area-area terlihat mata yang mau tak mau harus di patuhi.
Proses Produksi air minum galon
Meskipun hampir keseluruhan produksi memberdayakan mesin namun untuk proses-proses tertentu di perlukan pengecekan langsung.
Pabrik Aqua ini menggunakan 4 mesin dengan kapasitas 2000 galon/jam (1 unit), 2400 galon/jam (2 unit) dan 3000 galon/jam (1 unit) yang kesemuanya menghasilkan 210.000 galon per harinya.
Proses awal adalah menyortir galon. Galon-galon kosong dari reseller di jajarkan di mesin conveyor. Nantinya ada 2 orang Cheker yang bertugas masing-masing: Mengecek bau galon dari jarak +- 10-15 cm dan memeriksa bagian dalam galon yang kotor, satunya lagi memeriksa fisik galon, kotoran / lumut galon dan mengecek kondisi label.
Selanjutnya Galon yang sudah di sortir masuk ke dalam mesin Washer. Yakni melalui tahap penyemprotan dengan air dingin biasa, lalu dengan air hangat yang di campuri detergent kemudian di sterilkan menggunakan air dingin lagi. Baru kemudian botol-botol yang sudah bersih itu di isi dengan air minum Aqua. Terakhir galon yang sudah terisi itu di siram dengan air minum Aqua.
Siap. Galon-galon itu tinggal di angkut.
Galon yang tak lolos di kemanakan?
Itu pertanyaan yang saya ajukan kepada pendamping. Galon-galon yang tak lolos karena bau atau lumut mereka di bersihkan secara manual. Jika karena labelnya rusak tinggal melakukan penggantian label saja. Sedangkan untuk galon yang pecah atau retak sudah tak bisa di gunakan lagi. Galon-galon ini di belah jadi 2 kemudian di kirim ke luar untuk di daur ulang
Aqua peduli lingkungan
Sebagai pabrik yang memanfaatkan sumber daya alam sebagai bahan bakunya, maka PT TIV juga menjalankan 4 pilar AQUA Lestari yaitu:
Dengan adanya konsep ini di harapkan lingkungan sekitar menjadi ramah kembali juga ketersediaan air bersih semakin bertambah. Sebab seiring bertambahnya manusia tak hanya alam yang semakin terkikis tapi juga ketersediaan air juga makin menipis.
*Kayaknya postingan ini bakal panjang kalau saya habiskan, bersambung aja ya 🙂