Gadis Biru

Saat pertama menjejakkan kaki di lantai Metro Mini jurusan Terminal Senin, mata saya seketika tak bisa lepas pada sesuatu yang menggelitik hati. Sebuah pemandangan yang jarang sekali saya lihat di Surabaya hingga membuat fokus ini sulit melepas pandang darinya.

Seorang gadis bercelana legging motif corak dipadan dengan kaos biru bertuliskan Stylish girl.  Sebuah tas saku warna biru tercangklong di pundaknya, serasi dengan warna sepatu kets yang dikenakan. Rambutnya diikat  lalu ditekuk rapi yang sekilas mirip gelung, lalu dipermanis  dengan bandana biru berpita cantik di atas kepalanya. Makin menawan kala melihat giwang tempel model kancing bulat bermotif polkadot yang juga berwarna biru di telinganya.

Semua serba matching. Saya menyebutnya Gadis Biru.

Make upnya cantik. Lengkap pula. Memakai bedak, eye shadow dan lipstik warna natural, ditambah alis hitam tebal non tato disertai garis hitam melingkari mata. Makin menambah keanggunan khas wanita sosialita ibukota. Perawakannya yang tinggi dan berkulit putih bersih laksana mahkluk sempurna yang tak kurang suatu apa.

Suka melihatnya. Yakin bukan hanya saya saja yang tertarik, tapi juga semua mata  tertuju ke padanya. Jangankan laki-laki, saya yang wanita pun tak kalah terpesona memandangnya.

Tiap kali mencuri pandang, selalu saja saya temukan  1– 2 orang yang tersenyum ke arah Gadis Biru. Tak jarang sambil berbisik, kepala mereka seraya geleng-geleng. Barangkali antara kagum dan heran.

“Masih jauh, Bu, tetap di dalam aja!” teriak si gadis biru kepada salah seorang penumpang yang dari tadi melongok ke luar jendela metromini memastikan seberapa jauh lagi tujuan pemberhentiannya. Suaranya begitu parau namun lantang.

“Om, masuk dong, Om!  Ah.. si Om bikin penuh pintu aja nih” Protesnya kepada salah satu penumpang yang berdiri di dekat pintu bus.

“Harusnya bisa dapat 100 penumpang, dari tadi hanya 10 orang!” Lanjutnya sambil teriak menggerutu.

Saya yang dari tadi melongo melihat gaya libas Gadis Biru, kini tersenyum simpul.  Ucapan Gadis Biru itu terlalu Hyperbola. Jangankan si Om yang kena damprat itu, saya saja dari tadi hanya bisa berdiri di dekat pintu. Boro-boro geser, menempatkan pijakan kaki aja susah. Bagaimana mau masuk, coba, kalau suasana di dalam kendaraan sudah sesak oleh manusia hingga nafas saja berat. Dan inilah kelebihan yang dimiliki Gadis Biru, walau ucapannya sadis namun tak membuat semua orang marah. Pun yang didamprat malah tertawa kacau.

“Bu berdiri yang bener, Bu, supaya mobilnya bisa muat banyak!” Teriaknya ke arah tengah Metro Mini. Entah kepada siapa teriakanya ditujukan. Ada aja sesuatu yang diprotesnya.

“Bang, tolong masuk, Bang!” Kali ini ditujukan pada orang di dekat saya

Emang dari tadi saya di luar?” protes lelaki yang dipanggil Abang. Gadis Biru tak mengindahkan, Ia lantas menerobos kerumunan menuju lorong tengah Metro Mini.

“Ongkos-ongkos.. Ongkosnya, Bu” tangannya cekatan menerima lembarang dua ribuan dari penumpang baru. “Berapa nih, Bu, dua ribu sekarang, sudah gak jaman seribu lima ratus!” lanjutnya sewot kepada salah satu penumpang.

Berkali-kali ocehan yang Ia lontarkan tak sedikit pun membuat penumpang sensi. Mereka malah mafhum dan tak sedikit yang kagum akan kecerewetannya.

“Kiri!!” paraunya kencang sambil menghentak-hentakkan koin yang dari tadi digenggamnya di pintu kaca Metro Mini, tanda ada orang akan turun. Walau ucapan yang dilontarkan kepada penumpang cukup sadis, si gadis lumayan perhatian jika sedang menurunkan orang sepuh. Semua barang ia bantu turunkan dan tak lupa mengucapkan hati-hati. Saking perhatiannya, Ia kerap menyalahkan sopir yang terlalu kecepatan nginjak gas saat penumpangnya belum turun sempurna.

”Awas.. turun kaki kiri dulu, Bu..” si gadis biru turun sejenak lalu.., “Lanjut, Bang, goyaaang….!” Secepat angin Ia naikkan salah satu kakinya di atas lantai Metro Mini begitu penumpang sudah turun.

Kala kerjaannya senggang, tangannya sibuk mengelus-elus lembarang kertas uang ribuan dan ditata sedemikian rupa. Sesekali matanya jelalatan mencari penumpang baru di jalanan untuk ‘dipaksa’ masuk ke Metro Mini penuhnya. Tapi sesekali juga dia waspada, melihat kebelakang barangkali ada Metro Mini lain yang secara diam-diam berusaha mendahului.

Bila ada Metro Mini lain yang berada tak jauh dengan kendaraannya, cekatan dia melantangkan suara ke arah sopir, “16 lampu merah” sebagai tanda pemberitahuan kepada sopir bahwa ada Metro Mini lain bernomor 16 sedang berhenti di lampu merah.

Kali lain dia berteriak cerewet “Siap-siap Arion..” atau “Siap-siap Tugas” sebagai tanda pemberitahuan bagi penumpang yang akan turun di tempat yang dia sebutkan tersebut.

Bila akan berhenti mengambil penumpang, dengan semangat, tangannya memberi aba-aba kepada pengendara di belakang metro Mini agar sedianya diberi jalan.

Si gadis biru itu benar-benar cekatan. Baginya semua penumpang harus habis dilahapnya, jangan beri kesempatan untuk Metro Mini lain.

Saat tiba di Setasiun Senen saya harus turun. Rupanya daya pesona ‘magis’nya masih terbawa oleh saya, sehingga, meski sudah berada di ujung jalan, mata ini tak henti-hentinya menatap si gadis biru yang suaranya masih terdengar tegas menggelegar di kejauhan.

Dialah Gadis Biru sang kenek Metro Mini.

Yang membuat saya terus bertanya-tanya adalah, masak iya si gadis biru itu benar-benar berprofesi sebagai kenek. Sudah cantik, tegas, loyal dan berintegritas. Tak masalah juga kalau perempuan cantik jadi kenek. Masalahnya hanya pada saya, kenapa dulu gagal mempertahankan cita-cita jadi kenek, huhu..

Adakah teman-teman di Jakarta yang pernah melihat Gadis Biru ini?

(Bukan) Hari Kasih Sayang

14 Februari diperingati sebagai Hari Valentine kan yah, harusnya akan lebih bagus kalau mengingat-ingat kejadian yang indah dan manis tentang orangtua, teman, sahabat dimasa lalu. Namun entah mengapa hari ini ketika sambil mandangin daun-daun yang luruh oleh debu halus material vulkanik Gunung Kelud tiba-tiba saya teringat kejadian konyol dikantor dulu.

Kejadiannya seperti dibawah ini.

Asal tau aja kejadian seperti ini gak hanya sekali saya alami tapi berkali-kali. Bukan hanya saya saja tapi teman saya juga. Awalnya kami pikir si penelpon hanya iseng-iseng, maklum karena kami promosinya lewat iklan koran. Ternyata beneran lho.. orangnya bener-bener datang ke kantor dan transaksi. Berarti emang gak main-main kan ya. Nggak tau lagi kalau niat menggoda. Sukses bikin jengkel juga sih..

Krriiinggg… bunyi dering telpon.

Saya: Halo, siang
Telp: Siang, apa betul ini tempat kredit komputer?
Saya: Betul, bisa dibantu?
Telp: Alamatnya dimana Mbak?
Saya: Di Jalan Dharmawangsa 20, Pak (bukan alamat sebenarnya)
Telp: Jalan Dharmawangsa 20 nomer berapa, mbak?
Saya: Ya Nomer 20 Pak (Oh iya, harusnya waktu nyebutin alamat tadi saya bilang nomer 20, biar si penelpon gak bingung)

Telp: Gang 20 nomer 20, gitu?
Saya: Gak pake gang, Pak. Alamatnya Jalan Dharmawangsa nomer 20, gitu aja. Tempatnya pinggir jalan, kok.

Telp: Oo.. Jalan Dharmawangsa 20… (sunyi sebentar, saya yakin dari nadanya si Bapak sudah paham alamatnya)
Bentar mbak saya catatnya. Tunggu ya, saya ambil kertas sama bolpoin dulu

Beberapa menit kemudian..

Telp: Halo-halo Mbak, tadi alamatnya dimana?
Saya: Ja.. lan.. Dhar..ma..wang..sa.. nomer 20, Paa…k (sambil ndikte biar lebih jelas)

Telp: Bentar-bentar, mbak. Sambil saya tulis. J..a..L..a..n…

Jalan apa mbak?

Saya: Jalan Dharmawangsa nomer 20 (berusaha sabar meski harus dengan menajamkan nada suara) hehe

Telp: Jalan Dhaaar..

Dharmawangsa ya?

Saya: iiiyyya Paaak.. (Pas ngomong Iya, huruf I dan Y nya saya tekan dalam-dalam. Trus ngomong Paaa..k nya saya buat sesabar mungkin)

Tiba-tiba Sunyi. (saya pikir si Bapak sedang menulis)

Telp: Halo-halo gimana mbak? Dharma apa tadi?

Lha dalah, masih tanya, saya pikir sudah ditulis

Saya: (Ngeliatin gagang telpon buat mastikan gagangnya tidak kenapa-napa. Lama-lama sebel juga. Harus berbuat sesuatu nih supaya wawancara alamat ini gak keblabasan kemana-mana) 

Sebentar.. gini deh Pak, Bapak sekarang tinggal dimana?

Telp: Di Surabaya, mbak
Saya: Kalau begitu Bapak tau Jalan Dharmawangsa letaknya dimana?
Telp: Tau mbak
Saya: Ya sudah, kalau Bapak tau jalan Dharmawangsa itu dimana, Bapak tinggal lewat lalu nyari nomer 20. Begini lebih jelas, kan Pak?
Telp: Oiya Mbak, Jelas. Saya sudah tau kok kantornya Mbak, kemarin saya sudah lewat sana
Saya: Gubrak!! (Ngelus dada sambil mantengin UPS yang teronggok disamping CPU)

Gustii.. paringi kulo sabaaarrr..

Pertanyaan seperti ini sehari bisa 3-5 kali lho.. kadang saking gak bisa nahan jengkelnya saya sampai tertawa kepingkal-pingkal. Apalagi kalau melihat teman saya megang gagang telpon sambil ngelus dada dengan suara jengkel yang sengaja ditampakkan. Kami berdua sampai tertawa gak habis-habis. Ngerti sih bagaimana harus melayani konsumen tapi gak begitu juga kalii…

Masih ada banyak sebenarnya kejadian konyol selama saya bekerja ditoko komputer. Mulai yang aneh sampai yang nyleneh dan hampir-hampir gak masuk akal. Tapi lain kali aja kalau saya ingat ya 😀

Oya postingan LBI saya untuk minggu ini masih kurang. Harus nulis satu lagi nih biar klasemennya gak turun. Nanti malam deh nulisnya sekarang mau nyapu dulu hehe

Ketika Blogger bertemu El

Di even Blogger Nusantara, ceritanya kami kebagian menginap di wisma 42 desa Tembi. Konon desa ini adalah desa wisata yang memiliki keindahan yang belum banyak diketahui orang. Di desa itu selain memiliki suasana pedesaan yang indah seperti sawah dan pepohonan bambu, disana juga terdapat cottage, rumah singgah yang bangunannya unik yang dibuat dari kayu dan ukiran dengan aneka perabotan ala desa yang terbuat dari anyaman. Di Tembi juga terdapat beberapa galeri seni lukis. Mungkin itulah mengapa Tembi dijadikan sebagai desa wisata.

Tiba di desa Tembi waktu sudah sangat larut. Kalau tidak salah sudah hampir jam 11-an. Rasa lelah dan penat setelah seharian mengikuti acara di Joglo Abang membuat kami semua ingin segera meluncur di pulau kapuk. Ditambah lagi perjalanan dari Joglo Abang menuju Tembi jaraknya lumayan jauh. Dan selama perjalanan itu saya tertidur pulas. Sama sekali nggak lihat jalan. Rasanya lama banget. Jaraknya sekitar Surabaya – Sidoarjo, mungkin.

Belum lagi ketika sampai digapura desa Tembi kami diharuskan registrasi dulu di meja panitia yang terletak di depan masjid yang jaraknya kurang lebih 200-300 meter dari gapura. Sudah mata ngantuk, lelah, payah, dan capek. Mana pula harus gendong-gendong ransel segala. Ransel yang berat karena ada laptop, adaptor, dan pakaian ganti selama 3 hari.

Setelah registrasi saya dinyatakan menginap di wisma no 42. Telisik punya telisik, letak wisma ini tak seberapa jauh dari gapura yang tadi kami lewati. Sudah jalan ke pojok lalu harus balik lagi ke depan. Ini kenapa persis setrikaan, sih.. 😀

Walaupun ke wismanya diantar sama salah satu panitia, tetap aja saya harus gendong ransel. Beberapa teman yang lain juga ada yang narik-narik tas trolli yang menimbulkan suara berisik ‘glodak-glodak’ melalui jalanan batako. Karena saking capeknya kali, sampai suara trolli mereka seperti tidak bersemangat.

Masuk ke dalam wisma kami langsung sibuk mencari tempat yang paling nyaman untuk dipakai beristirahat. Wisma yang kami tempati ini merupakan rumah penduduk yang kamar-kamarnya disewakan buat penginapan sementara para tamu. Mulai kamar tidur pemiliknya, hingga ruang keluarga sampai ruang tamu, semuanya diberi alas tikar dan bantal. Satu kasur bisa dipakai buat sendiri atau berdua. Seperti yang saya tempat misalnya, di dalam kamar itu terdapat 2 kasur. 1 kasur sempit, 1 lagi kasur lebar. Saya memilih kasur lebar, dan berbagi bersama Mbak Indah Juli. Sedangkan yang kasur sempit di tempati Mbak Erry sendiri. Di kamar sebelah ada Melly, Mbak Mechta, Mbak Esti dan entah siapa lagi. Pokoknya di wisma 42 itu ada Mbak Lies Surya, Mbak Fitri Rosdiani, dan masih ada blogger lain lagi.

Begitu masuk kamar, kami langsung antri di kamar mandi. Ada yang mandi, ada juga yang wudhu. Setelah semuanya bersih, dan bersiap untuk leyeh-leyeh di kamar, tiba-tiba kami lihat Mbak Lies membawa semangkuk mie kuah panas. kayaknya nikmat malam-malam dingin begini makan yang panas-panas.

Dan batallah niat leyeh-leyeh itu, gantinya kami ramai-ramai memesan indomie kepada Bapak tuan rumah. Sambil menunggu pesanan datang, kami berkumpul di salah satu ruang di dalam rumah itu ditemani teh panas yang sudah disediakan.

Beberapa saat menunggu, datanglah mie pesanan kami. Wajah-wajah yang sebelumnya terlihat payah kini sudah kembali riang. Begitu mie pesanan itu datang saya langsung bergairah. Bukan.. bukan gairah karena melihat semangkuk mie panas. Malah, ketika mangkuk mie itu diterima Mbak Erry dari samping kiri, saya sama sekali tak melihat mangkuknya atau mienya. Tapi saya melihat muka innocent sang pengantar indomie itu..

“El.. el..!” seketika saya berteriak sambil nunjuk-nunjuk si pengantar yang sudah menghilang dibalik tembok untuk mengambil mangkuk lainnya. Teriakan saya pelan aja walau sebetulnya begitu antusias. Andai itu bukan rumah orang barangkali saya sudah langsung teriak-teriak histeris. Hanya saja saya cuma.. hmm.. cuma menjaga harkat dan martabat saya sebagai seorang perempuan *cuih*

Melihat saya teriak-teriak begitu Mbak Erry, Mbak Mechta dan Mbak Esti bingung lihat saya. Dipikirnya mungkin saya kerasukan setan dan menggumam: “ini anak kenapa, sudah malam buta teriak-teriak nyebut nama anak Ahmad Dhani”

“Eh, beneran tadi mukanya seperi El. Ganteng banget!” saya berkata kepada Emak-emak yang ada disitu.
“Yang mana?”
“Yang ngantar Indomie tadi itu.. ntar ya kalau dia datang lagi”
“Masak sih..” para Emak sudah mulai kepo.

Gak tau kenapa waktu melihat cowok itu otak saya langsung nyebut nama El. Untung saja waktu itu gak nyebut nama Bapaknya 😀

Hiya, yang ditunggu akhirnya datang juga.. Mas El dengan 2 mangkuk indomie di tangan sedang menyerahkan kepada Mbak Erry. Dan bukannya segera diterima mangkuknya, mereka malah sibuk melihat mukanya Mas El. Kali ini disaksikan oleh Melly dan Mbak Lies.

Adegan selanjutnya adalah heboh ngomongin tentang kegantengan Mas El. Mereka, para emak-emak, histeris membabibuta.

“Itu sih.. Mas El sebelum naik ring tinju” jerit Mbak Esti
“Eh, mukanya seperti si Beiber dong..”
“Iya.. iya.. lihatin model sisirannya, miring gitu, ala ABG bangeet..”
“Ih, gilak bibirnya, merah cui…”
“Poto yuk poto..”

Saat Mas El nganterin mangkuk untuk ketiga kalinya, kami semua, penghuni wisma 42 sudah bergerombol menunggu kedatangannya. Apalagi kalau bukan untuk menyaksikan kebenaran akan gosip Mas El yang tingkat kegantengannya di atas rata-rata paras orang Jawa.

“Hmm.. Mas El. Maaf ya aku recokin sebentar. Boleh minta fotonya, nggak?” Tanya Melly dengan gaya lembutnya merayu Mas El.
“Boleeeeh..” sahut Mas El kalem sambil duduk disamping Mbak Erry yang kemudian disambut grrr ala Emak-emak.

“Ih, yang minta foto kan Melly, tapi kok duduknya milih dekat Mbak Erry, sih..”

Ternyata, prosedur minta foto sama orang ganteng di Yogja itu tidak rumit. Buktinya sekali ngomong langsung dikasih hihi.. Catat ya, itu tadi pelajaran moral paling penting kalau lagi datang ke Yogja 😀

Daaan.. rame-ramelah kami foto sama Mas El..

“Mas El, asmani pun sinten?” tanya Mbak Esti dengan gaya lembeng persis Ibu-ibu sedang mencari menantu buat anaknya.

“Denada.. ” jawabnya. Iihh… suaranya empuk bangeeet. Andai engkau rainbow cake, mungkin sudah kukunyah dengan sepenuh hatiku..

Habis sudah pesanan indomie diantarkan oleh Mas El. Tapi kami masih ingin ketemu Mas El lagi.

Caranya gimana yaa.. harus cari alasan lagi nih supaya Mas El hadir lagi diantara kami.

“Oh ya pinjem garpu!” satu suara pelan yang terdengar diantara kami lantas diamini bersama-sama

“Mas El, boleh pinjem garpu, gak?” manggilnya tetep Mas El.

Hanya dijawab senyuman oleh Mas El dan dia langsung beranjak dari kami. Ganti kami yang terkikik-kikik menahan tawa.

Beberapa saat kemudian..

“Ini Mbak garpunya..” terdengar suara ngebass

Mendengar sesuatu yang tak biasa kami semua langsung mendongak. Lho, kok ganti Bapaknya yang muncul. Lah Mas El nya kemana..

Usut punya usut ternyata Mas El sedang bercengkerama diluar. Entah malu telah di goda sama Emak-emak atau bagaimana sehingga dia nyuruh Bapaknya yang kasih garpu.

Ah.. malam ini begitu indahnya. Segala capek dan lelah hilang seketika setelah ketemu sang pujaan baru, Mas El Denada.

Yang paling nggak bisa habis tertawa lagi adalah ulah Mbak Lies Hadi yang mau berangkat tidur sempat pamitan dulu sama Mas El. Dengan gaya khasnya kami semua tertawa terpingkal-pingkal.

Selamat tidur Mas El, mimpikan aku dalam tidurmu… *uhuiii*:D

Yang penasaran dengan mukanya Mas El, ini lho dia

Mas El diantara para Emak Foto dapat dari ngubek-ubek FBnya Melly :D
Mas El diantara para Emak
Foto dapat dari ngubek-ubek FBnya Melly 😀

Sahabat maya dari lintas Pulau

Wajarnya menjadi pendatang baru itu mengenalkan diri terlebih dahulu kepada teman, sahabat yang lebih dulu berkecimpung lalu berusaha keras mengambil ilmu dan hikmah dari mereka-mereka.

Di Pekan ke 4 Liga Blogger musim 2/2014 ini kebetulan tema yang dilemparkan panitia adalah:
Mengenal peserta Liga Blogger Indonesia Musim 2/2014

Sama seperti ketika saya mengikuti kontes blog yang diadakan teman-teman, sebagian ada yang kenal tapi ada juga belum kenal. Ada beberapa alternatif dalam perkenalan antar blogger. Ada yang kenal bermula saling mengunjung blog, ada yang kenal karena saling komentar di FB, ada yang kenal ketika kopi darat.
Dan uniknya di liga blogger Indonesia 2 ini ada lho yang belum kenal sama sekali, belum pernah mengunjungi blog, tidak pernah bertukar komentar, belum pernah kopi darat.. tapi sudah mention-mention di Twitter..

Nah berikut ini teman-teman blogger yang saya kenal dari bermacam-macam alternatif tersebut:

1. Lies Surya @liessurya
Saya kenal Mbak Lies Surya sejak bergabung di forum Dblogger Community. Di forum itu nama Mbak Lies begitu terkenal malahan Mbak Lies sempat jadi juri lomba S DOGGER (Senyum Dblogger) yang diselenggarakan ketika perayaan ulang tahun Dblogger beberapa waktu lalu dimana saya berpartisipasi.

Selalu suka lihat foto Mbak Lies yang ini :) Foto dari FB Mbak Lies
Selalu suka lihat foto Mbak Lies yang ini 🙂
Foto dari FB Mbak Lies

Saya memang belum pernah bertemu Mbak Lies secara langsung sebab rentang tempat tinggal kami berjauhan, Mbak Lies tingggalnya di Pagaralam. Tapi saya sudah pernah kolaborasi membuat buku bersamanya lho.. Berteman dengan Mbak Lies itu mengasyikkan, kalau nulis status dan komentar di FB selalu bikin senyum. Kelihatan banget kalau mbak cantik satu ini pintar merangkai kata dan cerdas dalam berpendapat. Sesuai nama blognya, Easy, Mbak Lies itu gampangan. Maksudnya gak mau ribet mikir yang susah-susah.

Bicara mengenai blog, Mbak Lies begitu konsisten mengelola easy.blogdetik.com. Begitupun dengan platform blogdetiknya, Mbak Lies seolah enggan berpindah ke platform lain. Sudah kadung cinta sama Blogdetik ya Mbak?

2. Alfan Renata @AlfanRenata
Nama Alfan Renata begitu tak asing dikalangan Dblogger. Ketua Komunitas gitu loh.. awalnya saya tak begitu kenal dengan Mas satu ini. Seperti angin, namanya sliweran ngalor ngidul tapi tak ada penampakannya 😀

Susah euy nyari foto Mas Alfan, foto ini dapat nemu dr google :D
Susah euy nyari foto Mas Alfan, foto ini dapat nemu dr google 😀

Untungnya ketika di Joglo Abang Yogja saya sempat berkenalan dengan Mas satu ini. Siapa sih yang gak curiga melihat cowok ganteng memakai kaos Blogdetik lalu ngajak senyum? *Duh jadi GR*
Saking terpesonanya saya sampai lupa kalau pernah bertemu lagi di Jakarta ketika ada even Pesta Sahabat yang dilesenggarakan oleh Daihatsu.

Oo.. ini toh yang namanya Alfan Renata.. boleh juga dijadikan adik ipar, #ups 😀

Pemilik blog alfanrenata.blogspot.co.id dan alfarome.blogdetik.com ini menyenangkan kalau diajak ngobrol. Sedikit pemalu tapi bicaranya tidak sok. Saya suka tipikal seperti, karena gaya-gayanya gampang diajak berteman. Mas Alfan ini tinggalnya di utara Ibukota Jakarta.

3. Aisyah Rasyid @Cicajoli
Untuk Blogger satu ini terus terang saya belum begitu kenal. Tapi saya sudah pernah berkunjung di blognya dan sudah saling mention di twitter. Cocajoli ini masih tercatat sebagai Mahasiswi Fakultas Hukum Univ. Riau.

Cicajoli yang cantik.. foto dari FB Cicajoli
Cicajoli yang cantik..
foto dari FB Cicajoli

Dari beberapa kali berbalas mention Cicajoli ini peramah dan murah senyum. Bahkan di headerblognya ada foto Cicajoli yang sedang tersenyum manis. Membaca nama dan melihat fotonya seakan mengingatkan saya pada seseorang.. tapi lupa siapa.. mungkinkah artis cilik zaman dulu, Chicha Koeswoyo? Ah, saya belum bermasa dengan Chicha tapi suka aja dengan nama Chicha.

4. Kang Didno @didno76
Entah kenapa setiap ada even kopdar blogger saya selalu bertemu dengan Kang Didno. Terus terang saya jarang sekali berkunjung ke blognya tapi tiap ketemu langsung Kang Didno selalu menyapa saya. Aih.. indahnya pertemanan dunia maya..

Pak Guru yang sering memenangi lomba blog :)
Pak Guru yang sering memenangi lomba blog 🙂

Sama seperti Mbak Lies, Mas Alfan dan saya sendiri, Kang Didno ini juga memiliki blog di blogdetik. Yaitu taktiktek.blogdetik.com. Mungkin karena itu keeratan kami antar satau sama lain menjadi kuat, cieh..

Kang Didno ini seorang pendiri komunitas Indramayu dan aktif mengadakan pelatihan blogger. Mantap Kang, lanjutkan perjuanganmu! 😀

Terakhir saya bertemu Kang Didno di acara Blogger Nusantara Yogja dan acara Pesta Sahabat Daihatsu di Jakarta. Kebetulan saya dan Kang Didno sama-sama menjadi finalis lomba yang diadakan oleh Vivalog.

Itulah review 4 blogger peserta Liga Blogger Indonesia 2/2014 yang saya persembahkan buat teman-teman semuanya. Buat yang ingin membaca review tentang saya bisa dibaca dan berkunjung ke blog berikut:

1. Keluarga Baru Cicajoli
2. Dari Terdekat Hingga Terjauh
3. Tak Kenal Maka Tak Sayang

Masukan untuk panitia LBI 2014

Niat rajin update blog setiap hari bermula dari keikutsertaan saya dalam Liga Blogger Indonesia (LBI)

Tentang Liga Blogger Indonesia (LBI) ini saya belum sepenuhnya mengerti bagaimana cara menghitung pointnya. Namun setelah mempelajari pelan-pelan saya mulai mengerti kewajiban apa yang harus dilakukan peserta, antara lain mengisi form yang sudah disediakan plus mention @LBI2014.

Sebagai blogger yang baru mengikuti event ini saya sudah antusias sejak awal. Bahkan sejak gong hari pertama di buka saya langsung ambil posisi start. Dalam seminggu minimal saya harus menulis 2 postingan bebas dan 1 postingan tema. Serta blogwalking untuk mendapatkan tambahan point.

Bisa dilihat postingan saya dibawah ini yang tanggalnya berurutan:

LBI1

LBI2LBI3
Tak lupa setelah posting saya langsung mengisi form yang telah tercantum di postingan di web liga blogger Indonesia. Langkah ini sengaja saya dahulukan karena ada embel-embel:

Point dihitung  hanya postingan yang sudah didaftarkan via form google.  

Sebelum kemudian lanjut buka aplikasi twitter (Sesuai urutan syarat seperti yang tertera di postingan web LBI)

Ini nih kutipannya:

LBI4

Sayang saat mengisi form aplikasi google yang disediakan penyelenggara, saya tidak printscreen. Dan memang saya tidak punya pikiran form ini bakal ada masalah. Pokoknya saya yakin aja kalau form itu pasti terkirim walau kemudian tidak ada pemberitahuan resmi bahwa pendaftaran saya sudah diterima/tidak.

Baru keyakinan saya makin mantap saat mention url saya di retweet oleh @LBI2014. Pastinya lega dong ya.. itu berarti tugas di Liga Blogger Indonesia sudah saya kerjakan dengan benar tanpa kurang syarat apapun meski jadwal postingan masih jauh dari batas tanggal pekan 1, kalau tidak salah antara tanggal 6 – 10 Januari 2013.

LBI5

LBI6

LBI7

Usai menunaikan kewajiban LBI saya sudah merasa longgar dan saya sudah yakin bahwa point saya pekan sudah terpenuhi semuanya. Dengan pegangan saya sudah ngisi form dan mention serta di retweet plus blogwalking.

Baru di LBI pekan 2 saya tidak langsung mengerjakan postingan dikarenakan ngejar deadline. Tanggal 15 nya saya baru buka web LBI. Disana saya membuka postingan mengenai klasemen. Sungguh mencengangkan! Ternyata point saya hanya dihitung 2. Di sana terpampang postingan 2 saya 0, alias dianggap tidak mengerjakan!

Ketika saya konfirmasi, penyelenggara bilang kalau saya hanya mengisi form 2 kali. Begh! Jelas dong saya mencak-mencak.. lha wong jelas-jelas saya ngisi form 3 kali, kok dibilang cuma 2 kali.

Mereka juga mengirimkan gambar:

LBI8

 

Oke kalau disitu nama saya tercatum 2 kali, tapi itu kan rekanpannya mereka. Yang jelas form yang saya isi bukan seperti itu.. form yang saya isi form bentuk online!

Yang saya sesalkan kenapa ketika setelah ngisi form tidak ada pemberitahuan, paling tidak ucapan trima kasih, kek atau apa.. apalagi bukti form isian itu tidak ada jejaknya. Mungkin kalau misal kirim laporan postingnya melalui email saya bisa membuktikan.

“Emang kalau bukti RT, masih kurang kuat ya @LBI2014? Kalo bukti form google mana ada?” begitu pertanyaan saya di twitter.

Kenapa saya tanya begini alasannya penyelenggara sendiri bilang kalau peserta wajib memiliki twitter untuk mention postingan. Penyelenggara juga bilang kalau tidak ada twitter tidak bisa mengikuti even ini. Berarti kesimpulannya lapor melalui twitter itu juga sama pentingnya dengan ngisi form!

Dijawab sama @LBI 2014 selalu saja gini: “pekan 1 Cuma ada 2 aja yang masuk”.
Lha kalau mereke ngeyel 2 terus, saya juga bisa dong ngeyel 3 dengan bukti RT sama postingan saya. bener nggak?

Paginya saya dapat mention dari @LBI2014:

LBI9

Oke lah kalau mereka mengandalkan form. Walau pasti jelas saya kalah karena saya nggak punya bukti telah ngisi form.

Tapi kembali lagi, saya punya bukti RT dari mereka dan juga postingan, apa itu masih kurang cukup?
Dan anehnya setelah saya protes begini baru ada yang komen di blog saya.

Terima kasih ya atas komentarnya.. tapi kenapa baru pekan 2 kalian ngasih komentarnya, lalu komentar untuk 3 postingan saya yang pekan 1 kemaren kemanaaa?

Katanya Liga Blogger, wong Liga sepakbola aja ada penonton dan komentatornya..

Maaf bukan saya gila komentar tapi setidaknya kasihlah apresiasi bahwa saya telah megikuti even kalian. Komentar OOT pun saya terima asalkan ada ucapan pemberitahuan bahwa tulisan saya telah masuk daftar list. Kalau sudah begini siapa yang dirugikan? Dan penyelenggara pun seakan lepas tangan.

Lebih aneh lagi, di pekan 2 LBI ini baru dibuatkan semacam daftar posting siapa-siapa aja peserta yang sudah mengerjakan dan sudah mengisi form. Lagi-lagi kenapa baru di pekan 2.

Saya benar-benar kecewa dengan panitia LBI2014. Kalau misal pekan 1 kemarin belum siap, mestinya gak perlu dimulai dulu sampai semuanya siap. Bisa saja formnya bermasalah sehingga ada ke-singsal-an data. Atau kenapa tidak menggunakan jalan lain, misal url postinga dikirim ke email aja supaya jika terjadi gangguan peserta masih bisa memiliki bukti. Jangankan form google, email saja masih bisa bermasalah. Bagusnya kalau diemail peserta bisa melihat terkirim/tidaknya.

Jujur atas kejadian ini saya agak males mengikuti Liga Blogger Indonesia. Kalau memang form digunakan sebagai pegangan penilaian kenapa tidak dicarikan alternative yang aman?

Sampai postingan ini saya tulis saya masih belum terima penjelasan yang memuaskan dari panitia. Sengaja saya tidak membalas mention mereka karena saya tidak mau eyel-eyelan di twitter, apa enaknya nulis segini panjang tapi harus diencrit-encrit di twitter?

Daannn saya makin tertawa melihat kinerja panitia penyelenggara LBI 2014 ini.. saat saya ngeklik halaman daftar posting pekan 2 peserta LBI, ada nama saya tercantum 2 kali postingan.

LBI10Padahal jelas-jelas saya belum mengerjakan postingan tema dan kenapa di nama saya bisa tercantum judul dan link.

Iseng-iseng saya klik ternyata yang muncul blognya Mbak Ririe Khayan wkwkw..

Woi.. penyelenggara! serius dong! kalau kerja yang teliti! Trus kalau sudah begini apa masih peserta juga yang disalahkan?????

Saya nggak nyari kesalahan panitia, tapi panitia juga jangan lepas tangan melihat kejadian yang saya alami.. saya maklum kalau panitia sibuk, tapi itu sudah resiko kalian mengadakan even ini. Hak peserta sudah saya penuhi, sekarang bagaimana kewajiban kalian menyelesaikan persoalan saya? Saya butuh solusi!

Dhani jadi juri Indonesian Idol lagi

Audisi Indonesian Idol ada lagi..

Beda dengan tahun kemarin juri tahun ini bukan lagi Agnes Monica dan Rossa tapi Titi DJ dan Tantri Kotak. Juri lainnya masih sama, Anang dan Ahmad Dhani.

Untuk Anang jangan ditanya lah ya, sejak awal Indonesian Idol Anang sudah jadi juri utamanya. Tapi keberadaan Ahmad Dhani itu lho yang bikin acara ini jadi agak berbeda. Sejak didaulatnya Dhani menjadi juri, suasananya jadi semarak.

Menurut saya lho ya..ini menurut saya.. sejak dijuri oleh Dhani, acara Indonesian Idol sudah gak terlihat sangar lagi. memang sih kadang-kadang ucapan Dhani itu kasar, tapi gimana ya.. emang begitu sih adanya dan menurut saya ucapan Dhani itu membangun. Dibandingkan dengan juri-juri lama dulu, ngomongnya malah kasar banget. Kesannya malah menjerumuskan mental. Termasuk Anang.

Tapi bukan kasar lembutnya ucapan juri yang mau saya tulis disini, soalnya sering jadi kontroversi sih.. suka ada pro kontra. Ini hanya tentang peserta audisi dan guyonan juri yang satu sama lain suka ledek-ledekan.

Juri Indonesian Idol 2014. Foto dari merdeka.com
Juri Indonesian Idol 2014. Foto dari merdeka.com

Kita tau bahwa jumlah peserta audisi itu ribuan. Dari ribuan itu gak semua punya suara bagus dan bisa nyanyi dengan baik. Bisa saja mereka yang punya suara pas-pasan sengaja daftar di Idol supaya bisa ketemu sama jurinya. Syukur-syukur bisa salaman dan foto bareng. Namanya juga ketemu idola jadi apapun caranya akan dilakukan. Lumayan kan bisa tatapan langsung dan salaman secara personal, ketimbang ketemu dipanggung waktu konser. Desak-desakan pasti, salaman belum tentu.

Walau dia sebetulnya tau kemampuannya pas-pasan tapi demi nyanyi didepan idola mereka akan tampil habis-habisan. Ada yang gayanya lucu. Ada yang suaranya kayak (maaf) cempreng. Dan banyak yang pokoknya nggak banget deh penampilannya. Unik, lucu, seru dan menghibur.. ketimbang nonton YKS yang pke sesi oles-olesan cairan warna.. atau nonton Suka-suka Uya yang jam tayangnya kelihatan banget klo ngejar rating.. atau malah nonton Tukang Bubur Naik Haji yang hingga episode ke 1000 belum juga turun ke bumi.. mendingan nonton audisi ini. Guyonannya renyah.. penampilannya segar. Bukan maksud mau ngetawain sih cuma kadang-kadang juri dan peserta itu sama-sama kocak.. orang Surabaya nyebutinnya koplak..

Seperti tayangan audisi tadi malam misalnya. Audisi yang diadakan di kota Bandung itu rata-rata mengaku mengidolakan Dhani. Mereka dengan yakinnya akan bernyanyi bagus supaya Dhani memberi kata yes untuknya. Kenapa harus Dhani, sih.. disitu kan ada Anang juga.. sampai-sampai ada lho yang saking ngefansnya sama Dhani dia disuruh nyanyi sampai 10 lagu. Gitu ya dijabanin..

Dan yang paling saya suka adalah penampilan peserta yang munculnya terakhir di hari pertama. Cewek, berambut pendek, poninya sedikit menutupi mata. Tampil sambil bawa gitar, mengaku nyanyi lagu ciptaan sendiri. Asik gitu dilihatnya. Mungkin karena giginya gingsul jadi pas nyanyi kelihatan manis. Suaranya gak vibra-vibra banget tapi waktu nyanyi itu santai, nggak terlalu ngoyo. Lagunya enak didengar. Mirip-mirip lagu ciptaannya Melly Goeslow.

Selesai nyanyi, Titi DJ dan Anang langsung bilang yes. Titi terkesan dengan lagunya yang katanya lucu. Malahan Anang ngasih penawaran supaya ikut ke manajemennya tapi syaratnya nggak boleh ikut Indonesian Idol. Peluang besar kan sebenernya.. tapi sayang dia nolak sambil nahan air mata saking surprisenya..

Trus Dhani bilang sambil ketawa-ketawa: “Kalau saya yang nawari, dia pasti mau..”..

Eh beneran ditawari Dhani dia mau.. Anang sampai gak bisa bilang apa-apa..

Entah serius entah nggak ya tapi kalau mendengar penawaran seperti itu siapa sih yang nggak mupeng. Paling tidak kemampuannya sudah dilirik oleh produser.

Dan mengenai Dhani walau saya nggak ngefans banget sama dia tapi kalau sudah dengar dia ngomong saya suka ngakak. Bicaranya santai tapi kedengar ces pleng. Apalagi kalau sudah pke logat Surabaya.. ledek-ledekan sama Anang.. pasti seru.. dan kalau boleh bilang saya lebih suka kolaborasi juri tahun lalu yang sama Agnes Monica, kelihatan kompak.

Joglo Abang bergoyang #BN2013

Blogger Om-Om bergoyang menikmati irama musik dangdut :D
Blogger Om-Om bergoyang menikmati irama musik dangdut 😀

1451467_1437673859778421_4111241_n

Ada macam-macam ekspresi blogger pada kopdar Blogger Nusantara 2013. Salah satunya ekspresi Blogger Om-om satu ini. Lihatlah betapa enjoynya Om NH ketika bergoyang, Aselolee icik-cicik ehem..

Ekspresi ini dijepret suami saya saat semua blogger naik ke panggung untuk berjoget bersama, namun entah mengapa Om NH lebih memilih joget dibawah panggung 😀