Diingatkan itu..

Diingatkan oleh sesama pengguna motor di jalan itu rasanya super sekali.

Kemarin sepulang dari Hi-tech Mall, sesampai di dekat lampu merah Jl. Ambengan saya mengurangi laju kendaraan karena kena lampu merah.

Saat motor sedang melaju pelan, didepan saya sudah ada satu mobil yang berhenti lebih dulu. Ketika sedang bersiap untuk berhenti, dari arah kiri saya ada 2 pemuda berboncengan melewati saya sambil teriak “Mbak, jagange!”

Mendengar teriakan itu saya spontan menoleh lalu buru-buru menaikkan jagang menggunakan kaki kiri. Sebagai ucapan rasa terima kasih karena telah diingatkan saya pun lantas membuka kaca helm dan memberi kode dengan jari kepada mereka.

Sayang kode yang saya berikan itu tak sampai mereka lihat karena tiba-tiba mereka sudah melesat jauh menerobos lampu merah. Untungnya kendaraan dari arah berlawanan belum ada yang lewat sehingga motor yang membawa dua pemuda itu dengan leluasanya menyebrang.

Perasaan saya antara senang sedih.

Senang karena di jalan masih ada orang yang peduli terhadap keselamatan pengendara lain. Dan sedih karena mereka tidak konsisten terhadap ucapannya sendiri. Mengingatkan orang lain supaya tidak celaka, eh mereka malah melakukan percobaan mencelakai diri.

Mereka ingin mengorbankan diri, atau sengaja berkorban demi saya?

Ah, jadi GeeR saya..

Dan untungnya mereka masih diberi keselamatan. Andai celaka saya mau bilag apa sama mereka. Mau bilang terima kasih dihadapan orang tergelatak sambil nangis-nangis? Itu sih sinetron bangeet. Atau bisa-bisa saya yang malah di tuduh mencelakai mereka. Orang celaka kok di kasih ucapan terima kasih.

Mau bilang maaf, lah memangnya saya salah apa, wong saya nggak ngapa-ngapain mereka.

Ada baiknya saya berdoa meminta ampunan buat mereka supaya dosa-dosa yang telah diperbuat tidak diulang lagi.

Iya kalau masih hidup. Lah, kalau meninggal?

Aduuh.. kok saya jadi berpikir jahat sih..

Mau gimana lagi kemungkinan seperti itu kan cuma 2 pilihannya. Kalau nggak hidup dengan menderita luka, ya menderita luka lantas meninggal. Aduh, ngerinya.

Apapun kemungkinan itu yang jelas saya mohon ampun saja deh. Yang penting saya sudah minta ampun dan memohonkan ampunan buat mereka. Harus bagaimana lagi wong sudah terlanjur terjadi.

Mpon-Mpon

Mpon-mpon adalah sebutan untuk rempah-rempah seperti lengkuas (laos), daun salam, daun jeruk, Kencur, Kunyit (kunir), kunci, jahe, dan sereh.

Dalam kebutuhan masak sehari-hari, untuk masakan tertentu, satu atau dua diantara jenis mpon-mpon ini merupakan bumbu yang sangat penting sebagai pengaruh rasa dan aroma masakan. Seperti misalnya sayur kunci /sayur bening supaya lebih sedap di beri tambahan kunci. Sayur asem di beri tambahan laos, membuat dadar jagung / bakwan jagung di kash tambahan kencur, dan aneka masakan lainnya yang bila tanpa di beri tambahan rempah tersebut hasil jadinya akan aneh. Atau malah di sebut masakan gagal. Bisa di bayangkan seandainya masak sayur kunci tanpa di beri kunci, rasanya jadi seperti sayur gurih saja karena gak ada aroma kunci yang membuat sedap masakan. Dan contoh-contoh masakan lain yang menggunakan bumbu mpon-mpon. Barangkali teman-teman di sini lebih hapal masakan sekaligus bumbunya ketimbang saya yang hanya bisa masak air hehe..  *buka aib sendiri*

Walaupun dalam praktek masak memasak mpon-mpon di anggap sebagai bumbu berperanan penting, namun dalam pembeliannya, mpon-mpon seperti bukan bumbu penting.

Sebut saja cabe. Dimana-mana kalau berbelanja orang harus membeli cabe. Gak ada orang beli sesuatu minta imbuh cabe. Bisa-bisa dimarahi sampai entek ngamek kurang golek. Atau bumbu Merica. Mana ada belanja minta imbuh Merica.

Hampir semua bumbu yang di jual harus dengan membeli, tidak ada yang minta imbuh. Kecuali kalau si penjual berbaik hati memberi imbuh. Padahal dalam teknik memasak bumbu-bumbu seperti Cabe dan Merica bukanlah bumbu wajib. Cabe dan merica boleh di tiadakan dalam masakan.

Kembali lagi ke Mpon-mpon.

Meskipun mpon-mpon dianggap bumbu inti, namun keberadaan mpon-mpon ini seperti di sepelekan. Dalam membelinya orang seperti antara penting-gak penting. Misalnya begini:

“Beli Cabe sama Tomat 2 ribu, minta imbuh daun jeruk selembar” Sering dengar kalimat seperti ini gak kalau lagi di Pasar? Kalau saya sering banget. Ngomongnya selembar, tapi penjual biasanya ngasih berlembar-lembar. Dan contoh ini berlaku juga untuk imbuh daun salam, tapi kalau daun salam ngasihnya gak ‘seikhlas’ daun jeruk. Penjual ngasih secukupnya aja. Kalau mau minta banyak ya harus beli hehe..

Atau begini:

Beli Cabe sama Tomat 2 ribu, minta imbuh kunci dan kunir. Permintaan ini masih dianggap wajar oleh para penjual meski imbuhnya 2 item.

Tetapi, kalau contoh ini:

Beli Cabe sama Tomat 2 ribu minta imbuh jahe. Kalau ini perlu di waspadai. Walaupun jahe masuk kategori mpon-mpon jangan salahkan kalau penjual ngelabrak entek entek ngamek kurang golek. Jahe gitu loh..

Mendingan beli mpon-mpon seribu apa duaribu biar dapat lengkap. Siapa tau besok masak sesuatu menggunakan bumbu jangkep. Kalau misalnya takut gak kepake ya di simpen aja, siapa tau ada tetangga butuh.

Buat saya yang gak pernah belanja sendiri kecuali di suruh, minta-minta seperti ini agak sungkan. Lebih baik saya beli dari pada saya minta, walaupun Ibu nyuruhnya minta. Saya kasihan aja kalau minta kepada penjual walaupun taruhlah itu sekedar daun jeruk. Sebab penjual punya stok daun jeruk itupun mereka beli di pasar induk, dan bukan meminta. Lha kalau daun jeruk itu hanya sebagai barang imbuh-imbuhan trus mereka dapat untung dari mana. Dan itulah baiknya ibu-ibu di pasar, masih mikir kebutuhan konsumen.

M

Saat mantengin rak tissu, mata saya tiba-tiba selingkuh ngelirik ke isi kereta dorong seorang Bapak yang berdiri tak jauh dari saya. Secara seksama saya perhatikan isi belanjaan itu. Lama. Lalu pandangan saya alihkan ke arah si Bapak.

Gak ada yang salah sih sebetulnya. Seorang Bapak pun punya hak untuk belanja sendiri di supermarket. Tapi saya merasa ada sesuatu yang mengganjal. Terutama barang-barang yang di beli si Bapak yang salah satunya adalah pembalut.

Saya perhatikan Bapak itu cuek aja milih pembalut. Kayaknya gak ada kesan malu atau risih. Malah justru saya nya yang sungkan sendiri hehe..

Mangapa harus si Bapak yang beli pembalut?

Kenapa bukan istrinya atau anak perempuannya yang membeli?

Teringat masa kecil saat di suruh Ibu beli pembalut di toko dekat rumah. Setiap kali menyuruh, selain menyerahkan duit, Ibu juga menitipkan pesan khusus sambil bisik-bisik: “Minta di bungkus koran ya. Bungkusnya yang rapat. Jangan sampai dilihat orang”.

Sesampai di toko, saya pun ngomongnya sambil bisik-bisik juga, supaya ucapan saya gak di dengar orang. Dan biasanya penjual langsung tanggap. Tanpa di minta, penjual akan membungkus dengan koran lebar lalu di masukkan ke dalam kantong kresek berwarna hitam.

Begitu juga saat giliran saya sudah mulai mendapatkan ‘tamu’. Selama di sekolah bawaanya selalu diam. Kalau pas pelajaran agama, diam-diam saya pindah bangku di belakang. Demi menjaga rahasia, kalau di tanya teman, saya jawab dengan  mengangkat jari telunjuk, jari tengah dan jari manis membentuk angka 3 dengan posisi terbalik. Dan mereka pun langsung paham kalau hari itu saya sedang M.

Tapi sekarang, begitu melihat ada seorang Bapak membeli pembalut, sepertinya rasa tabu itu sirna. Saya tidak tau mungkin saya nya yang terlalu katro’ dan sungkan sehingga merasa aneh sendiri. Atau mungkin karena efek lain sehingga ada suami yang rela membelikan pembalut buat istrinya.

 

Lebaranku, memanfaatkan moment dan silaturrahmi

Seperti tahun kemarin, Lebaran tahun ini saya dan Suami memutuskan tidak mudik lagi. Biasanya setiap lebaran saya mudik ke rumah orang tua Suami di Jakarta. Tapi tahun ini alasan tidak mudik saya masih sama seperti sebelum-sebelumnya yaitu mepetnya pengumuman libur. Dan lagi membeli tiket kereta mepet-mepet begini sulitnya minta ampun. Jadilah lebaran tahun ini kami habiskan di Surabaya sembari berkunjung di rumah Saudara dan nenek yang ada di Jombang.

Diakhir-akhir bulan Ramadhan adalah waktu sibuknya umat Islam untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berbau lebaran. Pada saat sibuk itulah biasanya banyak ditemukan momen unik demi menyambut datangnya Hari Fitri. Karena lebaran tahun ini sangat spesial yaitu bersamaannya umat Islam merayakan Idhul Fitri juga karena saya belum pernah melakukan sesuatu yang unik.

Hunting Foto

Memang agak aneh sih, lebaran-lebaran kok malah dipakai buat hunting foto. Ya, bagaimana lagi menjelang lebaran momen seperti ini kan sangat berharga banget buat mendapatkan jepretan yang unik-unik. Kapan lagi bisa melihat pemandangan orang mudik dengan bawaan full kalau tidak pas momen lebaran seperti ini 😀

Supaya saya juga bisa merayakan Idhul Fitri, kegiatan hunting foto itu saya lakukan sehari menjelang lebaran. Pada hari puasa terakhir, pagi-pagi sekali saya dan suami mendatangi terminal Purabaya.

Mau pergi kemana?

Nggak kemana-mana. Cuma duduk-duduk sesekali hilir mudik ngeliatin orang mudik!

Iseng banget!

Memang. Kalau gak waktu lebaran kapan lagi bisa punya koleksi foto orang mudik 😛

Disana kami tak hanya melihat bis-bis yang berjajar tapi juga repotnya seorang porter yang membantu bawaan pemudik. Yang membuat kasian adalah kalau melihat porter yang sudah tua membopong bawaan pemudik yang jumlahnya melebihi kewajaran. Ada juga calo penumpang yang semangat menawarkan bis kepada pemudik. Saking semangatnya mereka sambil berteriak-teriak dan memaksa calon penumpag untuk segera naik ke bus.

Porter sedang mengemban tugas
Porter sedang mengemban tugas

Merayakan lebaran bersama Tetangga dan Saudara

Besoknya, pada hari H Idhul Fitri, seusai Sholat Ied di lapangan, saya dan Suami makan dengan menu khas lebaran Ibu saya, yaitu nasi kuning lengkap dengan lauk ayam, sambal goreng tempe, srundeng serta telur ceplok yang diiris-iris memanjang. Sebelumnya, malam-malam diiringi suara takbir di masjid Ibu saya getok-getok didapur untuk memotong ayam. Sambil memotong ayam Ibu saya bercerita bahwa Emak Ibu (nenek saya) kalau lebaran begini biasanya juga selalu memotong ayam yang jumlahnya cukup banyak, menurut Ibu, nenek sengaja membuat banyak masakan untuk dibagi-bagikan ke tetangga  seusai sholat Ied. Hmm.. momen berdua inilah yang saya suka dan pastinya akan menjadi kenangan tak terlupa. Mungkin suatu saat saya juga akan mengikuti tradisi yang dilakukan nenek serta Ibu saya.

Rupanya lebaran di Surabaya tak selalu sepi. Buktinya belum juga sejam usai bubaran Sholat Ied, rumah saya sudah kedatangan banyak tamu untuk bersilaturrahmi. Mereka ini adalah tetangga yang akan berangkat mudik. Selesai satu tamu berlanjut dengan tamu-tamu lainnya. Bak air mengalir, rumah saya tak pernah sepi tamu ditambah lagi dengan kedatangan kakak serta saudara yang mengajak istri dan anaknya kerumah membuat suasana ramainya luar biasa.

Saat tamu sudah agak sepi, bergantian saya yang mengunjungi rumah tetangga. Berkeliling dari satu rumah kerumah lainnya yang senantiasa terbuka menerima siapa saja yang datang.

Kumpul bersama saudara dan keponakan
Kumpul bersama saudara dan keponakan
Narsis bersama keponakan. Manda, Salsa, Bima dan Titha
Narsis bersama keponakan. Manda, Salsa, Bima dan Titha

Hingga menjelang malam, suasana rumah dan jalanan masih tampak ramai sehingga saya dan kakak-kakak lainnya yang menginap dirumah harus berdiri ditengah jalan untuk bersalaman dengan tetangga-tetangga yang lewat.

Mudik ke Jombang dan silaturrahmi dengan sahabat blog

Pada lebaran kedua barulah kami sekeluarga mudik ke Jombang, ke rumah nenek dari Ibu saya. Selama di perjalanan, memanfaatkan momen tetap kami lakukan yakni dengan memotret apapun yang kami anggap unik. Mulai macetnya jalanan, Pak Polisi yang sibuk mengatur lalu lintas, hingga memotret pemudik yang menggunakan segala cara demi bisa berkunjung ke rumah orangtua dikampung.

11-12 dengan situasi di Surabaya, suasana di Jombang juga sangat ramai. Walaupun badan terasa lelah karena 2 hari bangun pagi dan tidur menjelang malam pun tak sempat kami rasakan. Pencampuran rasa itu telah melebur dan berbaur manis membuahkan kebahagian dan keceriaan. Kerinduan terhadap sanak saudara terbayar sudah dengan berkumpulnya semua saudara. Ah, indahnya..

Disela-sela bertemu keluarga di Jombang itu saya juga sempatkan berkunjung ke rumah seorang teman blog. Siapa lagi kalau bukan senior saya yaitu Pakde Cholik. Yah, seorang blogger yang menetap di Surabaya tetapi lahir di kota Jombang. Saya yakin semua sudah pada tau itu. Pada saat itu Pakde memberitau saya kalau besoknya akan ada tamu blogger asli Jombang tapi tinggalnya di Jogya akan bertamu ke rumah Pakde juga adalah Pak Ahmad Muhamimin Azzet.

Kopdar blogger Hari Raya bersama Pakde dan Pak Muhaimin Azzet
Kopdar blogger Hari Raya bersama Pakde dan Pak Muhaimin Azzet

Benar saja, ketika keesokan harinya saya kerumah Pakde lagi, Pak Muhaimin beserta istri sudah hadir duluan. Seperti kopdar-kopdar yang lalu kami bercengkerama panjang lebar mengenai dunia perbloggingan, dunia tulis menulis dan sedikit menyinggung soal agama, sebab tamu kita satu ini adalah seorang ustad. 

Setelah kopdar itu kami langsung cap cus ke Surabaya. Ah, lebaran yang indah, dan kopdar yang menyenangkan. Jarang-jarang bisa unjung-unjung sekaligus kopdar dengan teman blogger pada saat lebaran seperti ini, yang ada mereka pada sibuk mudik ke kampung halamannya masing-masing, berkumpul keluarga sembari makan kue lebaran.

Ini cerita lebaranku, mana cerita lebaranmu? 🙂

Tentang Sinetron PPT jilid 7

Setiap bulan Ramadhan, Sinetron yang saya tunggu-tunggu adalah Sinetron Para Pencari Tuhan atau Sinetron PPT jilid 7. Sinetron ini bercerita mengenai kehidupan warga desa KINCIR yang memilki masalah keluarga yang berbeda antara satu dengan lainnya. Masalah yang dialami oleh mereka pun tergolong humanis, apa adanya seperti kehidupan yang dialami setiap insan dalam keseharian. Nggak terlalu berlebihan seperti sinteron pada umumnya. Jalan ceritanya pun juga sangat masuk akal. Kisah hidup bak roda berputar dituangkan habis-habisan dalam sinetron ini tanpa ada kesan menggurui. Seorang Ustad bisa disalahkan, seorang pembantu juga bisa dibenarkan. Dan baiknya, semua pemeran dalam sinetron itu gak ada yang jahat. Semuanya pernah jadi protagonis, tapi suatu saat bisa jadi antagonis.

Setiap pemeran memiliki musuh masing-masing. Seperti, Aya VS Kayla. Bang Jack VS Pak Wijoyo. Bu Jalal VS Loli. Udin VS Bang Asrul. Dan baru-baru ini Pak Idrus Madani (Pak RW) VS Pak Hakim (Bendahara RT dan Pak RT yang berambisi menggantikan Pak Idrus)

Dalam kehidupan sehari-hari mereka hidup rukun dan saling membutuhkan dengan yang lainnya. Bang Jack curhat ke Pak Ustad Feri. Udin curhatnya ke Asrul. Azam curhat ke Pak Jalal. Yang dicurhati pun tak selamanya benar. Kadang ada pihak ketiga yang menengahi menyelesaikan masalah, siapa lagi kalau bukan para istri-istri.

Secara keseluruhan sinetron ini memberi banyak sekali pelajaran yang dituangkan dalam cerita yang kemudian diterjemahkan sendiri oleh penonton . Saya pikir, penulis skenario PPT ini sangat pintar membuat alur. Padahal problem yang dimunculkan cukup banyak tetapi penulis pandai merangkai-rangkai cerita yang intinya ingin menyampaikan pesan berharga bagi pemirsanya. Istilah saya Wong pinter ning ora minteri (Orang pintar tapi tidak kepintaran)

Dalam mengatasi masalah mereka saling mengingatkan. Tak jarang demi mendapatkan pendapat yang benar mereka harus bertengkar dulu. Sebenarnya karakter pemain di sinetron ini cukup kompleks. Ada yang iri-an, ada yang cemburuan, ada yang ngeyelan, ada yang kepintaran, ada yang gak sabaran ditambah lagi kondisi masing-masing pemain, ada yang kaya tapi banyak juga yang hidupnya pas-pasan. Saya pikir Pak Ustad Feri itu keluarga mampu kalau dilihat dari perabotan dan kondisi rumahnya, nyatanya buat makan sehari-hari aja sering dikasih tetangga. Sebaliknya Pak Jalal yang awalnya kaya berbalik menjadi miskin papa, sampai dia harus tinggal di sebuah gubuk. Walaupun memiliki banyak tanah juga pembantu, tapi utangnya juga banyak.

Dan yang bikin mak jleb adalah peran trio Pak RW, Pak RT dan Bendahara. Ketiga orang ini selalu punya pikiran duit, proyek, untung. Dan satu lagi suka bikin malu. Asal berbau uang malu itu nomor sekian. Suap buat dapatin suara, menjual aset warga buat dijadikan Mall, atau.. batal belikan martabak karena kalah dalam pemilihan suara. Dan itu semua ditampakkan dalam adegan nyata. Gak pakai perasaan lagi. Coba kalau dalam kehidupan sehari-hari, martabaknya sih datang tapi ikhlasnya yang kabur duluan.

Kalau saya pemeran perempuan yang paling saya suka pastinya Aya. Orangnya cantik, modis, kalem, tapi kalau sudah cemburu dan marah, bikin semua lelaki emosi dalam batin. Kalau laki-laki sih saya suka sama karakter Bang Jack. Orangnya ceplas-ceplos, suka pura-pura, pinter nyari alasan, dan kocak.

Suka sekali lihat muka judesnya Aya :D Foto dari Google
Suka sekali lihat muka judesnya Aya 😀
Foto dari Google

Peran yang paling bikin gregetan itu Loli sama Udin. Pokoknya kalau orang 2 ini muncul, gak bisa nggak, sama seperti Bu Jalal bawaannya pengen marah aja sambil melototin mata.

Nah kalau ini sebel-sebel gregetan :D Foto punya Google juga
Nah kalau ini sebel-sebel gregetan 😀
Foto punya Google juga

Juga pasangan Pak Ustad Feri dan istrinya. Pasangan ini kelihatan harmonis tapi kalau sudah marah Bu Ustad suka bantingin panci.

Semua balutan dalam Sinetron PPT jilid 7 ini terasa sempurna dan asyik dinikmati. Cuma 1 yang bikin saya jengkel. Adalah sinekuisnya! Aduuh.. pengen aja protes sama SCTV, bisa nggak sih kalau sinekuis itu diilangin. Percuma aja tayang 1,5 jam tapi banyak iklan dan sinekuisnya. Paling-paling sinetronnya cuma tayang 40 menitan.  Dan lagi kurang mutu, gak ada benang merahnya. Kalau guyonannya segar sih gapapa, atau paling tidak ada inti ceritanya, gitu. Jangan cuma ngeliatin orang wira-wiri didepan kamera, dengerin orang ngobrol yang gak ada maksudnya. Anehnya, penonton yang di studio itu kok tahan ya, kalau saya mungkin sudah tidur sambil ngiler, kali..

Oke, postingan ini sekian dulu. Dari awal ngomongin Sinetron PPT jilid 7, sebenarnya cuma mau bilang sebaiknya  sinekuisnya diilangin. Sudah. Itu aja. 😀 *kabur jauh-jauh sebelum ditimpuk mantan mertuanya Udin*

Sebetulnya foto ini yang membuat saya punya ide nulis. Lihatlah, posenya mirip banget dengan fotonya Pak RT dan Kim waktu akan pemilihan ketua RW yang baru. Kang Yayat, pinjem fotonya ye..
Sebetulnya foto ini yang membuat saya punya ide nulis. Lihatlah, posenya mirip banget kan sama fotonya Pak RT dan Pak Hakim waktu akan pemilihan ketua RW yang baru.
Kang Yayat, pinjem fotonya ye.. 😀

 

Penting, gak pentingnya ngabuburit

Ngabuburit, yuuuk….

Akhir-akhir ini istilah ngabuburit seakan umum dipakai umat muslim di mana saja. Tidak hanya orang Sunda saja, tapi di Surabaya juga menggunakan istilah ngabuburit untuk menunggu tiba datangnya berbuka puasa.

Saya jadi ingat, dulu, sebelum mengenal istilah ini, duduk dimeja sambil ngelihat Ibu saya memasak adalah ngabuburit cara saya. Membaui aroma masakan yang nikmatnya tak terkira membuat saya enggan untuk beranjak jauh-jauh dari dapur. Apalagi kalau acara di TV bagus-bagus, aduuh susah sekali untuk meninggalkannya. Jangankan mandi, melaksanakan Sholat Ashar aja suka ditunda-tunda. Alasan apalagi kalau bukan takut ketinggalan acara. Tau-tau sudah adzan Maghrib aja hehe..

Ngobrol-ngobrol bersama teman saat sore hari menjelang berbuka juga waktu yang sangat nikmat untuk dilakukan. Rasa lapar dan haus bisa lupa dengan sendirinya. Yah, namanya juga ngobrol. Jangankan dibulan puasa, waktu gak puasa aja, asyik banget kok..

Setelah diceramahi Pak Ustad disela-sela Sholat Tarawih, Saya jadi tau bahwa mencium aroma masakan saat puasa hukumnya adalah makruh, walaupun tidak membatalkan puasa. Jadi, kalau sudah mencium aroma masakan cepat-cepat saya menahan diri dan menahan kalimat untuk tidak bilang, “Hmm.. enaknyaaa”

Selain itu Pak Ustad juga bilang kalau menghabiskan waktu puasa dengan banyak-banyak menonton TV juga tidak bagus.  Alasannya sayang dengan puasanya, pahalanya bisa berkurang.

Sedangkan ngobrol dengan teman, boleh-boleh saja. Tapi yang ditakutkan adalah berghibah. Namanya manusia kalau sudah ngomongin sesuatu suka lupa diri. Awalnya ngobrolin tentang sahur kesiangan, lalu ngobrolin pengalaman puasa, trus ngobrolin sholat tarawih, tapi lama-lama pembicaraannya jadi berbelok kemana-mana. Misalnya ngomongin kegantengan Ustad yang ceramah tadi malam. Trus ngomongin artis korea yang nggantengnya mirip Pak Ustad. Lalu berlanjut ngomongin si ini begini..  si anu begitu.. dan ujung-ujungnya ngerasani atau ngomongin orang. Kalau Bang Rhoma bilang namanya ghibah. Nah, sayang kan sama puasanya, gak ada manfaatnya. Dan lagi-lagi, ngurangin pahala puasa.

Menurut Pak Ustad, kalau ngabuburit lebih baik digunakan dengan melakukan perbuatan positif. Misalnya, Setelah Sholat Ashar dilanjutkan dengan membaca Al Quran. Nggak usah banyak-banyak, cukup 1 atau 2 ayat saja lalu mentaddaburinya. Membaca artinya sekaligus memyelami maknanya.

Kalau susah melakukannya, nyetel radio aja. Disana ada banyak stasiun-stasiun yang memperdengarkan ceramah agama, biasanya mendekati sholat Maghrib ada kok ceramah-ceramah agama yang bermanfaat dari Kyai yang masih baru hingga yang sudah meninggal. Contohnya Kyai Zainuddin MZ. Masih ada, kan?

Yah kalaupun terpaksa harus nonton TV, carilah stasiun yang menampilkan acara yang bersifat rohani. Jangan sinetron melulu, lah.. kasihan nanti isi kepalanya, jadi kebanyakan masalah. Bukannya mengatasi masalah tapi nambah masalah.

Males ngapa-ngapain? Itu manusiawi kok. Emang kalau puasa itu bikin males buat ngerjakan sesuatu. Nah, kalau lagi malas ngapa-ngapain, online aja. Baca-baca artikel yang bermanfaat buat nambah-nambah ilmu pengetahuan tentang Islam. Kalau sudah dapat ilmunya, posting di blog. Selain buat nambah ilmu juga untuk berbagi pengetahuan kepada sesama. Impas, kan?

Lalu, penting gak sih ngabuburit itu?

Saya akan jawab, ngabuburit itu penting. Tapi dengan syarat harus dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat. Bukankah bulan Ramadhan ini Allah SWT sedang mengobral pahala, jadi kalau kita melakukan amalan ibadah, walaupun sedikit, maka pahala yang didapatkan akan dilipat gandakan olehNya.

Jadi, yuk, ngabuburit, yuuk…

Pengalaman pertama belanja online

Membeli barang di toko online pernah saya lakukan sekali. Waktu itu ada customer yang ingin membeli Monitor LCD merk Sa*sung layar 23 inch.

Bekerja di toko komputer, mencari spare part adalah tugas saya, karena toko di tempat saya bekerja tidak menyediakan barang. Akibatnya bila ada yang ingin membeli barang mereka harus memesan dulu melalui chatting atau telpon. Bagi yang sudah langganan mereka terbiasa dengan keadaan ini disamping mereka bisa menawar harga, barang yang saya kasih pun garansinya baru (garansi per tanggal pembelian) karena saya pesankan dulu melalui distributor.

Seperti biasa customer itu tanya-tanya dulu. Punya LCD Monitor Sa*sung 23’ nggak? Typenya apa? Harga berapa?

Mendapat pertanyaan yang bertubi-tubi itu seringnya saya jawab singkat dan padat: “Saya cek dulu ya”

Merekapun mahfum.

Segera saja saya menghubungi seluruh pemegang Monitor merk tersebut. Dari mulai kelas Distributor, Master Dealer hingga Dealer, semua saya hubungi untuk menanyakan ketersediaan barang dan harga yang paling murah.

Sayangnya dari kesemuanya itu mengatakan barang yang saya cari sedang kosong. Bahkan mereka juga mengatakan stock di Jakarta juga sedang kosong.

Kalau sudah begini langkah saya selanjutnya adalah menawari customer itu dengan stock barang yang sedang ready di Surabaya, misalnya ada ready  layar 22, ya itu saya tawarkan’.

Namun usaha tawar menawar itu gagal karena customer saya maunya yang 23’. Tak mau pasrah meninggalkan customer, sayapun berusaha mencari cara lain yaitu browsing di toko online.

Lucu sih sebetulnya. Saya jualan komputer tapi malah nyari ditoko online yang harganya diatas harga yang seharusnya saya dapatkan. Apalagi untuk dijual kembali. Bisa saja saya tawarkan ke customer dengan harga mahal tapi saya takut kalau customer itu gak jadi beli. Kalau sekedar gak jadi sih gak masalah, kalau toko saya di cap mahal? Tapi saya pikir, apa salahnya dicoba, namaya juga usaha?

Namun lagi-lagi usaha saya gagal karena di toko-toko online yang masuk jajaran halaman pertama google, rata-rata hasilnya tak memuaskan saya. Mulai link yang error, link yang diklik tak ditemukan, hingga link terbuka namun harga yang tertera jauh lebih mahal.

Ditengah kebuntuan, saya tanya ke teman-teman dan bos yang rajin buka internet, dimana toko komputer online yang menjual LCD 23’. Dari mereka biasanya saya dapat informasi serta memberi link alternative untuk saya kunjungi, karena mereka aktif di forum.

“Coba buka ent*r computer.com, disana barang-barangnya lengkap” kata Bos saya.

Mendengar namanya saya sedikit ragu, sebab selama ini toko online yang sering jadi perbincangan adalah toko itu-itu aja. Sedangkan nama toko ini baru sekali ini saya dengar. Dan lebih ragu lagi, pendengaran saya yang salah atau Bos yang salah nyebutin webnya karena saya tulis ent*rcomputer.com, yang muncul toko komputer luar negeri. Rupanya saya yang salah ketik, harusnya ent*rkomputer.com.

Begitu terbuka, halaman depannya berisi promo produk murah. Di bagian atasnya tertera alamat, no telpon dan YM. Selanjutnya ada kolom-kolom petunjuk jenis-jenis produk yang ingin kita cari.

Langsung saja saya klik bagian kolom LCD.

Daan.. betapa senangnya, dihalaman itu terpampang semua jenis, ukuran, type, dan merk LCD Monitor. Tampilannya berbaris persis pricelist sehingga memudahkan saya mencari barisan merk yang ingin saya beli.

Barisan harga itu tanpa gambar dengan spesifikasi seadanya. Harga yang tertera juga sangat murah. Saya yang setiap hari berpegang harga distributor aja masih kalah dibanding toko ini. entah kenapa harga-harga yang tertera rata-rata adalah harga dealer. Malah beberapa diantaranya dibawah standart harga dealer.

Bukan kesenangan, saya malah takut. Ini beneran toko online apa sekedar nampang harga doang. Malah-malah toko ini fiktif yang menawarkan harga murah kemudian berujung.. ah saya tidak mau berandai-andai. Namun ketakutan itu saya halau karena toko ini menyebutkan alamat. Jadi tidak mungkin kalau toko ini fiktif.

Lebih girang lagi, saat saya bertanya LCD 23’ melalui layanan chatting, si CS menyatakan barang ready.  Sayangnya layanan mereka sedikit lamban. Dari 6 CS yang tersedia, hanya 2-3 saja yang online. Setelah nge-BUZZ berkali-kali dan menunggu sekian jam (jam loh, bukan menit) baru salah satu dari mereka menjawab (Sengaja saya BUZZ semua CS yang online dengan harapan mana yang duluan balas dia yang saya orderi). Untungnya si CS tersebut enak diajak ngobrol. Bahkan dia menyarankan untuk packingan LCD dialas pakai kayu supaya aman. Ah, solusi yang jitu, saya aja gak kepikiran sampai kesana.

Akhirnya terjadilah transaksi. Seperti harapan saya barang sampai dalam waktu 2 hari.

Saya senang belanja online di sini karena selain barang-barang yang dijual sangat lengkap, harga yang ditawarkan termasuk murah. Namun yang jadi kendala adalah kurangnya layanan informasi.

Saya contohkan toko komputer di Surabaya yang rata-rata buka jam 9-10 pagi, maka jam segitu  YM mereka langsung nyala. Namun di ent*rkomputer ini hingga jam 10 lebih, layanan chatting belum ada yang nyala. Saya berpikir, apakah toko komputer ini belum buka? Atau sudah buka tapi YMnya belum dinyalakan?

Sayang kan kalau ada yang beli harus ketahan, namanya juga toko online pastinya YM adalah sarana termudah yang bisa diakses.

Seperti saya yang ada di Surabaya, gak mungkin kalau harus interlokal telpon kesana, walaupun saya butuh banget barangnya. Kalaupun ada No GSM tapi khusus untuk layanan SMS aja. Pun saya coba SMS juga gak dibalas-balas.

Walaupun hanya sekali bertransaksi saya jadi sering berkunjung kemari. Setiap membuka halaman web ini untuk mengecek harga,  seringkali saya mendapati YMnya CS hanya beberapa yang online. Mungkin saja si CS kebanjiran order sehingga harus jawab sana jawab sini. Kalau sudah begitu kenapa layanan CS lainnya tidak dibuka sehingga kami, para calon pembeli dapat segera bertransaksi.