M

Saat mantengin rak tissu, mata saya tiba-tiba selingkuh ngelirik ke isi kereta dorong seorang Bapak yang berdiri tak jauh dari saya. Secara seksama saya perhatikan isi belanjaan itu. Lama. Lalu pandangan saya alihkan ke arah si Bapak.

Gak ada yang salah sih sebetulnya. Seorang Bapak pun punya hak untuk belanja sendiri di supermarket. Tapi saya merasa ada sesuatu yang mengganjal. Terutama barang-barang yang di beli si Bapak yang salah satunya adalah pembalut.

Saya perhatikan Bapak itu cuek aja milih pembalut. Kayaknya gak ada kesan malu atau risih. Malah justru saya nya yang sungkan sendiri hehe..

Mangapa harus si Bapak yang beli pembalut?

Kenapa bukan istrinya atau anak perempuannya yang membeli?

Teringat masa kecil saat di suruh Ibu beli pembalut di toko dekat rumah. Setiap kali menyuruh, selain menyerahkan duit, Ibu juga menitipkan pesan khusus sambil bisik-bisik: “Minta di bungkus koran ya. Bungkusnya yang rapat. Jangan sampai dilihat orang”.

Sesampai di toko, saya pun ngomongnya sambil bisik-bisik juga, supaya ucapan saya gak di dengar orang. Dan biasanya penjual langsung tanggap. Tanpa di minta, penjual akan membungkus dengan koran lebar lalu di masukkan ke dalam kantong kresek berwarna hitam.

Begitu juga saat giliran saya sudah mulai mendapatkan ‘tamu’. Selama di sekolah bawaanya selalu diam. Kalau pas pelajaran agama, diam-diam saya pindah bangku di belakang. Demi menjaga rahasia, kalau di tanya teman, saya jawab dengan  mengangkat jari telunjuk, jari tengah dan jari manis membentuk angka 3 dengan posisi terbalik. Dan mereka pun langsung paham kalau hari itu saya sedang M.

Tapi sekarang, begitu melihat ada seorang Bapak membeli pembalut, sepertinya rasa tabu itu sirna. Saya tidak tau mungkin saya nya yang terlalu katro’ dan sungkan sehingga merasa aneh sendiri. Atau mungkin karena efek lain sehingga ada suami yang rela membelikan pembalut buat istrinya.

 

Lebaranku, memanfaatkan moment dan silaturrahmi

Seperti tahun kemarin, Lebaran tahun ini saya dan Suami memutuskan tidak mudik lagi. Biasanya setiap lebaran saya mudik ke rumah orang tua Suami di Jakarta. Tapi tahun ini alasan tidak mudik saya masih sama seperti sebelum-sebelumnya yaitu mepetnya pengumuman libur. Dan lagi membeli tiket kereta mepet-mepet begini sulitnya minta ampun. Jadilah lebaran tahun ini kami habiskan di Surabaya sembari berkunjung di rumah Saudara dan nenek yang ada di Jombang.

Diakhir-akhir bulan Ramadhan adalah waktu sibuknya umat Islam untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berbau lebaran. Pada saat sibuk itulah biasanya banyak ditemukan momen unik demi menyambut datangnya Hari Fitri. Karena lebaran tahun ini sangat spesial yaitu bersamaannya umat Islam merayakan Idhul Fitri juga karena saya belum pernah melakukan sesuatu yang unik.

Hunting Foto

Memang agak aneh sih, lebaran-lebaran kok malah dipakai buat hunting foto. Ya, bagaimana lagi menjelang lebaran momen seperti ini kan sangat berharga banget buat mendapatkan jepretan yang unik-unik. Kapan lagi bisa melihat pemandangan orang mudik dengan bawaan full kalau tidak pas momen lebaran seperti ini 😀

Supaya saya juga bisa merayakan Idhul Fitri, kegiatan hunting foto itu saya lakukan sehari menjelang lebaran. Pada hari puasa terakhir, pagi-pagi sekali saya dan suami mendatangi terminal Purabaya.

Mau pergi kemana?

Nggak kemana-mana. Cuma duduk-duduk sesekali hilir mudik ngeliatin orang mudik!

Iseng banget!

Memang. Kalau gak waktu lebaran kapan lagi bisa punya koleksi foto orang mudik 😛

Disana kami tak hanya melihat bis-bis yang berjajar tapi juga repotnya seorang porter yang membantu bawaan pemudik. Yang membuat kasian adalah kalau melihat porter yang sudah tua membopong bawaan pemudik yang jumlahnya melebihi kewajaran. Ada juga calo penumpang yang semangat menawarkan bis kepada pemudik. Saking semangatnya mereka sambil berteriak-teriak dan memaksa calon penumpag untuk segera naik ke bus.

Porter sedang mengemban tugas
Porter sedang mengemban tugas

Merayakan lebaran bersama Tetangga dan Saudara

Besoknya, pada hari H Idhul Fitri, seusai Sholat Ied di lapangan, saya dan Suami makan dengan menu khas lebaran Ibu saya, yaitu nasi kuning lengkap dengan lauk ayam, sambal goreng tempe, srundeng serta telur ceplok yang diiris-iris memanjang. Sebelumnya, malam-malam diiringi suara takbir di masjid Ibu saya getok-getok didapur untuk memotong ayam. Sambil memotong ayam Ibu saya bercerita bahwa Emak Ibu (nenek saya) kalau lebaran begini biasanya juga selalu memotong ayam yang jumlahnya cukup banyak, menurut Ibu, nenek sengaja membuat banyak masakan untuk dibagi-bagikan ke tetangga  seusai sholat Ied. Hmm.. momen berdua inilah yang saya suka dan pastinya akan menjadi kenangan tak terlupa. Mungkin suatu saat saya juga akan mengikuti tradisi yang dilakukan nenek serta Ibu saya.

Rupanya lebaran di Surabaya tak selalu sepi. Buktinya belum juga sejam usai bubaran Sholat Ied, rumah saya sudah kedatangan banyak tamu untuk bersilaturrahmi. Mereka ini adalah tetangga yang akan berangkat mudik. Selesai satu tamu berlanjut dengan tamu-tamu lainnya. Bak air mengalir, rumah saya tak pernah sepi tamu ditambah lagi dengan kedatangan kakak serta saudara yang mengajak istri dan anaknya kerumah membuat suasana ramainya luar biasa.

Saat tamu sudah agak sepi, bergantian saya yang mengunjungi rumah tetangga. Berkeliling dari satu rumah kerumah lainnya yang senantiasa terbuka menerima siapa saja yang datang.

Kumpul bersama saudara dan keponakan
Kumpul bersama saudara dan keponakan
Narsis bersama keponakan. Manda, Salsa, Bima dan Titha
Narsis bersama keponakan. Manda, Salsa, Bima dan Titha

Hingga menjelang malam, suasana rumah dan jalanan masih tampak ramai sehingga saya dan kakak-kakak lainnya yang menginap dirumah harus berdiri ditengah jalan untuk bersalaman dengan tetangga-tetangga yang lewat.

Mudik ke Jombang dan silaturrahmi dengan sahabat blog

Pada lebaran kedua barulah kami sekeluarga mudik ke Jombang, ke rumah nenek dari Ibu saya. Selama di perjalanan, memanfaatkan momen tetap kami lakukan yakni dengan memotret apapun yang kami anggap unik. Mulai macetnya jalanan, Pak Polisi yang sibuk mengatur lalu lintas, hingga memotret pemudik yang menggunakan segala cara demi bisa berkunjung ke rumah orangtua dikampung.

11-12 dengan situasi di Surabaya, suasana di Jombang juga sangat ramai. Walaupun badan terasa lelah karena 2 hari bangun pagi dan tidur menjelang malam pun tak sempat kami rasakan. Pencampuran rasa itu telah melebur dan berbaur manis membuahkan kebahagian dan keceriaan. Kerinduan terhadap sanak saudara terbayar sudah dengan berkumpulnya semua saudara. Ah, indahnya..

Disela-sela bertemu keluarga di Jombang itu saya juga sempatkan berkunjung ke rumah seorang teman blog. Siapa lagi kalau bukan senior saya yaitu Pakde Cholik. Yah, seorang blogger yang menetap di Surabaya tetapi lahir di kota Jombang. Saya yakin semua sudah pada tau itu. Pada saat itu Pakde memberitau saya kalau besoknya akan ada tamu blogger asli Jombang tapi tinggalnya di Jogya akan bertamu ke rumah Pakde juga adalah Pak Ahmad Muhamimin Azzet.

Kopdar blogger Hari Raya bersama Pakde dan Pak Muhaimin Azzet
Kopdar blogger Hari Raya bersama Pakde dan Pak Muhaimin Azzet

Benar saja, ketika keesokan harinya saya kerumah Pakde lagi, Pak Muhaimin beserta istri sudah hadir duluan. Seperti kopdar-kopdar yang lalu kami bercengkerama panjang lebar mengenai dunia perbloggingan, dunia tulis menulis dan sedikit menyinggung soal agama, sebab tamu kita satu ini adalah seorang ustad. 

Setelah kopdar itu kami langsung cap cus ke Surabaya. Ah, lebaran yang indah, dan kopdar yang menyenangkan. Jarang-jarang bisa unjung-unjung sekaligus kopdar dengan teman blogger pada saat lebaran seperti ini, yang ada mereka pada sibuk mudik ke kampung halamannya masing-masing, berkumpul keluarga sembari makan kue lebaran.

Ini cerita lebaranku, mana cerita lebaranmu? 🙂

Tentang Sinetron PPT jilid 7

Setiap bulan Ramadhan, Sinetron yang saya tunggu-tunggu adalah Sinetron Para Pencari Tuhan atau Sinetron PPT jilid 7. Sinetron ini bercerita mengenai kehidupan warga desa KINCIR yang memilki masalah keluarga yang berbeda antara satu dengan lainnya. Masalah yang dialami oleh mereka pun tergolong humanis, apa adanya seperti kehidupan yang dialami setiap insan dalam keseharian. Nggak terlalu berlebihan seperti sinteron pada umumnya. Jalan ceritanya pun juga sangat masuk akal. Kisah hidup bak roda berputar dituangkan habis-habisan dalam sinetron ini tanpa ada kesan menggurui. Seorang Ustad bisa disalahkan, seorang pembantu juga bisa dibenarkan. Dan baiknya, semua pemeran dalam sinetron itu gak ada yang jahat. Semuanya pernah jadi protagonis, tapi suatu saat bisa jadi antagonis.

Setiap pemeran memiliki musuh masing-masing. Seperti, Aya VS Kayla. Bang Jack VS Pak Wijoyo. Bu Jalal VS Loli. Udin VS Bang Asrul. Dan baru-baru ini Pak Idrus Madani (Pak RW) VS Pak Hakim (Bendahara RT dan Pak RT yang berambisi menggantikan Pak Idrus)

Dalam kehidupan sehari-hari mereka hidup rukun dan saling membutuhkan dengan yang lainnya. Bang Jack curhat ke Pak Ustad Feri. Udin curhatnya ke Asrul. Azam curhat ke Pak Jalal. Yang dicurhati pun tak selamanya benar. Kadang ada pihak ketiga yang menengahi menyelesaikan masalah, siapa lagi kalau bukan para istri-istri.

Secara keseluruhan sinetron ini memberi banyak sekali pelajaran yang dituangkan dalam cerita yang kemudian diterjemahkan sendiri oleh penonton . Saya pikir, penulis skenario PPT ini sangat pintar membuat alur. Padahal problem yang dimunculkan cukup banyak tetapi penulis pandai merangkai-rangkai cerita yang intinya ingin menyampaikan pesan berharga bagi pemirsanya. Istilah saya Wong pinter ning ora minteri (Orang pintar tapi tidak kepintaran)

Dalam mengatasi masalah mereka saling mengingatkan. Tak jarang demi mendapatkan pendapat yang benar mereka harus bertengkar dulu. Sebenarnya karakter pemain di sinetron ini cukup kompleks. Ada yang iri-an, ada yang cemburuan, ada yang ngeyelan, ada yang kepintaran, ada yang gak sabaran ditambah lagi kondisi masing-masing pemain, ada yang kaya tapi banyak juga yang hidupnya pas-pasan. Saya pikir Pak Ustad Feri itu keluarga mampu kalau dilihat dari perabotan dan kondisi rumahnya, nyatanya buat makan sehari-hari aja sering dikasih tetangga. Sebaliknya Pak Jalal yang awalnya kaya berbalik menjadi miskin papa, sampai dia harus tinggal di sebuah gubuk. Walaupun memiliki banyak tanah juga pembantu, tapi utangnya juga banyak.

Dan yang bikin mak jleb adalah peran trio Pak RW, Pak RT dan Bendahara. Ketiga orang ini selalu punya pikiran duit, proyek, untung. Dan satu lagi suka bikin malu. Asal berbau uang malu itu nomor sekian. Suap buat dapatin suara, menjual aset warga buat dijadikan Mall, atau.. batal belikan martabak karena kalah dalam pemilihan suara. Dan itu semua ditampakkan dalam adegan nyata. Gak pakai perasaan lagi. Coba kalau dalam kehidupan sehari-hari, martabaknya sih datang tapi ikhlasnya yang kabur duluan.

Kalau saya pemeran perempuan yang paling saya suka pastinya Aya. Orangnya cantik, modis, kalem, tapi kalau sudah cemburu dan marah, bikin semua lelaki emosi dalam batin. Kalau laki-laki sih saya suka sama karakter Bang Jack. Orangnya ceplas-ceplos, suka pura-pura, pinter nyari alasan, dan kocak.

Suka sekali lihat muka judesnya Aya :D Foto dari Google
Suka sekali lihat muka judesnya Aya 😀
Foto dari Google

Peran yang paling bikin gregetan itu Loli sama Udin. Pokoknya kalau orang 2 ini muncul, gak bisa nggak, sama seperti Bu Jalal bawaannya pengen marah aja sambil melototin mata.

Nah kalau ini sebel-sebel gregetan :D Foto punya Google juga
Nah kalau ini sebel-sebel gregetan 😀
Foto punya Google juga

Juga pasangan Pak Ustad Feri dan istrinya. Pasangan ini kelihatan harmonis tapi kalau sudah marah Bu Ustad suka bantingin panci.

Semua balutan dalam Sinetron PPT jilid 7 ini terasa sempurna dan asyik dinikmati. Cuma 1 yang bikin saya jengkel. Adalah sinekuisnya! Aduuh.. pengen aja protes sama SCTV, bisa nggak sih kalau sinekuis itu diilangin. Percuma aja tayang 1,5 jam tapi banyak iklan dan sinekuisnya. Paling-paling sinetronnya cuma tayang 40 menitan.  Dan lagi kurang mutu, gak ada benang merahnya. Kalau guyonannya segar sih gapapa, atau paling tidak ada inti ceritanya, gitu. Jangan cuma ngeliatin orang wira-wiri didepan kamera, dengerin orang ngobrol yang gak ada maksudnya. Anehnya, penonton yang di studio itu kok tahan ya, kalau saya mungkin sudah tidur sambil ngiler, kali..

Oke, postingan ini sekian dulu. Dari awal ngomongin Sinetron PPT jilid 7, sebenarnya cuma mau bilang sebaiknya  sinekuisnya diilangin. Sudah. Itu aja. 😀 *kabur jauh-jauh sebelum ditimpuk mantan mertuanya Udin*

Sebetulnya foto ini yang membuat saya punya ide nulis. Lihatlah, posenya mirip banget dengan fotonya Pak RT dan Kim waktu akan pemilihan ketua RW yang baru. Kang Yayat, pinjem fotonya ye..
Sebetulnya foto ini yang membuat saya punya ide nulis. Lihatlah, posenya mirip banget kan sama fotonya Pak RT dan Pak Hakim waktu akan pemilihan ketua RW yang baru.
Kang Yayat, pinjem fotonya ye.. 😀

 

Penting, gak pentingnya ngabuburit

Ngabuburit, yuuuk….

Akhir-akhir ini istilah ngabuburit seakan umum dipakai umat muslim di mana saja. Tidak hanya orang Sunda saja, tapi di Surabaya juga menggunakan istilah ngabuburit untuk menunggu tiba datangnya berbuka puasa.

Saya jadi ingat, dulu, sebelum mengenal istilah ini, duduk dimeja sambil ngelihat Ibu saya memasak adalah ngabuburit cara saya. Membaui aroma masakan yang nikmatnya tak terkira membuat saya enggan untuk beranjak jauh-jauh dari dapur. Apalagi kalau acara di TV bagus-bagus, aduuh susah sekali untuk meninggalkannya. Jangankan mandi, melaksanakan Sholat Ashar aja suka ditunda-tunda. Alasan apalagi kalau bukan takut ketinggalan acara. Tau-tau sudah adzan Maghrib aja hehe..

Ngobrol-ngobrol bersama teman saat sore hari menjelang berbuka juga waktu yang sangat nikmat untuk dilakukan. Rasa lapar dan haus bisa lupa dengan sendirinya. Yah, namanya juga ngobrol. Jangankan dibulan puasa, waktu gak puasa aja, asyik banget kok..

Setelah diceramahi Pak Ustad disela-sela Sholat Tarawih, Saya jadi tau bahwa mencium aroma masakan saat puasa hukumnya adalah makruh, walaupun tidak membatalkan puasa. Jadi, kalau sudah mencium aroma masakan cepat-cepat saya menahan diri dan menahan kalimat untuk tidak bilang, “Hmm.. enaknyaaa”

Selain itu Pak Ustad juga bilang kalau menghabiskan waktu puasa dengan banyak-banyak menonton TV juga tidak bagus.  Alasannya sayang dengan puasanya, pahalanya bisa berkurang.

Sedangkan ngobrol dengan teman, boleh-boleh saja. Tapi yang ditakutkan adalah berghibah. Namanya manusia kalau sudah ngomongin sesuatu suka lupa diri. Awalnya ngobrolin tentang sahur kesiangan, lalu ngobrolin pengalaman puasa, trus ngobrolin sholat tarawih, tapi lama-lama pembicaraannya jadi berbelok kemana-mana. Misalnya ngomongin kegantengan Ustad yang ceramah tadi malam. Trus ngomongin artis korea yang nggantengnya mirip Pak Ustad. Lalu berlanjut ngomongin si ini begini..  si anu begitu.. dan ujung-ujungnya ngerasani atau ngomongin orang. Kalau Bang Rhoma bilang namanya ghibah. Nah, sayang kan sama puasanya, gak ada manfaatnya. Dan lagi-lagi, ngurangin pahala puasa.

Menurut Pak Ustad, kalau ngabuburit lebih baik digunakan dengan melakukan perbuatan positif. Misalnya, Setelah Sholat Ashar dilanjutkan dengan membaca Al Quran. Nggak usah banyak-banyak, cukup 1 atau 2 ayat saja lalu mentaddaburinya. Membaca artinya sekaligus memyelami maknanya.

Kalau susah melakukannya, nyetel radio aja. Disana ada banyak stasiun-stasiun yang memperdengarkan ceramah agama, biasanya mendekati sholat Maghrib ada kok ceramah-ceramah agama yang bermanfaat dari Kyai yang masih baru hingga yang sudah meninggal. Contohnya Kyai Zainuddin MZ. Masih ada, kan?

Yah kalaupun terpaksa harus nonton TV, carilah stasiun yang menampilkan acara yang bersifat rohani. Jangan sinetron melulu, lah.. kasihan nanti isi kepalanya, jadi kebanyakan masalah. Bukannya mengatasi masalah tapi nambah masalah.

Males ngapa-ngapain? Itu manusiawi kok. Emang kalau puasa itu bikin males buat ngerjakan sesuatu. Nah, kalau lagi malas ngapa-ngapain, online aja. Baca-baca artikel yang bermanfaat buat nambah-nambah ilmu pengetahuan tentang Islam. Kalau sudah dapat ilmunya, posting di blog. Selain buat nambah ilmu juga untuk berbagi pengetahuan kepada sesama. Impas, kan?

Lalu, penting gak sih ngabuburit itu?

Saya akan jawab, ngabuburit itu penting. Tapi dengan syarat harus dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat. Bukankah bulan Ramadhan ini Allah SWT sedang mengobral pahala, jadi kalau kita melakukan amalan ibadah, walaupun sedikit, maka pahala yang didapatkan akan dilipat gandakan olehNya.

Jadi, yuk, ngabuburit, yuuk…

Pengalaman pertama belanja online

Membeli barang di toko online pernah saya lakukan sekali. Waktu itu ada customer yang ingin membeli Monitor LCD merk Sa*sung layar 23 inch.

Bekerja di toko komputer, mencari spare part adalah tugas saya, karena toko di tempat saya bekerja tidak menyediakan barang. Akibatnya bila ada yang ingin membeli barang mereka harus memesan dulu melalui chatting atau telpon. Bagi yang sudah langganan mereka terbiasa dengan keadaan ini disamping mereka bisa menawar harga, barang yang saya kasih pun garansinya baru (garansi per tanggal pembelian) karena saya pesankan dulu melalui distributor.

Seperti biasa customer itu tanya-tanya dulu. Punya LCD Monitor Sa*sung 23’ nggak? Typenya apa? Harga berapa?

Mendapat pertanyaan yang bertubi-tubi itu seringnya saya jawab singkat dan padat: “Saya cek dulu ya”

Merekapun mahfum.

Segera saja saya menghubungi seluruh pemegang Monitor merk tersebut. Dari mulai kelas Distributor, Master Dealer hingga Dealer, semua saya hubungi untuk menanyakan ketersediaan barang dan harga yang paling murah.

Sayangnya dari kesemuanya itu mengatakan barang yang saya cari sedang kosong. Bahkan mereka juga mengatakan stock di Jakarta juga sedang kosong.

Kalau sudah begini langkah saya selanjutnya adalah menawari customer itu dengan stock barang yang sedang ready di Surabaya, misalnya ada ready  layar 22, ya itu saya tawarkan’.

Namun usaha tawar menawar itu gagal karena customer saya maunya yang 23’. Tak mau pasrah meninggalkan customer, sayapun berusaha mencari cara lain yaitu browsing di toko online.

Lucu sih sebetulnya. Saya jualan komputer tapi malah nyari ditoko online yang harganya diatas harga yang seharusnya saya dapatkan. Apalagi untuk dijual kembali. Bisa saja saya tawarkan ke customer dengan harga mahal tapi saya takut kalau customer itu gak jadi beli. Kalau sekedar gak jadi sih gak masalah, kalau toko saya di cap mahal? Tapi saya pikir, apa salahnya dicoba, namaya juga usaha?

Namun lagi-lagi usaha saya gagal karena di toko-toko online yang masuk jajaran halaman pertama google, rata-rata hasilnya tak memuaskan saya. Mulai link yang error, link yang diklik tak ditemukan, hingga link terbuka namun harga yang tertera jauh lebih mahal.

Ditengah kebuntuan, saya tanya ke teman-teman dan bos yang rajin buka internet, dimana toko komputer online yang menjual LCD 23’. Dari mereka biasanya saya dapat informasi serta memberi link alternative untuk saya kunjungi, karena mereka aktif di forum.

“Coba buka ent*r computer.com, disana barang-barangnya lengkap” kata Bos saya.

Mendengar namanya saya sedikit ragu, sebab selama ini toko online yang sering jadi perbincangan adalah toko itu-itu aja. Sedangkan nama toko ini baru sekali ini saya dengar. Dan lebih ragu lagi, pendengaran saya yang salah atau Bos yang salah nyebutin webnya karena saya tulis ent*rcomputer.com, yang muncul toko komputer luar negeri. Rupanya saya yang salah ketik, harusnya ent*rkomputer.com.

Begitu terbuka, halaman depannya berisi promo produk murah. Di bagian atasnya tertera alamat, no telpon dan YM. Selanjutnya ada kolom-kolom petunjuk jenis-jenis produk yang ingin kita cari.

Langsung saja saya klik bagian kolom LCD.

Daan.. betapa senangnya, dihalaman itu terpampang semua jenis, ukuran, type, dan merk LCD Monitor. Tampilannya berbaris persis pricelist sehingga memudahkan saya mencari barisan merk yang ingin saya beli.

Barisan harga itu tanpa gambar dengan spesifikasi seadanya. Harga yang tertera juga sangat murah. Saya yang setiap hari berpegang harga distributor aja masih kalah dibanding toko ini. entah kenapa harga-harga yang tertera rata-rata adalah harga dealer. Malah beberapa diantaranya dibawah standart harga dealer.

Bukan kesenangan, saya malah takut. Ini beneran toko online apa sekedar nampang harga doang. Malah-malah toko ini fiktif yang menawarkan harga murah kemudian berujung.. ah saya tidak mau berandai-andai. Namun ketakutan itu saya halau karena toko ini menyebutkan alamat. Jadi tidak mungkin kalau toko ini fiktif.

Lebih girang lagi, saat saya bertanya LCD 23’ melalui layanan chatting, si CS menyatakan barang ready.  Sayangnya layanan mereka sedikit lamban. Dari 6 CS yang tersedia, hanya 2-3 saja yang online. Setelah nge-BUZZ berkali-kali dan menunggu sekian jam (jam loh, bukan menit) baru salah satu dari mereka menjawab (Sengaja saya BUZZ semua CS yang online dengan harapan mana yang duluan balas dia yang saya orderi). Untungnya si CS tersebut enak diajak ngobrol. Bahkan dia menyarankan untuk packingan LCD dialas pakai kayu supaya aman. Ah, solusi yang jitu, saya aja gak kepikiran sampai kesana.

Akhirnya terjadilah transaksi. Seperti harapan saya barang sampai dalam waktu 2 hari.

Saya senang belanja online di sini karena selain barang-barang yang dijual sangat lengkap, harga yang ditawarkan termasuk murah. Namun yang jadi kendala adalah kurangnya layanan informasi.

Saya contohkan toko komputer di Surabaya yang rata-rata buka jam 9-10 pagi, maka jam segitu  YM mereka langsung nyala. Namun di ent*rkomputer ini hingga jam 10 lebih, layanan chatting belum ada yang nyala. Saya berpikir, apakah toko komputer ini belum buka? Atau sudah buka tapi YMnya belum dinyalakan?

Sayang kan kalau ada yang beli harus ketahan, namanya juga toko online pastinya YM adalah sarana termudah yang bisa diakses.

Seperti saya yang ada di Surabaya, gak mungkin kalau harus interlokal telpon kesana, walaupun saya butuh banget barangnya. Kalaupun ada No GSM tapi khusus untuk layanan SMS aja. Pun saya coba SMS juga gak dibalas-balas.

Walaupun hanya sekali bertransaksi saya jadi sering berkunjung kemari. Setiap membuka halaman web ini untuk mengecek harga,  seringkali saya mendapati YMnya CS hanya beberapa yang online. Mungkin saja si CS kebanjiran order sehingga harus jawab sana jawab sini. Kalau sudah begitu kenapa layanan CS lainnya tidak dibuka sehingga kami, para calon pembeli dapat segera bertransaksi.

Jangan rusak hubungan ini

Menjadi karyawan yang sudah bekerja sekian tahun serta setiap hari bertemu teman-teman yang sama membuat hubungan saya dengan karyawan lainnya ibarat dulur ketemu gedhe alias akrab dengan sendirinya.  Kesamaan nasib dan pengalaman membuat dinding tinggi yang awalnya terpisah secara pelan-pelan menyatu menjadikan hubungan erat bak kakak dan adik.

Sebut saja namanya Bulan. Usia yang terpaut 2 tahun, membuat saya memanggilnya Mbak Bulan, walaupun kalau secara hitungan kertas saya yang lebih lama bekerja dibanding dia. Kepintarannya berbicara dan mengerti keinginan satu sama lain membuat saya suka bila berdekatan dengannya. Tak hanya saat bekerja, diluar jam kantor pun kami sering bertemu dan berlama-lama ngobrol melalui telepon. Seringnya sih Mbak Bulan dulu yang menelpon saya untuk curhat masalah cowok, menurutnya saya bisa membaca kemauan cowok karena dianggapnya saya sudah menikah, sedangkan dia belum.

Hingga suatu hari, tepatnya sebelum libur lebaran, saya ijin tidak masuk karena membuat kue lebaran untuk dibawa mudik ke rumah mertua. Supaya tidak jadi masalah, saya ijinnya tidak terus terang beralasan bikin kue, namun alasan lain yang lebih masuk akal. Yang tau saya bolos bikin kue hanya Mbak Bulan saja, teman-teman lain tidak tau.

Esoknya ketika saya masuk, suasana kantor berubah drastis. Entah kenapa teman-teman semua pada gak ngajak ngomong saya termasuk Mbak Bulan. Gak mau berprasangka buruk saya pun menganggap biasa aja, seperti tak terjadi apa-apa. Tapi makin saya buat biasa makin lama mereka ini makin menjengkelkan. Ditanya baik-baik jawabannya singkat, kayak saya ini musuh dalam selimut. Akhirnya saya memilih diam dan aktifitas seperti biasanya.

Saat Bos datang kekakuan kami bukannya mencair, tapi makin menjadi. Saya jadi bingung, ada apa sebenarnya..

Lalu saya dipanggil Bos keruangannya. Saat ini pun saya tak menganggap hal itu aneh karena bos sering memanggil saya mengajak ngobrol dan diskusi panjang lebar. Begitu saya duduk dihadapannya, Bos langsung berkata: “Bulan ini kamu terakhir kerja disini”

Seperti badai besar menghantam karang saya kaget. Saya jawab: “Masalahnya apa, Pak?”

Setelah diam beberapa saat, bos berkata: “Kemarin kamu nggak masuk bikin kue, ya?” sambil tatapan menyelidik. Jelas saya kaget, padahal kemarin saya ijin gak masuk dengan alasan ada urusan keluarga, kenapa sekarang dia tau saya gak masuk karena bikin kue.

“Kalau iya, kenapa Pak?” tantang saya balik. “Bikin kue kan termasuk urusan keluarga”. Si Bos diam. Lalu dia bilang akibat saya gak masuk sehari tokonya merugi. Saya jawab begini: “Pak ditoko ini yang bagian jualan bukan hanya saya, lagian besok sudah lebaran, lihat aja toko-toko sebelah sudah pada tutup. Tapi Bapak aja yang bertahan buka. Kalau memang kemarin saya dilarang bolos, kenapa Bapak gak balas SMS ijin saya? Karena bapak gak balas saya anggap ijin saya disetujui, seperti ijin yang  kemarin-kemarin mana ada Bapak balas SMS ijin saya, toh Bapak gak semarah ini..”

Debat kusir kami berlanjut. Bahkan si Bos menuduh yang nggak-nggak. Katanya saya suka ngasih harga modal ke kompetiter, dia juga menyalahkan saya karena sering berhubungan dengan teman-teman mantan karyawannya, dan tuduhan-tuduhan lain yang justru makin terdengar gak masuk akal.

Kali ini saya gak mau balas, saya pikir buat apa berdebat dengan orang macam ini. Saya dengarkan apa aja dia ngomong. Yang kemudian saya tutup dengan pertanyaan: “Itu semua kata siapa?” Dia diam gak bisa ngomong. “Kalau benar tuduhan itu saya lakukan, saya do’akan semoga toko ini sukses”

Akhirnya saya terima kekalahan itu walaupun dalam hati saya merasa menang. Saya pulang tanpa pamit ke teman-teman, setelah sebelumnya mendengarkan istrinya bos nangis-nangis minta maaf dan meminta saya membuktikan bahwa saya tidak salah. Dari lubuk hati saya sebenarnya ingin mengorek pelakunya, tapi buat apa, toh kalau saya sudah menyerahkan pelakunya, tak akan membuat saya bisa kembali lagi bekerja disini.

Esok dan esoknya lagi tak ada teman-teman yang menghubungi saya, termasuk Mbak Bulan. Begitupun dengan saya, karena sudah sakit hati saya juga nggak mau menghubungi Mbak Bulan. Walaupun sebenarnya ingin sekali konfirmasi, namun bagi saya hubungan kami cukup sekian.

Suatu hari saya mendapat kabar kalau Ibunya Mbak Bulan meninggal dunia. Entah kenapa tiba-tiba saya ingin menemuinya meskipun dalam hati masih ada perasaan marah dan tak terima. Setelah diskusi dengan suami dan berusaha membuang jauh-jauh ego dan emosi, berdua kami kerumahnya yang ternyata sudah pindah alamat.

Pertama kali bertemu dengan rasa canggung kami berpelukan. Rupanya setelah sekian lama tak bertemu membuat kami masing-masing kangen. Ada perasaan menyesal walau tak terungkap. Dan rasa itu.. rasa kasih sayang kakak terhadap adik yang tetap dia simpan, mengacak-ngacak kepala, memaki-maki, menghina penampilan (yang memang saya akui dia lebih matching). Sambil pelukan kami sama-sama meminta maaf kesalahan lalu.

Hingga kini hubungan kami masih baik. Kami masih sering chatting, berkirim kabar, atau salah satu datang kerumah. Yang lebih membahagiakan beberapa bulan lalu Mbak Bulan telah melangsungkan pernikahannya. Selamat ya Mbak semoga hubungan kalian bahagia dan langgeng, Amiin.. 🙂


4 Halaman saja..

Tidak terasa hari ini sudah tanggal 1 bulan Sya’ban, itu artinya sebulan lagi umat muslim seluruh penjuru dunia akan menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Di bulan Sya’ban yang penuh barokah ini, umat muslim disunnahkan untuk memperbanyak amalan, salah satunya adalah malam Nisfu Sya’ban yaitu malam pada pertengahan di bulan Sya’ban.

Buat saya pribadi bulan Sya’ban ini adalah waktu yang tepat untuk mempersiapkan diri menyambut hadirnya bulan Ramadhan, karena dibulan Ramadhan nanti secara maraton selama sebulan penuh umat muslim digembleng untuk menambah, memperbanyak serta memfokuskan diri beribadah kepada Allah. Mulai dari puasa wajib, sholat sunnah Tarawih, hingga tadarus Al-Quran.

Beberapa hari lalu saya pernah membaca status di Facebook, entah status dari mana saya lupa. Intinya status ini mengenai target mengkhatamkan AlQuran selama sebulan, sehingga diharapkan setiap bulan umat muslim dapat khatam Al Quran sekali.

Susah? memang iya kalau secara teori. Apalagi bagi kaum muslimah yang setiap bulannya memiliki jatah libur. Namun saya apresiasif dan itu sangat menginspirasi saya untuk benar-benar niat ingin dapat mengkhatam Al Quran dalam waktu sebulan. Dan Alhamdulillah cara itu pelan-pelan telah saya laksanakan, hingga hari ini saya sudah sampai pada juzz 20. Pencapaian yang sangat luar biasa mengingat selama hidup saya belum pernah mengkhatamkan AlQuran dengan membacanya sendiri dari awal hingga akhir, dan bukan bergantian seperti saat khataman atau tadarusan.

Dari status ini di gambarkan secara gamblang. AlQuran terdiri dari kurang lebih 600 halaman. Sebulan ada 30 hari. Kalau dibagi hasilnya menjadi 20 halaman. Sholat wajib umat muslin dalam sehari adalah 5 kali. Jadi kalau setelah sholat wajib saya membiasakan diri membaca Al Quran, maka sekali sholat saya membaca 4 halaman saja. Seharusnya sih gak susah ya?

Tapi kembali lagi ke saya, kalau hitungan itu hanya di bayangkan saja tanpa langsung direalisasikan pastinya akan susah, ada aja alasannya. Seperti kalau kerja bagaimana? Kalau sedang berhalangan bagaimana? Dan kalau sedang-kalau sedang yang lainnya, yah namanya juga manusia banyak maunya. Tapi saya gak mau memikirkan itu, pokoknya saya harus coba dulu. Yang penting niat dan kemauan. Kalaupun sekali baca gak sampe 4 halaman, yang penting dalam sehari saya harus baca Al Quran.

Dan memang benar membaca Al Quran itu bikin candu. Kalau sedang tidak ada kerjaan 4 halaman saja terasa kurang. Untuk memantapkan hati disela-sela waktu senggang saya gunakan untuk membaca juga terjemahannya. Dari sinilah timbul keinginan saya memiliki Al Quran yang lengkap dengan terjemahannya serta bacaan tajwidnya, karena saya sering lupa 15 huruf Ikhfa yang mesti dibaca samar.

Sepengetahuan saya ada banyak jenis Al Quran yang memudahkan umat muslim untuk membacanya, sekalipun bagi yang masih kesulitan membaca. Di toko-toko buku, di toko kitab, bahkan di toko online ada banyak tersedia berbagai macam Al Quran yang lengkap dengan terjemahan dan tajwid.

Seperti produk dari Syaamil Quran. Produk Syaamil Quran ini sangat lengkap variannya, dan saya ingin sekali memilikinya. Teman-teman muslim bisa memilih jenis AlQuran mana yang cocok untuk digunakan sehari-hari. Ada AlQuran New Miracle 66 in 1 yang dilengkapi dengan aplikasi digital, Murottal dari beberapa Imam, E-book Tafsir Ibunu Katsir, Video dan audio bermanfaat, serta banyak panduan ibadah sebagai pegangan sehari-hari umat muslim. Ada AlQuran Arafah yang dilengkapi Ushul Fiqih. Ada AlQuran Tajwid, AlQuran Fadhilah, dan yang terbaru serta lebih modern adalah Miracle E-Pen the Guidance yakni AlQuran tajwid yang dilengkapi dengan aneka fitu yang memudahkan umat muslim mempelajari dan memahami Al Quran secara fleksibel dan mudah dibawa.

Salah satu produk dari Syaamil Quran
Salah satu produk dari Syaamil Quran

Bagi umat muslim sekalian yang di bulan Ramadhan mendatang ingin mengkhatamkan Al Quran sebagai amalan tambahan bisa mendapatkan Al Quran produk AlQuran Syaamil ini melalui media online di fanspage https://www.facebook.com/QuranCentrumStore. Via twitter juga ada silakan follow di @syaamil_quran

Kalau umat muslim ingin mendapatkan pesan-pesan moral sebagai penyemangat dalam membaca AlQuran dalam kehidupan sehari-hari, Anda  juga bisa bergabung di fanspagenya di http://www.facebook.com/SemangatQuran atau follow @semangatquran.

Semoga pada Ramadhan mendatang, kita semua bisa memantapkan hati melaksanakan ibadah selama sebulan penuh agar apa yang kita laksanakan dibulan Ramadhan mendatang lebih baik dari bulan sebelumnya demi mendapatkan berkah, rahmad serta ampunan dari Allah SWT. Amiin