Nyasar di perpustakaan

Di sudut ruang pelayanan ada sebuah pintu yang menarik perhatianku. Dari kejauhan tertangkap sebuah pemandangan yang menurutku sedikit aneh, sebuah komputer dengan beberapa anak mengerubunginya serta beberapa mbak-mbak muda sedang asyik dimejanya.

Suasana Perpustakaan Kelurahan Ngagel Rejo Surabaya

Kucoba mendekati kusen yang pintunya terbuka lebar. Saat kulongokkan kepala ternyata dibagian kirinya terdapat jajaran buku yang berdiri rapi yang ditata menurut jenis dan golongannya pada sebuah tatakan kayu panjang bertingkat.

Mataku terperangah takjub.

“Silakan masuk mbak..” seru sebuah suara. Aku pun tertegun. Dan aku pun mencari sumber suara sekaligus melayangkan senyum.

“E.. saya sedang ngambil e-KTP, mbak”

Si mbak yang tadi memanggilku mendekati seraya menyodorkan buku besar untuk kuiisi.

“Silakan baca-baca dulu, mbak. Boleh juga dipinjam..”

Seketika aku tertarik untuk masuk dan ingin melihat lebih jauh tentang ruangan itu.

Ditengah-tengah rak, beberapa anak sedang sibuk mengerjakan tugas ketrampilan diatas sebuah matras lebar. Mereka bekerja berkelompok menyelesaikan pekerjaan sekolah. Dipojokan rak bagian ilmu pengetahuan, 2 anak berseragam SMP sedang asyik mencari-cari buku. Barangkali saja mereka sedang mencari literatur.

Melihat judul buku yang tertata apik dan rapi itu mataku seolah kalap. Rasanya ingin semuanya kulahap saat ini juga. Ingin kuraup buku-buku itu lalu segera kujejalkan kedalam gudang otakku.

Ruangan ini begitu indah dan nyaman. Tulisan-tulisan penyemangat membaca buku yang ditulis didinding dengan font serta warna ala anak-anak membuatku sangat terkesan. Ditambah lagi fasilitas tambahan bagi pengunjung semakin membuat betah berlama-lama disana.

Walaupun fasilitasnya terbatas (komputer 1 unit yang bebas digunakan pengunjung untuk berselancar maya serta meja besar untuk digunakan anak-anak mengerjakan tugas) namun tak mengurangi nilai sebuah perpustakaan dikelas kelurahan.

Buku-buku yang terpajang juga beraneka rupa. Mulai buku-buku tentang UKM, hobi dan ketrampilan, ilmu pengetahuan, bahasa, agama, fiksi, majalah hingga anak-anak.

Ruangannya pun jauh dari kesan berantakan karena di sebelah rak paling pojok terdapat sebuah ‘sampah’ buku, dimana buku-buku yang sudah dibaca harus ‘dibuang’ kesitu sehingga tidak merusak tatanan buku yang sudah berdiri di raknya.

Setelah puas mencari-cari buku, aku pun meminjam sebuah buku milik Dee yang berjudul Filosofi kopi untuk kubawa pulang. Rupanya di perpusatakaan ini seorang pengunjung boleh membawa maksimal 2 buku untuk dibawa pulang dengan jagka waktu meminjam 1 minggu. Ongkos sewanya? Tidak ada, alias gratis! Jaminannya apa? Tidak ada jaminan apa-apa. KTP dan SIM kita aman didompet karena tak perlu ditinggal disana.

Begitulah suasana perpusatakaan kelurahan ngagel rejo, kelurahan yang dari sejak aku kecil hingga dewasa menaungi segala data administrasi kependudukanku.  Sebenarnya sudah lama aku ingin berkunjung kesini. Karena belum ada urusan dikelurahan aku tidak serta merta masuk kesana. Padahal untuk pinjam buku diperpustakaan ini tidak hanya dikhususkan bagi warga yang sedang ‘berurusan’, tetapi sengaja dibuka untuk semua warga kelurahan yang ingin meminjam buku.

Perpustakaan Ngagel Rejo 1

Konon perpustakaan Ngagel rejo ini adalah perpustakaan terbaik tingkat nasional dan baru-baru ini mendapat award Nugra Jasadarma Pustaloka 2012 kategori lomba perpustakaan desa tingkat nasional dengan menyisihkan 500-an perpustakaan kelurahan se-Indonesia. Kabar ini juga aku taunya dari teman yang berdinas di perpustakaan daerah kota Lamongan Jawa Timur setelah sebelumnya aku bercerita bahwa di kelurahan ngagel rejo memiliki perpustakaan.

Awalnya sih sempat tak percaya tapi setelah googling dengan keyword Perpustakaan terbaik nasional, ternyata memang betul.

Dari hasil googling itu aku mendapat jawaban mengapa perpustakaan kelurahan ngagel rejo kecamatan wonokromo ini bisa meraih juara. Yaitu karena buku-buku yang dimiliki kelurahan ngagel rejo ada lebih dari 1.000 buku dan memiliki katalog serta karena memenuhi syarat administrasi  yakni adanya struktur organisasi perpustakaan.

Dan menurut Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya Arini Pakistianingsih, yang dilansir dari situs antar jatim.com

Perpustakaan Ngagelrejo tidak hanya telah berhasil mendongkrak minat baca masyarakat tapi turut mendorong perekonomian dan pemberdayaan masyarakt melalui pembinaan dan pengelolaan UMKM. Disamping itu, sejumlah inovasi dikembangkan di perpustakaan itu di antaranya fasilitas baca bagi penyandang tuna netra serta fasilitas belajar bagi masyarakat di Ngagelrejo. Jadi perpustakaan ini di design menjadi tempat rekreasi yang edukatif yakni sebagai tempat membaca sekaligus rumah belajar yang nyaman. Masyarakat memanfaatkan perpustakaan ini sebagai tempat belajar kedua selain di rumah mereka sendiri.

Parkiran sepeda Perpustakaan Ngegl Rejo

Sementara itu, Lurah Ngagelrejo Suji widodo menyatakan menyambut gembira atas penghargaan ini. Menurutnya masyarkat terbantu bisa mengembangkan usahanya dari rajin membaca. Saat ini sejumlah usaha UMKM berhasil dikembangkan mulai usaha kuliner, kerajinan hingga pada usaha padat karya. Agar minat baca semakin meningkat, perpustakaan Ngagelrejo juga menggelar kegiatan sekolah terbuka bekerja sama dengan SMPN 12 Surabaya. Dari situ minat baca terutanma anak-anak semakin meningkat sehingga semakin rajin mengunjungi perpustakaan”

Kalau di kelurahan teman-teman bagaimana, ada perpustakaannya juga? 🙂

 

RECTOVERSO dan Meet and Greet

RECTOVERSO..  REC.. TO.. VER.. SO..

Cinta tak harus diungkapkan, karena cinta memiliki hati yang pandai mengungkapkan. (Yuniari Nukti – 2013)

RECTO VERSO adalah film yang merupakan adaptasi dari kumpulan cerpennya Dee yang dikemas dalam sebuah buku dengan judul sama yaitu RECTOVERSO.

Dalam buku ini terdapat 11 cerita namun hanya 5 judul saja yang difilmkan. Cerita-cerita itu berjudul: Malaikat Juga Tahu, Firasat, Cicak di Dinding, Curhat buat sahabat, dan Hanya Isyarat.

Film RECTOVERSO ini di Produseri oleh Marzella Zalianty dengan merangkul 4 Sutradara cantik yang antara lain: Olga Lydia, Cathy Sharon, Marcella Zalianty, Happy Salma dan Rachel Maryam.

Meski diambil dari 5 judul yang berbeda, dan pastinya dengan cerita yang berbeda, dengan ending yang berbeda, pemain yang berbeda dan sutradara yang berbeda namun tidak membuat film ini kehilangan pesan yang akan disampaikan. Dari semua perbedaan itu terangkum menjadi satu kesimpulan bahwa Cinta tak perlu terucapkan.

Justru dengan jalan cerita yang terlompat-lompat itu membuat film ini menjadi unik dan penuh makna. Seperti halnya tulisan-tulisan Dee yang penuh intrik, makna serta kekuatan dalam merangkai kata membuat pembaca diajak untuk berpikir kritis tapi juga cerdas dalam memahami sebuah karya sastra.

Dalam memadukan ke 5 cerita itu Marcella sengaja membuat cerita sepotong-sepotong. Seperti misalnya pada cerita Malaikat Juga Tahu diputar dengan durasi beberapa menit, lalu berlanjut dengan Firasat, lalu Cicak di Dinding, Curhat buat sahabat dan yang terakhir Hanya Isyarat kemudian cerita kembali lagi di Malaikat Juga Tahu dan seterusnya. Dengan alur yang seperti itu penonton diajak untuk mampu  mengingat-ingat jalan cerita sebelumnya. Dan inilah keunikan film ini.

Film RECTOVERSO selain di Sutradarai aktris-aktris papan atas Indonesia juga dipenuhi oleh bintang papan atas juga seperti Lukman Sardi, Prisia Nasution, Asmirandah, Widyawati, Dwi Sasono, Yama Carlos, Sophia Latjuba, Cathy Sharon, Marcella Zalianty, Rachel Maryam, Indra Bhirowo, Acha Septriasa, dan masih ada banyak lagi.

Meet and Greet with Marcella zalianti dan Nonton Bareng film Recto Verso

26 Februari kemarin di @Black Canyon Coffee Surabaya Town Square diadakan acara Meet and Greet with Marcella Zalianti dan Nonton Bareng film Recto Verso. Info ini saya dapat dari seorang teman suami yang bekerja di Speedy dan sering ketemu saya juga kalau sedang ada acara komunitas. Dari info itu saya ikut registrasi karena saya pengguna kartu Simpati.

Di tempat registrasi saya hanya diminta menunjukkan SMS registrasi lalu mendapatkan goodie bag, kaos merah Rectoverso, tiket yang bisa ditukar makanan, dan tiket nonton rectoversi di XXI Sutos.

Dari kantor saya langsung datang ke Sutos. Sempat gak pede sih karena gak ada yang kenal, suami juga datang terlambat. Beruntung saya ketemu teman-teman media dari Sindo dan detik saat di lift yang kemudian saya barengi mereka. Rupanya keberadaan media membuat kepercayaan diri saya menguat karena  bersama mereka saya mendapat tempat duduk yang strategis dan walaupun tidak saling kenal kami jadi akrab 😀

Sst.. ternyata Marcella Zalianty itu cantik banget loh, walaupun body nya kelihatan makin berisi. Dan justru Happy Salma yang badannya agak kurus dan makin terlihat sexy hihi..

Acara Meet and Greet di sponsori oleh UseeTV yang merupakan program barunya Telkom. Jadi selain mengenalkan film, Telkom juga mengenalkan keunggulan dari UseeTV yang diantaranya Layanan VoD (Video On Demand) gratis, Live TV, Layanan Radio lokal, Layanan ToVi (Toko Video) yang melayani tontonan video-video flm terbaru box office hanya dengan membayar Rp. 3.500 per film yang dapat ditonton selama 48 jam, atau bisa juga berlangganan selama 1 bulan dengan membayar Rp. 10.000.

Jujur waktu diterangin tentang UseeTV ini saya benar-benar gak nyimak. UseeTV itu apa, yang nerangin juga siapa, yang saya tau cuma mereka itu pegawai Telkom, gitu aja!

Menurut saya semua itu gak penting banget. Bagi saya yang paling penting saat itu adalah mengagumi sosok para artis plus sibuk mencari tempat yang strategis buat ambil gambar mereka. Tapi yang lebih menonjok perasaan saya adalah ketika saya sibuk dengan semua itu, tiba-tiba seorang teman media tanya ke saya “Mbak, itu namanya Pak Satyo, ya?”

Rasanya Mak Jleb aja pertanyaannya. Karena bingung saya ‘iyain’ aja.. habis saya gak ngerti siapa itu. Seandainya yang nanya itu teman saya gak begitu pusing, lha ini kan mereka wartawan. Benar-benar nyari berita. Kalau salah info gimana?

Karena merasa bersalah dan takut memberi informasi yang salah akhirnya saya mulai benar-benar menyimak apa yang disampaikan tentang UseeTV ini.

Dan akhirnya sebelum mereka pergi saya ralat jawaban saya itu. Maaf ya Mas.. masih belum terlambat, kan? 😀

Bersama teman media dan radio
Bersama teman media dan radio
Nobar Rectoverso
Nobar Rectoverso

 

Bahasa Surabaya: Dino valentin

Bahasa Surabaya adalah bahasa sehari-hari yang digunakan arek-arek Suroboyo khususnya dan orang Jawa Timur pada umumnya. Walaupun terdengar seperti bahasa jawa umum , tetapi dialek dan penekanan kata pada boso Suroboyoan memiliki ke khas-an tersendiri.

Boso Suroboyo memiliki ciri khas yang to the point atau ‘asal njeplak’. Terkesan lebay ketika menyebutkan sesuatu yang bersifat ‘banget’ seperti misalnya: banyak sekali = akeh banget (jawa)= uakeh (suroboyo), panas sekali = panas banget (jawa)=puanas (suroboyo) dsb. Juga selalu menggunakan akhiran ‘e pada kalimat yang menunjukkan kepemilikan, seperti rambutnya = rambut’e, uangnya = duik’e, bukunya = buku’e bisa juga bukune.

Oya maaf jika saat baca nanti menemukan kata-kata kasar, bukan maksud saya menuliskan sesuatu yang kasar tetapi saya berusaha mengikuti dialek asli Suroboyo yang walaupun kasar tetapi orangnya hangat kok, *mosoookkk..* hehe

Berikut ini adalah cerita yang saya tulis dengan bahasa Suroboyoan:

lCFF5L3LRd14 Februari winginane, jare arek enom-enom dino Valentin. Iku lho gae ngelingno dino roso sayang. Jareno pas dino iku gae ngungkapno roso sayang mbarek wong tuo, roso sayang mbarek bojo, roso sayang mbarek konco , utowo roso sayang mbarek sir-sirane.

Pancene ono-ono ae kok arek enom jaman saiki. Wong arep ngetokno roso sayang ae lho kok leren ngenteni setaun pisan, padal bendino yo wes mari sayang- sayangan. Lak iyo se, Rek?

Salah sijine, Pi’i, sing latah melok-melok ngramekno dino roso sayang mbarek sir-sirane, jenenge Ning Tun. Arek enom siji iku ket jam 5 sore wes macak ngguanteng. Nggawe clono lepis, hem kotak-kotak trus rambut’e di sureni klimis. Sampek tumo ae gak iso mancik pathak’e saking lunyune rambute. Nek Pi’i mlaku ambune mak bal-bul. Wuangi!

Karepe Pi’i dino valentin iki kudu di rayakno mbarek sir-siran. Mboh mlaku-mlaku, opo mangan-mangan. Pokok’e opo-opo kudu karo genda’ane. Ngono iku gae bukti nek Pi’i iku seneng temen mbarek Ning Tun masiyo duik nang dompet’e cekak.

Sing penting lak perhatian’e tah duduk duit’e. Ngono lho, Rek..

Mari muacak necis, Pi’i budhal nang omahe Ning Tun. Sak durunge budhal Pi’i wes pesen mbarek Ning Tun ojo mangan dhisek, polane arek enom iku arep ngejak mangan nang warung kalkulator taman bungkul. Rodok-rodok mbois thithik, rek, mosok valentinan nraktir mangan genda’an nang warung pojok. Arep di dekek endi raine Pi’i..

Duik satus ewu sing disiapno gae nraktir Ning Tun disimpen nang dompet’e trus didekek nang sak mburi clono lepis’e. Ben luwih ketok parlente dompet’e di pecungulno thithik. Sopo ngerti nek Ning Tun ndelok ben tambah sayang mbarek awak’e.

Pas wes tekan omahe Ning Tun, Pi’i njagang bronfit’e trus lungguh methangkring nang ndhukure. Prejengane pokok’e wes koyok yok-yok’o ae arek iku. Pithik ae sampek nggegek ndelok tingkahe arek lanang sing rodok koclok iku.

Gak suwe ngenteni, Ning Tun metu tekan omahe.

Ndelok sir-sirane macak uayu menik-menik tur semlohe, Pi’i ngadeg mbarek ngelus-ngelus rambute sing klimis iku. Mari ngguya-ngguyu isin-isinan arek enom loro lanang wedok iku budhal kota-kota.

Biasa, rek, mosok dino valentin mek lungguh-lungguh nang omah thok. Bek’bek’e oleh sak cipok rong cipok teko Ning Tun, batin Pi’i. Pancene arek iku rodok koplak kok utek’e. Gak tepak blas! Ojo ditiru lho rek, duso koen!

Mari tekan puter-puter Pi’i ngejak Ning Tun mlebu nang warung kalkulator sing wes ruame. Nang kono akeh arek enom, wong tuwek, lanang, wedok campur dadi siji. Pi’i mbarek Ning Tun lungguh nang salah siji dingklik kayu dowo.

Sek tas lungguh onok arek wedok-wedok liyo melbu nang warung kalkulator iku karo ngguyu cekakaan. Ning Tun langsung mlengos ndelok dapurane arek-arek sing ngguyu gak aturan iku.

Barang didelok tibak’e konco-konco kuliahe dewe. Langsung ae Ning Tun melok mbengok, karepe nyeluk arek-arek iku. Gak temen mari diceluk, arek wedok-wedok iku mau lungguh nang sebelahe Ning Tun. Trus melok pesen pisan.

Pi’i sing onok nang sebelahe Ning Tun rumongso  seneng-seneng seneb. Arek sak mono akeh’e sopo sing kate mbayari, nggawe duik gambar gareng, tah? Tapi Pi’i mbidheg ae gak wani ngomong Ning Tun.

Acara valentin sing dikiro romantis tibake seje ambek perkiraane. Ning Tun akeh ngobrol mbarek konco-koncoe. Pi’i gak direken blas. Atine Pi’i kroso mbedhodhok gak karuan.

Mari mangan, iso gak iso Pi’i yo kudu mbayari koncone Ning Tun pisan. Mosok arep mbayar dewe lak gak enak ambek Ning Tun.

“Kabeh satus suwidak pitu, Cak” jare mbok dhewor sing nduwe warung.

Pi’i  klagepen. Duik nang dompet mek onok satus ewu tok. Arep nyilih Ning Tun yo isin, rek. Pi’i bingung.

“Endi, Cak? Kabeh entek satus suwidak pitu” dibaleni maneh omongane mbarek mbok dhewor sing nduwe warung.

“Mak, sepurane. Duikku onok mek satus ewu tok. Iso utang gak. Mene tak bayar kurangane. Temenan! Nek sampeyan gak percoyo tak tinggali KTPku gae jaminan” Jare Pi’i.

Wong sing nduwe warung iku langsung mrengut. Bathuk’e melok mencureng pisan “Mbok pikir warung iku gaden tah, sak enak’e dewe utang! Warung iki duduk warunge mbahmu, Ngerti, kon!”

“Iyo yo, Mak. Sepurane sing uakeh. Temenan mene tak bayar. Sumprit iku lho aku gak mbojok!”

“Yo wes, ndang nyingkrih’o kono, gak sumbut aku ndelok prejenganmu!”

Pi’i ngalih, prainane pringisan.

Urusan mbayar wes beres. Pi’i langsung ngejak nyingkrih Ning Tun.

“Cak, ndelok biskop, yok. Jarene arek-arek onok film apik. Judul’e operesen widing,  jarene mulai tayang saiki”

Pi’i wes kadung mutung.

Batin’e Pi’i “gak ngurus! Babahno.. bah ono film anyar, bah ono film Jeki Cen dangdutan, sing penting saiki moleh. Wong duik’e wes amblas ngene kok!”

Tapi Pi’i gak eroh arep ngomong opo mbarek Ning Tun.

Yo opo-yo opo Pi’i kudu golek alasan ben iso mulih.

Gak suwe mikir

“Wetengku mules. Moleh ae, Ning” jare Pi’i ngaspo ambek mercing-mercingno motoe. Cepet-cepet tangane nggandeng Ning Tun nang parkiran. Pancene arek enom siji iku pualing pinter nek dikongkon ngaspo.

“Walaaah, Caaak….” lambene Ning Tun mrengut limang senti.

Terjemahan:

14 Februari kemarin, anak muda bilang merupakan hari valentin. Itu lho peringatan hari kasih sayang. Katanya  hari itu untuk mengungkapkan kasih sayang kepada orang tua, kasih sayang kepada istri/suami, kasih sayang kepada teman atau kasih sayang kepada kekasih.

Memang ada-ada aja anak muda jaman sekarang. Hanya untuk ngerayakan kasih sayang aja lho kok harus nunggu setaun sekali, padahal tiap hari kan sudah sayang- sayangan. Iya kan, teman-teman?

Salah satunya, Cak Pi’i, yang latah ikut-ikutan meramaikan hari kasih sayang itu dengan kekasihnya, namanya Ning Tun. Anak muda satu itu sejak dari jam 5 sore sudah dandan ngguanteng. Memakai celana lepis, hem kotak-kotak lalu rambutnya di sisir klimis. Sampai-sampai kutu aja gak bisa jalan dikulit kepalanya karena licinnya rambut Pi’i. Kalau dia jalan baunya kebal-kebul, wanginyaa!

Maunya Pi’i hari valentin itu harus dirayakan dengan kekasih. Entah itu jalan-jalan atau makan-makan. Pokoknya semuanya harus bareng pacar. Hal-hal seperti itu untuk membuktikan bahwa Pi’i sayang banget sama Ning Tun walaupun uang di dompet pas-pasan.

Yang penting kan perhatiannya bukan uangnya. Begitu lho teman-teman..

Setelah dandan necis, Pi’i berangkat ke rumahnya Ning Tun. Sebelum berangkat Pi’i sudah berpesan kepada Ning Tun untuk tidak makan dulu, sebab anak muda itu berniat ngajak makan di warung kalkulator taman bungkul. Keren-keren sedikit lah, masak hari valentin ngajak makan kekasih di warung pojok. Mau ditaruh mana muka Pi’i..

Uang seratus ribu yang sudah disiapkan untuk nraktir Ning Tun disimpan di dompetnya lalu ditaruh di saku belakang celana lepisnya. Supaya lebih tampak parlente dompetnya di angkat keatas sedikit. Siapa tau kalau Ning Tun melihat jadi makin sayang pada dirinya.

Sesampai dirumahnya Ning Tun, Pi’i mendirikan sepeda motornya lalu duduk diatasnya. Nggaya sekali, begitulah gambarannya Pi’i. Ayam aja sampai terbahak-bahak melihat tingkah lelaki sedikit nyleneh itu.

Tidak lama menunggu, Ning Tun keluar dari rumahnya.

Melihat kekasihnya dandan super cantik menik-menik serta sexy, Pi’i berdiri sambil ngelus-ngelus rambutnya yang klimis. Setelah senyum malu-malu dua anak muda laki perempuan itu langsung berangkat keliling kota.

Biasalah teman, masak hari valentin cuma dirayakan dengan duduk-duduk dirumah aja. Siapa tau dapat satu-dua ciuman dari Ning Tun, pikir Pi’i. Memang anak itu agak kurang waras otaknya.Gak benar sama sekali! Jangan ditiru ya teman, bikin tambah dosa!

Selesai dari putar-putar Pi’i ngajak Ning Tun masuk ke dalam warung kalkulator yang sudah rame. Disana banyak anak muda, orang tua, laki, perempuan campur jadi satu. Pi’i dan Ning Tun langsung mengambil tempat di salah satu bangku panjang.

Baru mereka saja duduk ada beberapa anak perempuan lain masuk di warung kalkulator itu sambil tertawa kencang. Seketika Ning Tun langsung menoleh untuk melihat kelakuan anak-anak yang tertawa tanpa sopan itu.

Setelah dilihat ternyata teman-teman kuliahnya sendiri. Langsung aja Ning Tun ikut teriak, maksudnya untuk memanggil mereka. Benar saja, anak-anak perempuan itu tadi duduk di sebelahnya Ning Tun. Lalu ikut pesan makan sekalian.

Pi’i yang ada di sebelahnya Ning Tun merasa senang-senang sedih. Anak segitu banyak siapa yang akan membayar makanannya, mau bayar pakai uang gambar gareng, apa? Tetapi Pi’i diam aja gak berani bilang Ning Tun.

Acara valentin yang awalnya berjalan  romantis ternyata beda seperti perkiraannya. Ning Tun lebih banyak ngobrol bersama teman-temannya. Pi’i dicuekin sama sekali. Hatinya Pi’i terasa membara.

Setelah makan, bisa tidak bisa Pi’i harus membayar makan teman-temannya Ning Tun sekalian. Masak mau bayar makanan sendiri, malu lah sama Ning Tun.

“Semua seratus enam puluh tujuh, Cak” kata ibu pemilik warung.

Pi’i  bingung. Uang di dompetnya hanya ada seratus ribu aja. Mau pinjam Ning Tun ya malu lah. Pi’i bingung.

“Mana, Cak? Semuanya habis seratus enam puluh tujuh ribu” ulang ibu pemilik warung.

“Bu, maaf. Uang saya hanya ada seratus ribu aja. Bisa utang gak. Besok saya bayar kekurangannya. Pasti! kalau Anda gak percaya saya tinggalkan KTP saya sebagai jaminan” Kata Pi’i.

Si pemilik warung seketika cemberut. Keningnya ikut berkerut “Kamu pikir warung ini pegadaian apa, seenak sendiri aja ngutang! Warung ini bukan warungnya nenekmu, tau kamu!

“Iya ya, Mak. Maaf sekali. Beneran besok saya bayar. Sumpah, saya tidak bohong!”

“Ya sudah, cepat sana pergi, gak cocok saya lihat modelmu (sikap dan kenyataan)!”

Pi’i pergi sambil senyam senyum.

Urusan bayar sudah selesai. Pi’i langsung ngajak keluar Ning Tun.

“Cak, nonton biskop, yok. Katanya teman-teman ada film bagus. Judulnya Operesen Widing, katanya hari ini tayang perdana”

Pi’i sudah terlanjur ngambek.

Pikir Pi’i “bukan urusan! Biar saja.. biar ada film baru, biar ada film Jeki Cen dangdutan, yang penting sekarang pulang. Duit sudah habis begini!”

Tapi Pi’i bingung harus bilang apa sama Ning Tun.

Biar bagaimana Pi’i harus nyari alasan supaya bisa pulang.

Tak lama berpikir

“Perutku sekarang mulas. Pulang aja yuk, Ning” kata Pi’i bohong sambil matanya menahan sakit. Cepat-cepat tangannya nggandeng Ning Tun ke parkiran. Memang anak muda satu itu paling pintar bohong.

“Yaaah, Caaak….” bibirnya Ning Tun cemberut lima senti.

NB:

Wes yo, Rek sak mene ae aku nggawe crito boso Suroboyo, nek akeh-akeh nggarai koen-koen kabeh kemekelen. Masio critone gak lucu, moco tulisan boso Suroboyo iku biasane nggawe wong ngguyu. Tapi nek mari moco tetep gak iso ngguyu, yo mbok mocone karo ngguyu, mesem-mesem thithik ngono lho rek..

Sudah ya teman-teman segini aja saya nulis cerita bahasa Surabaya, kalau banyak-banyak bikin kalian semua tertawa. Biarpun ceritanya tidak lucu, biasanya baca tulisan berbahasa Surabaya itu bisa bikin orang tertawa. Tapi kalau selesai baca tetap gak bisa bikin kalian tertawa, kalau begitu bacanya sambil tertawa aja, senyum-senyum dikit gitu..