Wisata Green Industry dan wujud pilar Tripple Bottom Line

Yang tercetus di kepala saya saat mendengar kata industri adalah kompleks bangunan pabrik besar dengan cerobong-cerobong asapnya mengeluarkan udara kotor dan disekitarnya dipadati lalu lalang kendaraan seperti truk dan container. Tiap kali melintas kendaraan-kendaraan itu akan menerbangkan debu tebal dengan udara yang dapat mengganggu pernapasan.

Namun pandangan saya seketika menjadi rancu manakala mendengar istilah Wisata Green Industry.

Wisata Green Industry?

Maksudnya rekreasi di dalam pabrik?

Lalu mengapa pula ada kata green, bukankah pabrik biasanya panas dan minim pepohonan?

Kerancuan di pikiran saya menjadi keyakinan setelah menyaksikan sendiri di dalam area pabrik Semen Indonesia di Tuban terdapat lokasi semacam tempat rekreasi dengan suasana asri dan rindang. Di kanan kiri akses jalan masuknya berjajar pepohonan Trembesi dengan hawa udara yang sejuk lagi nyaman. Saat berada disana saya bahkan seolah tidak sedang berada di dalam area perindustrian sebab suasana yang saya dapatkan benar-benar alami, benar-benar Green. Selain pepohonan disana juga terdapat areal persawahan dan embung yang airnya melimpah. Ketakjuban saya makin menjadi tatkala ada segerombolan Ibu-ibu naik sepeda angin melintas di bawah keindahan pepohonan sambil bersenda gurau bersama teman-temannya. Persis suasana pedesaan yang andai digoreskan dengan kuas akan menghasilkan lukisan maha karya yang indah.

Hmm.. inikah yang dimaksud Wisata Green Industry tersebut. Berwisata  menjernihkan pikiran sekaligus berpetualang ke pabrik semen sembari mengenal lebih dekat kekayaan potensi yang dimiliki perusahaan PT. Semen Indonesia.

Wisata Green Industry

Tanggal 13 Desember 2014 lalu saya mengikuti Wisata Green Industry yang diselenggarakan oleh PT. Semen Indonesia Tbk. Konsep yang diangkat Wisata Green Industry ini menurut saya anti mainstream. Sebagai masyarakat umum dapat berkesempatan melihat secara langsung apa dan bagaimana korporasi PT. Semen Indonesia beroperasi hingga sukses menjadi pioner semen di Indonesia dengan kapasitas produksi setiap tahunnya mengalami peningkatan serta telah berhasil melakukan ekspansi hingga ke manca negara adalah sebuah kebanggan tersendiri.

Semen Indonesia dalam sejarah

Sabtu, Jam 7.30 bis yang membawa rombongan peserta Wisata Green Industry berangkat dari terminal Bungurasih. Saya dan kawan-kawan sekitar Surabaya dan Sidoarjo berada di dalamnya. Dengan semangat, pagi itu kami berangkat berpetualang industry menuju Desa Mandang,  Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, lokasi pabrik Semen Indonesia.

Narsis dulu dengan bis Semen Indonesia :D
Narsis dulu dengan bis Semen Indonesia 😀

Di bis itu kami didampingi oleh Pradipta Maulana dan Bian Putri. Mereka adalah Duta Wisata Lamongan dan Gresik.

Pradipta dan Bian
Pradipta dan Bian

Selama di perjalanan Pradipta dan Bian saling mengenalkan potensi daerahnya masing-masing. Tak ketinggalan, secara bergantian mereka memperkenalkan sejarah berdirinya pabrik Semen Indonesia.

Seperti yang disampaikan oleh Pradipta dan Bian, Pabrik Semen Indonesia sebelum tahun 2001 dikenal dengan sebutan Semen Gresik. Semen Gresik berdiri pada tanggal 7 Agustus 1957 dan diresmikan oleh Presiden pertama RI, Bapak Soekarno. Di awal pendirian kapasitas produksi Semen Gresik mencapai 250 ton/tahun dan tahun 2013 kapasitas produksinya meningkat menjadi 30 juta ton/tahun.

Seiring meningkatnya kapasitas produksi, Semen Indonesia berupaya menjadi perusahaan yang mengedepankan semangat kebersamaan dan inovasi. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Ir. Wahyudi Heru, General Manager CSR PT. Semen Indonesia, bahwa CSR Semen Indonesia berinisiatif membangun dan mengembangkan lingkungan sosial dan bisnis yang berkelanjutan bagi masa depan

Wisata Belanja mengunjungi UKM Binaan

Setelah berjalan selama hampir 2 jam, rombongan berhenti di sebuah showroom di jalan Sunan Kalijaga, Kabupaten Lamongan. Nama showroomnya R & D Handicraft.

R & D Handicraft merupakan salah satu UKM Binaan Semen Indonesia yang memproduksi kerajinan seperti tas, sepatu, sandal, dan accesories rumahan. Yang membuat showroom ini tampak menarik adalah bahan baku produksinya, yakni menggunakan bahan-bahan dasar dari alam seperti enceng gondok, tempurung kelapa dan goni.

Sepatu dari Goni produksi R&D Handicraft
Sepatu dari Goni produksi R&D Handicraft
Tas-tas etnik yang cantik
Tas-tas etnik yang cantik

Selama disana kami sempat berbincang dengan Pak Dody, owner R & D Handicraft. Seperti yang dituturkan oleh Pak Dody, usaha R & D Handicraft mengutamakan produk yang barbahan dasar alam. Kealamian inilah yang membuat bisnis ini memiliki prospek bagus dan disukai para pecinta barang etnik.

Tak main-main omset yang dihasilkan R & D Handicraft saat ini telah mencapai kurang lebih 200 juta/bulan. Yang membanggakan beberapa produk dari bisnis rumahan ini sebagian telah menembus pasar Internasional terutama negara Arab.

Sebagai UKM Binaan, CSR Semen Indonesia juga tak sekedar memberikan modal saja namun turut membantu mempromosikan dan memberikan pelatihan agar usaha yang dibangun dapat berkembang dan berhasil mengangkat produk lokal menjadi dikenal luas. Selain dalam bentuk pemberian bantuan modal, CSR Semen Indonesia juga memberikan program bantuan sosial terhadap korban bencana alam, bantuan pendidikan dengan memberikan bea siswa kepada siswa yang kurang mampu, dan kegiatan di bidang lain yang tentu saja bermanfaat untuk masyarakat.

10933338_10202904535448133_895508856_n

Dari sekian produk yang di pajang di showroom R & D Handicraft sensasi belanja saya mencuat manakala melihat sepatu dari bahan goni beraneka warna dengan hiasan bordir di bagian atasnya. Harga yang tertera di sepatu itu benar-benar murah. Yaitu Rp. 30.000,- saja. Tanpa banyak kata saya pun membawa pulang sepatu goni warna coklat ukuran 38. Yuhuu.. belanja memang nikmat.. 😀

Green Wisata Pabrik Semen Tuban

10893453_10202904538448208_1269488355_n

Puas menikmati dahaga belanja, rombongan melesat menuju pabrik Semen Indonesia di kota Tuban. Sebelum diajak blusukan ke dalam pabrik terlebih dahulu kami dibagikan perlengkapan pengamanan seperti helm dan penutup hidung. Hal ini sesuai dengan peraturan yang telah di standartkan oleh PT. Semen Indonesia kepada siapa saja yang memasuki area pabrik.

Diawal rute, saat masuk ke dalam area industri kami langsung disuguhi pemandangan yang menurut saya bukan seperti pabrik, tetapi tempat rekreasi. Sepanjang mata memandang jalan yang kami lintasi seperti jalanan pedesaan seperti yang saya baca di novel luar negeri. Pohon trembesi dan Sengon berdiri rapi berjajar kanan kiri dengan ranting-ranting yang saling bergandengan satu sama lain. Di balik pohon-pohon tersebut terdapat area pertanian yang nampak terawat rapi dengan embung-embung penampungan air yang seakan tak ada surutnya.  Melihat indahnya nuansa hijau yang belum pernah saya lihat sebelumnya membuat hati ini ingin mengabadikan gambar disana. Woww sangat mengesankan!

Woww betapa indah suasananya. Hijau, riang dan penuh keakraban
Woww betapa indah suasananya. Hijau, riang dan penuh keakraban

Sambil foto-fotoan kami dijelaskan oleh pemandu dari Semen Indonesia bahwa sawah, embung dan segala pemanfaatan alam ini sebenarnya adalah area bekas tambang batu kapur dan tanah liat yang merupakan bahan baku semen. Sadar bahwa proses bahan baku yang digunakan dapat berdampak buruk pada lingkungan maka korporasi Semen Indonesia berusaha mengembalikan kondisi alam menjadi lebih baik. Caranya adalah dengan memanfaatkan bekas area tambang menjadi sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi masyarakat dan lingkungan sekitar, seperti difungsikan untuk sarana wisata, penghijauan, juga saluran air. Setidaknya keberadaan pabrik semen tidak serta merta merugikan, namun justru menciptakan kesejahteraan rakyat dengan cara pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitar pabrik. Itu dibuktikan dengan hasil panen masyarakat dari sebelumnya setahun panen sekali, menjadi setahun panen 3 kali.

Tujuan lain diciptakan area penghijauan adalah sebagai komitmen perusahaan Semen Indonesia dalam rangka mengelola lingkungan bersih yang jauh dari polusi sehingga tercipta perusahaan yang ramah lingkungan.

Dibawah ini saya sematkan video animasi pembangunan pabrik Semen Indonesia di Rembang yang dibangun dengan Teknologi Green. Teknologi ini konon mampu mengurangi emisi sebesar 80 ribu ton/tahun dan menghemat listrik sebesar 30%

Keterangan: Sumber Video Animasi dari youtub semenindonesia

YUNI7285-Optimized

Setelah menikmati nuansa alami, selanjutnya kami diajak untuk melihat secara langsung mesin-mesin proses produksi semen.  Karena mesin-mesin yang digunakan ukurannya sangat besar dan tidak memungkinkan untuk melihat secara dekat maka kami tetap berada di dalam bis. Sementara bis mengelilingi mesin industri, pandangan saya tak bisa lepas mengamati betapa kokohnya mesin-mesin ini.

YUNI7322-Optimized

YUNI7328-Optimized

Bincang sehat Green Industry

Petualangan Green Industry berakhir saat tiba waktu Ishoma. Petualangan ini benar-benar hebat dan sungguh menjadi pengalaman saya yang tak mudah begitu saja dilupakan. Kilas-kilas perjalanan mulai dari keberangkatan di terminal Bungurasih, melihat produk kerajinan bahan alam di Lamongan, menikmati indahnya nuansa pepohonan yang rindang, hingga terdampar di tengah-tengah area pabrik yang spontan saya katakan seperti berada di negeri antah berantah. Semuanya serba indah, semua serba keren, dan semua serba hebat!

Sebelum acara presentasi dimulai saya dan teman-teman dipersilakan sholat dan menikmati hidangan yang disediakan.

YUNI7346-Optimized

Nara sumber pertama sebagai pembuka seminar adalah Bapak Prasetyo Utomo. Dalam perkenalannya Bapak yang menjabat sebagai Direksi Senior PT Semen Indonesia ini menjelaskan bahwa Semen Indonesia saat ini telah membawahi beberapa pabrik, antara lain Pabrik Semen Tuban, Pabrik Semen Padang, dan Pabrik Semen Tonasa. Selain di dalam negeri, Semen Indonesia juga telah melakukan ekspansi ke luar negeri yaitu Pabrik Thang Long Cement di Hanoi, Vietnam.

Saat ini Semen Indonesia menguasai pangsa pasar semen sebanyak 45% di Indonesia dan masih dipercaya menjadi leader. Untuk produksi semen dalam negeri setiap tahunnya Semen Indonesia berhasil memproduksi 29 juta ton. Sedangkan di Hanoi, Vietnam, kapasitas produksi tiap tahunnya mencapai 2,3 juta ton.

Nara sumber berikutnya disampaikan oleh Bapak Heru Indra selaku Kepala Departemen Engineering dan Konstruksi PT. Semen Indonesia.

Dalam presentasinya, Pak Heru memberikan gambaran kepada peserta Wisata Green Industry bahwa pabrik Semen Indonesia memiliki konsep Swa Kelola dengan memprioritaskan desain ramah lingkungan, meminimalisasi konsumsi energi dan air, serta memperbanyak ruang terbuka hijau.

Dalam proses produksi, PT. Semen Indonesia berusaha menekan emisi debu serendah-rendahnya. Hal ini untuk mengurangi pencemaran udara dari debu-debu semen yang beterbangan sehingga ditakutkan merusak kesehatan masyarakat. Oleh karena itu untuk meminimalkan debu, perusahaan terus menerus menggalakkan ruang terbuka hijau.

Sedangkan untuk menciptakan desain pabrik yang ramah lingkungan PT Semen Indonesia berinovasi menggunakan bahan bakar alternatif dengan cara memanfaatkan sekam padi dan sampah perkotaan yang didaur ulang menjadi biomass lalu digunakan sebagai bahan bakar produksi semen.

Wisata Green Industry dan prinsip Tripple Bottom Line

YUNI7367-Optimized

Dari sekian petualangan dan pengetahuan yang saya dapatkan selama mengikuti  Wisata Green Industry bersama PT. Semen Indonesia, ada satu hal yang jadi perhatian saya. Perhatian itu saya tujukan pada prinsip Tripple Bottom Line yang menjadi kebijakan perusahaan Semen Indonesia dalam mencapai tingkat keberlanjutan. Pilar Tripple Bottom Line adalah Profit (Ekonomi), People (Sosial), dan Planet (Lingkungan).

Setiap perusahaan tentu saja membutuhkan Profit sebagai penunjang ekonomi. Termasuk Semen Indonesia. Jika profit yang dihasilkan perusahaan bagus yang terjadi adalah kinerja perusahaan akan terus tumbuh sehingga dapat melakukan perencanaan jangka panjang. Dengan profit yang didapat, perusahaan dapat mencetak People yang berprestasi sehingga dengan mudah mengembangkan dampak positif sosial di masyarakat. Walau 2 hal tersebut sudah terpenuhi, namun Semen Indonesia tak serta merta puas. Ada satu lagi yang membutuhkan perhatian, yaitu Planet. Jika kondisi lingkungan sehat yang terjadi adalah tercapainya mata rantai yang saling berkaitan satu sama lain. Ekonomi dapat, Sosial mendukung,  dan lingkungan terkendali.

Meski hanya sehari mengenal PT. Semen Indonesia akan tetapi saya bisa merasakan langsung wujud pilar Tripple Bottom Line tersebut. Sesuai orientasi Semen Indonesia selain mengutamakan pertumbuhan profit tetapi juga pengembangan lingkungan sosial yang bersih dan sehat. Salah satu perwujudannya dengan mengadakan program Wisata Green Industry.

10943626_10202904467726440_1029456194_n

Begitulah cerita pengalaman saya selama mengikuti Wisata Green Industry. Dari tulisan diatas saya mengambil kesimpulan bahwa apapun kegiatannya alam harus selalu dilindungi dan dilestarikan agar sampai kapanpun bumi tetap kokoh tak tertandingi, seperti Semen Indonesia hehe..

You Might Also Like

6 Comments

  1. Lidya

    eceng gondok bisa di jadikan kerajian tangan seperti tas dan lainnya. Kreatif sekali ya orang Indonesia

  2. Dwi Puspita Nurmalinda

    aku suka ama jalan dengan banyaknya pepohonan itu mbak, berasa di LN… 🙂

  3. HM Zwan

    keren ya mbak konsepnya,penghijauannya di genjot…pantes tuban panas buanget hahaha..*opo hubungane coba??haha*

  4. Marnes Kliker

    Jika diliat dari postingannya pasti Mbak Yuni ini masih satu geng sama Mbak Dwiex ya? Seru dan menyenangkan banget deh bisa jalan-jalan ke wisata green industry.

  5. Ruri

    Wah, konsep green industry nya Semen Indonesia keren.. mestinya ditiru nih sama industri2 lainnya supaya alam kita tetap lestari 🙂

  6. Beby

    Tasnya bagus-bagus, Mbak.. Jadi mupeng, beli buat Mama.. 😀

Leave a Reply