Trilogi Linimassa, kekuatan teknologi dan internet
Linimassa.. Linimassa.. Linimassa.. ada dimana-mana
Awal bulan Februari lalu saya banyak menemukan Hestek #TrilogiLinimassa bersliweran di Twitter. Linimassa? Apa itu? Sungguh saya buta tentang ini.
Makin heran membaca kicauan teman-teman dari berbagai penjuru tanah air yang mengkumandangkan Nobar film Trilogi Linimassa. Mulai dari Samarinda, Semarang, Magetan, Madura dan lain-lain. Lantas saya berpikir apakah sedang diadakan event nobar raya disuatu tempat sehingga teman-teman diberbagai daerah saling me-RT dan replay antar satu sama lain. Tapi dimana tempatnya? Sepengetahuan saya bila ada event besar semacam Pesta Blogger atau Blogger Nusantara pasti ada yang woro-woro di Facebook, blog atau semacamnya. Namun kali itu saya betul-betul ketinggalan informasi.
Rupanya, setelah saya cari tau, ternyata memang diadakan nobar secara serentak film Linimassa 3 di 50 lokasi seluruh penjuru tanah air. Oh.. begitu..
Wah pasti seru dong ya kopdar sambil nobar.. pakai live tweet segala, lagi! Berasa 50 kota menjadi gedung bioskop yang penontonnya semua blogger.
Berikut ini Live Streaming Launching Film Trilogi Linimassa di SMK TI Airlangga kota Samarinda
Etapi kenapa Surabaya sepi senyap adem ayem aja sih. Mana suaranya arek Suroboyo? Tidak mendapat ‘jatah’ nobar film Linimassa kah?
Oh, ternyata Surabaya juga mengadakan acara serupa. Tapi saya dapat infonya telat. Itupun saya taunya ketika iseng-iseng nyecroll timeline dengan #TrilogiLinimassa, penasaran masak iya Surabaya gak dapat jatah.
Supaya ke-kepoan saya terjawab, maka browsinglah saya di youtube Interet Sehat. Alhamdulillah dapat film Linimassa 2, Linimassa 3 dan Terpenjara di udara. Sayang film Linimassa 1 nya tidak saya dapatkan linknya. Ya udah gakpapa yang penting sedikit banyak saya mengerti apa itu film Linimassa.
Film Linimassa dari kacamata saya adalah sebuah film dokumenter yang dipersembahkan oleh ICTWatch dan WatchDoc sebagai bentuk apresiasi perkembangan internet di Indonesia. Film ini sungguh luar biasa bagi seorang onliner seperti saya sebab ide yang dimunculkan pembuatan film ini sangat tidak terduga. Terdiri dari 3 seri yaitu Linimassa 1, Linimassa 2, dan Linimassa 3 yang kemudian disebut menjadi film dokumenter Trilogi Linimassa.
Pada tayangan film Linimassa 2 siapa sangka kalau kerusuhan Ambon yang terjadi pada 11 September 2011 ternyata kejadian nyatanya jauh dari kehebohan yang ditayangkan dimedia? Itu diakui langsung oleh seorang pemuda bernama Almas. Diwawancarai oleh seorang penyiar radio bernama Manda, Almas mengaku bahwa kerusuhan Ambon tidak seseram yang dipemberitaan sehingga memunculkan kesan bahwa Ambon rawan konflik.
Selain kebenaran berita yang berbanding terbalik dengan pemberitaa media televisi, Linimassa 2 juga menayangkan Komunitas Radio Primadona FM yang ada di Lombok dimana dengan adanya radio, warga tak perlu menunggu berita datang sebab masyarakat sendirilah yang menjadi pewartanya.
Yang membuat saya terkesan dan hampir tak percaya saat ditayangkan sebuah Kampung Cyber di Yogjakarta. Di kampung Cyber itu 1 Rukun Warga berjumlah 141 warga terdiri dari 41 Kepala Keluarga dimana hampir 90%nya adalah pengakses internet aktif.
Ada juga seorang anggota Komunitas Emak-emak Blogger yang berusia 72 tahun. Siapa lagi kalau bukan Bunda Yati Rahmad.. Bunda Yatii.. selamat ya Bunda jadi artis film sekarang hehe..
Kesimpulan yang saya dapat tentang film Linimassa 2 ini adalah efek internet yang bombastis. Seperti quote yang saya dapat dari film itu:
Hari ini orang-orang diseluruh pelosok nusantara dengan cara yang murah telah memilih teknologi menjadi berkah. Bukan bencana.
Sedangkan tayangan film Linimassa 3, berisi tentang peranan internet yang difungsikan sebagai ajang Kemanusiaan, Perempuan, Lingkungan, Keragaman dan Pendidikan.
Ada 5 judul cerita yang diangkat dalam film itu:
1. Darah untuk Aceh.
Judul ini mengangkat kehebatan internet dalam membantu masyarakat Aceh yang menderita Thalassaemia sehingga mereka mendapatkan bantuan darah dari seluruh penjuru tanah air.
2. Satu mug beras untuk ROKATENDA. Letusan gunung Rokatenda yang terjadi beberapa tahun lalu telah menyengsarakan penduduk Sulawei sehingga mereka membutuhkan banyak bantuan. Atas inisiatif komunitas blogger disana mereka kemudian memanfaatkan internet sebagai media mendapatkan bantuan dana salah satunya dengan mengumpulkan satu mug beras.
3. Omah Kendeng. Omah Kendeng, Jawa Tengah dulunya sebuah sebuah desa yang subur dengan lahan persawahan. Semenjak digunakan sebagai tambang batubara sawah-sawah mereka menjadi rusak disebabkan tanah yang mengandung lumpur. Lagi-lagi internet difungsikan sebagai media menyampaikan berita agar ijin pertambangan batubara dicabut.
4. POSO Bangkit. Kerusuhan Poso yang memakan korban 5000 jiwa, kini telah bangkit. Dengan fasilitas internet perempuan mulai diberdayakan. Dari mulai belajar disekolah hingga bertanam dikebun sampai membuat pupuk sendiri. Hasilnya mereka jual melalui social media online.
5. Samarinda Menggugat. Sama seperti Omah Kendeng, Samarinda juga bermasalah dengan pertambangan dan banjir.
Film Linimassa adalah film inspiratif. Dengan durasi 52 menit, film Linimassa membuka mata dan hati kita semua. Dibalut kesan senatural mungkin berpadu kejujuran informasi menjadi kekuatan tersendiri. Film ini seolah membuka mata bagi kita semua bahwa internet adalah sahabat masyarakat yang jaringannya amat luas sehingga informasi yang didapatkan menjadi komplek, berimbang serta tidak menguntungkan sesuatu pihak.
Selain Trilogi Linimassa, ICTWatch dan WatchDoc juga mempersembahkan film berjudul Terpenjara di Udara. Film ini mengangkat tentang betapa carutmarutnya berita informasi dimedia yang hanya menonjolkan rating serta mengandalkan politik kekuasaan. Bikin penasaran banget, kan?
Ini cuplikan video trailer film Linimassa 3