Si sahabat cuaca panas

Bulan-bulan terakhir ini cuaca kota Surabaya sangat panas. Begitu terik. Tak hanya di luar rumah, didalam rumah pun udaranya ‘sumuk’ sekali.

Hingga kipas angin yang gak siang, gak malam, bahkan pagi hari pun terus berputar. Namun tetap tak membantu menyegarkan udara di dalam ruangan. Untungnya kipas angin saya tahan banting. Ups, jangan ngerasani kipas angin nanti baling-balingnya ngambek. Malah bikin repot nanti.

“Di kipasi panas, nggak dikipasi badan basah oleh keringat”
Begitu keluh saya setiap usai matikan kipas beberapa menit yang lalu karena sebelumnya anginnya mengganggu badan saya yang makin lama anginnya makin tak nyaman. Hawanya seperti paduan antara gerah dan isis yang kemudian menghasilkan udara meriang.

Tips saya untuk menghilangkan segala kegerahan adalah dengan memainkan tombol kecepatan. Biarlah tombol itu berganti setiap 10 menit asal saya bisa menikmati kipas angin ini. Dari pada saya harus bolak-balik ke kamar mandi untuk mengguyur badan. Nanti malah jadi boros air.

Saya tidak tau kenapa di wilayah tempat tinggal belum juga turun hujan. Padahal di kawasan Dinoyo, yang lokasinya tak jauh dari rumah saya sudah sering turun hujan bahkan sampai jalanannya tergenang air! itu berarti hujannya lebat banget, kan ya? Yang buat saya heran kenapa tempat tinggal saya gak dikasih cipratan air hujan barang seember pun, toh ya jarak nya cuma dibatasi sungai kali Mas aja. Ini mendungnya pilih kasih sih!

“Kebanyakan dosa!”
Selalu begitu jawaban yang diberikan orang-orang ketika saya bertanya kenapa di rumah saya tidak hujan-hujan?

Emang ada gitu hubungan antara hujan dan dosa?
Dosa kan relatif ya. Kalaupun sering melakukan dosa, upaya jitunya ya meminta ampun. Bukannya minta hujan, kan?

Yah terserah deh apa alasannya yang penting semoga tingkat kegerahan ini bisa diturunkan secepatnya supaya kipas angin saya segera istirahat untuk sementara waktu. Karena kipas angin ini sudah mulai menunjukkan gejala tidak beres. Tombol kecepatan sudah gak mau fungsi. Ditambah lagi penutup baling-balingnya suka bunyi-bunyi. Sudah dicoba betulin eh, bunyinya makin keras. Dari pada mengganggu pendengaran akhirnya penutupnya di copot. Jadilah kipas angin saya gundul. Harus makin waspada nih kalau ada anak kecil. Siapa tau dia melihat baling-baling muter, lalu tangannya di masukin ke dalam kipas angin.

Sebagai jaga-jaga kalau suatu saat kipas angin itu marah lalu mogok, lalu saya coba browsing di toko online Lazada.co.id .

Kalau nggak dikasih tau itu kipas, pasti sudah saya pake masak air :D
Kalau nggak dikasih tau itu kipas, pasti sudah saya pake masak air 😀

Pas saya lihat di bagian peralatan rumah tangga saya melihat kipas angin yang bentuknya unik. Awalnya saya kira panci yang ada pegangannya. Eh ternyata kipas angin yang gak ada baling-balingnya. Konon kalau pakai kipas angin ini saya tak perlu mengatur sudut hembusaan! Ah, keren sekali..

Harus mulai nabung dari sekarang nih supaya bisa beli kipas angin cantik ini. Karena kalau kelamaan takut stock di Lazada Indonesia habis.

Surabaya dan gedhang goreng

Suatu ketika saya dikasih tunjuk suami Photo Profil kotak BBM teman kantornya. PP yang ditampilkan itu bukan foto orang melainkan sebuah tulisan.

Setelah membaca PP itu saya lantas tertawa keras.

“Koplaaakk…” kata saya sambil terus tertawa. Entah kenapa tiba-tiba saya mengucapkan itu. Yang jelas kata itu saya ucapkan bukan maksud untuk mengejek si empu PP. Pokoknya spontan aja.

Bunyi tulisannya begini:

Dobol Suroboyo puanase koyok gedhang goreng..

(Dobol Suroboyo panasnya seperti pisang goreng)

Ada 2 alasan disini kenapa saya tertawa sekencang itu.

Yang pertama kata Dobol.

Dobol ini kalau diartikan dalam bahasa jawa artinya lebih kearah ambrol atau jebol. Namun penggunaan dobol sendiri sangat jarang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang berbau jebol, ambrol dan sejenisnya.

Dobol lebih sering digunakan untuk mengumpat sesuatu.

Misalnya ada orang membawa sesuatu kemudian barang itu tiba-tiba jatuh. Karena kaget dia spontan berkata “eh dobol-dobol..”

Mungkin kata itu masih nyambung karena ada hubungannya dengan barang jatuh. Tapi ada juga yang berkata “Dobol, koen ojok golek gara-gara” (Dobol, kamu jangan cari gara-gara). Atau Dobol, sakjane karepmu iku opo seh? (Dobol, sebenarnya apa sih maumu?)

Sama seperti membaca tulisan itu, kalau saya mendengar orang marah atau mengumpat yang diawali dengan kata dobol saya langsung tertawa. Lucu dengarnya. Apalagi diucapkan dengan logat Suroboyo yang medok. Membayangkan aja saya langsung tertawa seperti saat saya menulis ini. Sambil kepingkel-kepingkel sendiri.

Yang kedua kata gedhang goreng

Saya bingung apa hubungan antara Surabaya, panas dan gedhang goreng. Maksudnya mungkin panasnya Surabaya sepanas gedhang goreng yang baru diangkat dari wajan. Namanya juga baru turun dari penggorengan, yo mesti ae panas. Tapi kenapa harus gedhang goreng, kok bukan ote-ote, tahu isi, pohong goreng atau telo goreng. Padahal biasanya telo sering dipakai buat mengumpat orang. “O, telo..”.

Saya pun sering menggunakan umpatan telo ini kalau lagi di jalan raya. Kata ini spontan saya ucapkan kalau lagi geram sama orang yang seenaknya menyerobot lampu merah atau yang bergaya ala preman.

Walaupun saya suka mengumpat tapi saya usahakan agar umpatan yang keluar terdengar elegan. Atau setidaknya tidak menyinggung orang lain. Emang telo itu elegan? 😀  Dan umpatan itu gak sembarangan saya ucapkan supaya gak kena imbasnya. Bisa-bisa saya yang malah berdosa.

Cara lain mengucapkan kata umpatan adalah dengan guyon yang nadanya dipanjangkan seperti muuaayak.. atau koplaaaak..

Janc*k juga bisa jadi guyonan tinggal mengubah tanda bintang menjadi huruf o atau i. Supaya nggak terkesan tabu kata janc*k bisa diubah menjadi  jambu, jamput, jangkrik dan semua yang mengandung huruf depan J. Umpatan guyon ini biasanya berlaku kepada teman yang yang sudah akrab dan kenal lama.

Dan yang paling penting saya gak berani mengumpat dengan sesuatu yang didalamnya ada campur tangan Tuhan. Seperti cuaca panas, dingin, atau mencela sesuatu yang sudah menjadi kehendak Tuhan.

Memang cuaca Surabaya akhir-akhir ini terasa panas. Saya lihat di aplikasi andorid mencapai 35 derajat. Bahkan kipas angin pun gak bisa dinikmati sama sekali. Gak di kipasi itu sumuk, dikipasi anginnya panas.

Untuk satu ini saya gak berani mengumpat, takut dosa. Kalau sudah gerah banget paling-paling saya hanya mengeluh Ya, Allah, panasee… atau sumuk’e reeek..

Walaupun sebenarnya mengeluh itu tidak boleh.

Panas dunia aja sudah ngeluh, gimana nanti panas nya neraka. Naudzubillahimindzaalik.. 

Palsu

Baru tau ternyata merk Sepeda itu bisa di ‘palsu’.

Baru tau juga ternyata keinginan seorang anak juga bisa ‘palsu’.

Lebih baru tau lagi ternyata orang dewasa suka bikin janji ‘palsu’ 😀

Ceritanya saya mau beli sepeda buat keponakan. Sebelum deal, saya iseng browsing dulu di toko penjualan sepeda di Pasar Gembong. Buat orang Surabaya Pasar Gembong di kenal sebagai pusat penjualan barang bekas alias pasar loak.

Eh, mau beli sepeda second, yaa..

Nggaaak, di sana cuma bandingin harga, kok..

Rencana semula ingin beli sepeda di Carrefo*r. Kebetulan di sana sedang ada promo harga sepeda lipat merk Aleoca ukuran 16” Rp. 599.000.

Murah, nggak sih harga ini?

Promonya emang bener-bener promo atau sekedar narik konsumen?

Di sini bibit keinginan nge-cek harga pasaran muncul. Rasanya kalau nggak pke nawar kok nggak afdhol.

Kalau ngecek kenapa gak di toko sepeda?

Sudah..

Saya sudah tanya-tanya di toko sepeda dan harganya rata-rata di atas 600 ribu semua. Karena ingin kejelasan saya pergi ke Pasar Gembong. Dengar-dengar di Pasar Loak ini harganya murah-murah. Barangnya pun tak melulu second, baru juga ada.

Saya pun pergi ke sana. Sengaja motor tak saya parkir, tapi saya naiki sambil keliling-keliling.  Begitu tiba di depan toko sepeda, saya turun lalu tanya-tanya. Saya perhatikan di toko itu sepeda baru yang di pajang kebanyakan merk Polygon. Wah, pasti mahal nih

“Pak, yang warna merah ini berapa?” Tanya saya sambil memegang sepeda merk Polygon ukuran 20”.

“Itu 600 ribu”

“Ini asli (Polygon), Pak?”

“Asli”

Saya lihat sepeda itu memang mulus. Ada plastik pembungkusnya juga. Tapi saya ragu. Merk Polygon ukuran 20” harganya cuma segitu. Di banding Carrefo*r yang ukurannya lebih kecil dan merk biasa harganya sama. Ini Carrefo*rnya yang kemahalan atau Pasar Gembong jual kemurahan? Padahal saya belum nawar, lho, kalau nawar mungkin 400ribu dapat, kali hehe.. *sok pinter nawar*

Minggu pagi saya ajak Galih, ponakan saya, ke Pasar Gembong. Maksudnya biar dia milih sendiri mau sepeda yang seperti apa. Ngomong awalnya sih mau sepeda lipat. Tapi begitu saya suruh milih, maunya malah BMX! *tepuk jidat*

Seneng-seneng aja dia milih BMX, harganya lebih murah jauh dari sepeda lipat. Baru lagi. Begini ini repotnya bujuk anak umur 6 tahun. Di toko dia milih BMX, gak seperti kesepakatan awal. Yang saya takutkan nanti di rumah dia merengek-rengek minta sepeda lipat. Iya kalau boleh di tukar. *tepuk jidat lagi*

Di sini saya baru ngerti ilmu persepedaan. Rupanya sepeda-sepeda baru yang di pajang itu awalnya sepeda second. Supaya kelihatan bagus dan bisa terjual mahal sepeda itu di cat ulang lalu lalu labeli stiker Polygon. Dan supaya terlihat baru, sepeda itu di beri plastik pembungkus.

Dari pada terjadi yang nggak-nggak, dan dari pada beli sepeda aspal, saya bujuk Galih buat pergi ke Carrefo*r. Mending beli sepeda di sana. Biar mahal dikit, asal nyata baru. Lagian di sana saya bisa beli pakai voucher simpanan 300ribu hehe..

Runyamnya, lha kok dia gak mau di ajak ke carrefo*r. Dia kekeh mau di belikan yang BMX! Gak mau sepeda lipat!

Setelah menggunakan jurus sejuta kebohongan, saya bilang kalau sepeda BMX itu jadul, gak keren, gak bisa di lipat, gampang rusak, warnanya jelek, dan alasan lain supaya dia segera ilfill. Dan jawaban yang saya dapat:

“Gak popo. Aku seneng!”

*tepuk jidat lagi, lagi dan lagi, sampai jendol!*

Daaan, setelah jurus saya habis dan stock kata-kata saya tinggal “Ke Carrefo*r aja, ya”, dia tetep gak mau pulang.

Tinggal 1 jurus terakhir saya dan semoga ini jitu, yaitu rapat negosiasi antara saya, Ibunya (kakak ipar saya), dan Galih.

Setelah saya bicara sama Ibunya, saya suruh Ibunya bicara sendiri sama anaknya. Setelah berpuluh menit rapat pakai pulsa, keputusan tetap ada di tangan saya. “Galih di rayu aja, pokoknya. Tadi sudah saya rayu dia gak mau” Alamaaak, Ibunya aja pasrah, apalagi saya…

Jalan terakhir saya ajak dia pulang. Saya bilang ambil duit dulu hehe..

Di rumah, negosiasi pun dilanjut. Hasil akhirnya, Yess, Galih mau pergi ke Carrefour!

“Di Carrefo*r nanti beli sepeda nya beneran?” tanya Galih

“Iya, beneran”

“Pulang langsung di bawa sepedanya?

“Iya, dong”

“Yo wes, engkok pas nang kono mek ndelok-ndelok thok koyok wingi! (Ya sudah, takutnya nanti di sana cuma lihat-lihat aja seperti kemarin)

Hush! Anak kecil buka rahasia orang dewasa hehe..

Traffic Light penyebrangan

Selain jembatan penyebrangan kota Surabaya juga memiliki traffic light penyebrangan khusus bagi pejalan kaki dan sepeda ontel.

Traffic Light penyebrangan ini sangat unik sebab orang yang ingin menyebrang tak perlu lagi melambaikan tangan kepada pengendara mobil dan motor sebagai tanda minta jalan, tetapi mereka cukup menekan tombol di tiang kemudian tanpa menunggu waktu lama akan ada aba-aba lampu berwarna merah. Aba-aba ini biasanya di tandai dengan suara sangat keras yang bunyinya seperti minta perhatian. “Didid… didid.. didid….” ketika ada bunyi itu para penyebrang di persilakan untuk menyebrang.

Inilah saatnya pejalan kaki di anggap bak raja jalanan. Tanpa harus di burui, tanpa rasa takut di tabrak. Melenggang santai saja seperti jalan itu milik sendiri. Mau nyebrang ramai-ramai, mau sendirian saja juga boleh. Tetapi biasanya mereka nunggu sampai ada temannya dulu. Baru kalau sudah di tunggu tapi gak dapat teman juga dia boleh menyebrang sendiri.

Di banding jembatan penyebrangan, lampu merah penyebrangan ini lebih efektif dan cepat ketimbang harus bercapek-capek naik ke jembatan lebih dulu.

Ada cerita menarik mengenai lampu merah ini.

Beberapa hari lalu ketika Kak Julie sedang di Surabaya kami janjian ketemuan. Saya pun menjemputnya di hotel kemudian naik Taksi bersama-sama ke rumah Pakde untuk silaturrahmi.  Kebetulan letak hotelnya tepat di depan Gedung DPRD Surabaya, di sebelahnya Zangrandi dan jalan itu adalah kawasan padat lalu lintas. Apalagi jalurnya hanya untuk satu arah saja.

Taksi kami panggil. Namun tak satu pun yang berhenti. Mungkin karena posisi kami berada di kanan jalan, sedangkan Taksi berjalan di bagian kiri tepat di depan Gedung DPRD. Begitu pula dengan Taksi yang sedang ngetem di depan DPRD. Walaupun kami sudah melambaikan tangan memanggil mereka namun tak ada satupun dari mereka yang tertarik mendekati kami. Kesannya mereka tak butuh penumpang. Jalan satu-satunya ialah kami harus nyamperin mereka. Dan tentu saja kami harus menyebrang ke sana.

“Kek mana nyebrangnya?” tanya Kak Julie.

“Kita pakai lampu merah ini, Kak” kata saya. Sedikit grogi sebab saya jarang menggunakan fasilitas ini. Gimana cara nekan tombolnya. Dan tombol mana yang harus di tekan. Letaknya saja saya belum tau..

Saya memutari tiangnya sambil mencari letak tombol itu. Ketemu. Lalu saya pencet tombolnya.

“Kok mobilnya gak berhenti, Dek?” tanya Kak Julie lagi setelah menunggu beberapa saat.

“Masih harus nunggu merah dulu Kak, baru mereka berhenti” kata saya. Dalam hati saya sendiri bingung, kenapa lampunya gak berubah juga.

Untung lah ada satu orang yag bergabung bersama kami. Dia pun lantas menekan tombol itu sekali lagi. Masih sama, lampunya belum berubah juga.

Melihat kebingungan ini di depan sana, di lampu merah depan Gedung sana ada Pak Becak yang mambantu menekan tombol dari sana. Tanpa menunggu lama lampu pun berubah merah. Dan semua mobil berhenti. Oalah, mungkin tombol di bagian saya gak berfungsi makanya gak ngefek sama lampunya.

Semua kendaraan berhenti, saya dan Kak Julie pun melenggang nyebrang.

“Dek, beneran mereka berhenti?”

“Iya, tenang saja gak mungkin mereka nabrak kita. Kalau sampai ada yang berani nabrak merekalah yang salah” kata saya sok hehe..

“Ih, keren ya Surabaya. Gak percaya aku ada beginian. Katrok kali aku ya hahaha….”

Dalam hati saya bilang “I.. iya.. kita sama-sama katroknya Kak haha..”

Dan memang setopan penyebrangan ini semakin di minati warga Surabaya. Buktinya semakin jarang ada orang yang menyebrang sembarangan. Imbasnya jembatan penyebrangan yang makin tak laku hehe..

Adakah traffic light penyebrangan di kotamu teman?

Proses produksi air minum galon

Ribuan Galon Aqua tersusun berjajar dan bertumpuk rapi di dalam sebuah rak khusus dari besi berbentuk rangka. Galon-galon Aqua itu merupakan galon kosong yang baru diambil dari suplier dan selanjutnya akan di sortir oleh pabrik untuk di isi kembali atau di hancurkan.

Di bagian lain beberapa karyawan sedang mengawasi mesin conveyor berjalan yang diatasnya telah berdiri galon-galon yang akan dan telah melalui proses produksi.

Begitulah gambaran yang saya dapat ketika berkunjung ke PT Tirta Investama Keboncandi Pasuruan Jawa Timur. PT TIV adalah pabrik yang memproduksi air minum Aqua kemasan galon.

Galon kosong
Galon kosong

Acara yang bertajuk Bincang-bincang Pelestarian Lingkungan bersama blogger ini selain berkunjung melihat langsung proses produksi air minum aqua, seluruh blogger juga di ajak mengunjungi desa di sekitar pabrik aqua yang menjadi desa dampingan PT TIV.

Acara di mulai pukul 10 pagi yang di awali mini workshop dengan pembicara Bapak Arman Abdurrohman, Forestry Manager AQUA – DANONE, Dr. Gunawan Wibisono, Hydrologist Universitas Merdeka Malang, serta Bapak Hari dari Dept. Sustainable Development yang menjelaskan tentang CSR.

Bp. Gunawan Wibisono memberi mata kuliah air dan lingkungan
Bp. Gunawan Wibisono memberi mata kuliah air dan lingkungan

Sebagai Forestry Manager AQUA – DANONE, Bapak Arman menjelaskan mengenai proses produksi Aqua  dari awal proses hingga siap dikirim ke daerah pemasaran yang meliputi Bali sampai kota perbatasan Jawa Timur meliputi Mantingan – Sragen. Karena sifat produknya terbilang rawan, menurut Pak Arman, proses produksinya harus melalui tahap-tahap panjang serta harus melewati 3 uji tes laboratorium yakni Fisika Kimia, Lab. Microbiologi dan Lab Kemasan.

Sebagai produsen pabrik yang berhubungan langsung dengan kesehatan masyarakat, saya begitu tertarik dengan beragam aturan yang di berlakukan di dalam lingkungan pabrik. Seperti aturan harus mencuci tangan menggunakan sabun, harus menjaga kebersihan badan, menggunakan air seperlunya, hingga tidak boleh berponsel sambil jalan. Juga aneka catatan yang terpasang di area-area terlihat mata yang mau tak mau harus di patuhi.

Proses Produksi air minum galon

Meskipun hampir keseluruhan produksi memberdayakan mesin namun untuk proses-proses tertentu di perlukan pengecekan langsung.

Pabrik Aqua ini menggunakan 4 mesin dengan kapasitas 2000 galon/jam (1 unit), 2400 galon/jam (2 unit) dan 3000 galon/jam (1 unit) yang kesemuanya menghasilkan 210.000 galon per harinya.

Proses awal adalah menyortir galon. Galon-galon kosong dari reseller di jajarkan di mesin conveyor. Nantinya ada 2 orang Cheker yang bertugas masing-masing: Mengecek bau galon dari jarak +- 10-15 cm dan memeriksa bagian dalam galon yang kotor, satunya lagi memeriksa fisik galon, kotoran / lumut galon dan mengecek kondisi label.

Selanjutnya Galon yang sudah di sortir masuk ke dalam mesin Washer. Yakni melalui tahap penyemprotan dengan air dingin biasa, lalu dengan air hangat yang di campuri detergent kemudian di sterilkan menggunakan air dingin lagi. Baru kemudian botol-botol yang sudah bersih itu di isi dengan air minum Aqua. Terakhir galon yang sudah terisi itu di siram dengan air minum Aqua.

Siap. Galon-galon itu tinggal di angkut.

Galon yang tak lolos di kemanakan?

Itu pertanyaan yang saya ajukan kepada pendamping. Galon-galon yang tak lolos karena bau atau lumut mereka di bersihkan secara manual. Jika karena labelnya rusak tinggal melakukan penggantian label saja. Sedangkan untuk galon yang pecah atau retak sudah tak bisa di gunakan lagi. Galon-galon ini di belah jadi 2 kemudian di kirim ke luar untuk di daur ulang

Aqua peduli lingkungan

Sebagai pabrik yang memanfaatkan sumber daya alam sebagai bahan bakunya, maka PT TIV juga menjalankan 4 pilar AQUA Lestari yaitu:

  1. Pelestarian air dan lingkungan dengan memanfaatkan hutan asuh seperti menanam dan merawat pohon, pemberdayaan ekonomi masyarakat desa hutan: peternakan, industri, rumah tangga, dan pertanian organik
  2. Praktik Perusahaan ramah lingkungan dengan memanfaatkan Sekolah Sahabat Mata air yang meliputi pendidikan lingkungan serta pelibatan dunia pendidikan dalam konservasi huta dan lingkungan
  3. Pengelolaan distribusi produk melalui WASH (Water Sanitation and Hygiene) adalah akses air bersih, sanitasi dan kesehatan lingkungan juga pengelolaan sampah
  4. Pelibatan dan pemberdayaan masyarakat dengan pengembangan ekonomi seperti Recycle plastik, pengembangan pertanian ramah lingkungan, peternakan kambing dsb.

Dengan adanya konsep ini di harapkan lingkungan sekitar menjadi ramah kembali juga ketersediaan air bersih semakin bertambah. Sebab seiring bertambahnya manusia tak hanya alam yang semakin terkikis tapi juga ketersediaan air juga makin menipis.

Peserta Bincang-bincang Pelestarian Lingkungan bersama Blogger
Peserta Bincang-bincang Pelestarian Lingkungan bersama Blogger

*Kayaknya postingan ini bakal panjang kalau saya habiskan, bersambung aja ya 🙂

Halal bihalal blogger dan launcing buku

Jadi sedih dan kasian melihat blog ini gak diupdate-update. Berhubung saya masih sibuk ngejar tantangan #30HariNonStopNgeblog di Blogdetik maka agak terlantarlah blog ini. Maafkan yaa..

Seharusnya postingan ini sudah harus tayang seminggu yang lalu, berhubung karena gak sempat-sempat nulis jadilah molor sebegini lama. Nggak papa kan ya? Dari pada nggak sama sekali hehe..

Ini cerita tentang kopdar kemarin. Kopdar sekaligus merayakan miladnya Pakde sang Komandan Blogcamp, sekaligus halal bihalal, sekaligus juga launching buku *haiya banyak banget sekaligusnya*.

Bertempat di Rumah Makan Bu Cokro,  kawasan Jl. Dharmahusada, acara ini berlangsung cukup meriah. Tamu undangan yang datang dari penjuru Jawa Timur antusias menghadiri undangannya Pakde.  Mulai dari Yogja, Jombang, Pasuruan, Sidoarjo, dan Surabaya sendiri. Barangkali masih ada kota lain yang belum saya sebutkan?

Tepat jam 10, belum banyak undangan yang hadir. Hanya ada Pakde, Budhe, Kang Yayat, saya dan suami. Sambil menunggu tamu-tamu datang, Pakde, Kang Yayat dan suami sibuk mengatur kursi yang digunakan untuk launching buku. Sedangkan saya bersama Budhe sibuk mengisi souvenir.

Tak lama kemudian satu persatu tamu datang. Ada Mbak Rahmah chemist dan suami, Inge sekeluarga,  Mbak Nunu El Fasa, Mbak Titi Surya, Niar, Mas Rudi Belalang cerewet  dan keluarga yang datang jauh dari Bogor, Mbak Elsa tantenya Dija, ada Asmie juga, teman SMP saya dulu, kopdar sekaligus reuni deh hehe..  dan masih banyak yang lainnya..

Acara pertama adalah pembukaan yang dibawakan langsung oleh sohibul hajat, Pakde Cholik. Di sela sambutannya, Pakde menceritakan tentang trilogi buku yang dilaunching hari itu. Pakde juga mengompor-ngompori agar blogger semangat menulis supaya nantinya bisa menerbitkan buku. Wah, inspiratif sekali sambutan Pakde ini..

Setelah Pakde, Mas Rudi juga turut serta memberikan wejangan. Sebagai penerbit buku Pakde, Mas Rudi mengceritakan proses awal mula hingga akhir sehingga bukunya Pakde terbit pada waktunya.

Untuk memeriahkan acara, Pakde juga mengadakan acara lomba puisi. Puisi yang dibacakan adalah bukunya Pakde sendiri. Saat Mbak Titi Surya membacakan puisi saya senang mendengarnya. Sebab Mbak Titi begitu mendalami. Intonasinya juga dapat. Iramanya pun sesuai dengan tanda bacanya, kereeen Mbakk..

Kata Pakde, kopdar gak makan itu rasanya kecut. Setelah lomba puisi kemudia sesi tanda tangan buku, para tamu lain dipersilakan untuk menikmati hidangan. Hmm.. nikmat-nikmat hidangannya.. sembari menikmati hidangan saya pun ngobrol bersama emak-emak blogger.

Di akhir acara waktunya sesi foto-foto.. karena kopdar kali ini pesertaya sangat banyak, jadilah sesi fotonya gak bisa kena semua.. lihatlah saya, berada dipaling atas, hiks.. muka imut saya gak kelihatan.. 😀

Dan biarlah foto-foto ini yang bicara:

Seksi souvenir :D
Seksi souvenir 😀
Bersama Emak-emak blogger
Bersama Emak-emak blogger
Narsis bersama banner buku
Narsis bersama banner buku

 

Pakde memberi instruksi kepada Pak Muhaimin dan Mas Rudi belalang cerewet. Gimana, sudah paham Bapak-bapak? :D
Pakde memberi instruksi kepada Pak Muhaimin dan Mas Rudi belalang cerewet. Gimana, sudah paham Bapak-bapak? 😀
Bella dan kue ulang tahun
Bella dan kue ulang tahun
Sesi foto keluarga
Sesi foto keluarga
Menerima souvenir. Asiiik.. dapat buku trilogi dari Pakde :D
Menerima souvenir. Asiiik.. dapat buku trilogi dari Pakde 😀 Foto: Pak Muhaimin
Karena saat foto bersama, muka saya gak kelihatan, jadi saya pasang pose chibi-chibi aja ya.. :D
Karena saat foto bersama, muka saya gak kelihatan, jadi saya pasang pose chibi-chibi ini aja ya.. 😀  Foto: Tante Elsa                                                                     

Error!

Kesalahan terbesar seorang blogger adalah kurang konsisten memposting tulisan. Itu memang benar. Dan saat inilah yang sedang saya alami. Terlalu lama tidak menulis membuat isi kepala saya buntu. Susah sekali mendapatkan ide tulisan. Rasanya mengawali kata itu terasa amat rumit.  Tiap memulai menulis selalu saja error. Arah tulisan pun makin lama juga makin gak jelas.

Karena masih error maka postingan inipun mengesankan keterpaksaan. Yah, apa boleh buat daripada saya gak menulis sama sekali dan blog ini melompong berlama-lama maka lebih baik saya isi saja dengan sesuatu yang juga terpaksa yang sekaligus memaksa otak saya untuk mau mendobrak pintu kebuntuan ini. Satu pelajaran yang saya petik adalah kesalahan terbesar menggampangkan menulis merupakan karma yang sulit dihentikan, kecuali dipaksa.

Menulis dan buku adalah satu kesatuan. Meskipun seorang penulis belum tentu memiliki buku. Tetapi buku adalah inspirasi terbesar saya tiap akan menuangkan sesuatu. Saya ingin menjadikan tulisan itu sebagai passion saya walaupun itu sangat tidak gampang. Jujur saja setiap masuk ke toko buku selalu timbul rasa iri. Tak usah membandingkan diri dengan penulis sekaliber Pramoedya, Dee Lestari atau Ayu Utami, ada banyak penulis-penulis yang tak saya kenal dan isi tulisannya hampir-hampir seperti membaca tulisan-tulisan diblog tetapi mereka sukses menciptakan buku bahkan sampai berbuku-buku. Tapi kenapa saya tidak bisa? Dimana letak kesalahan itu? atau mungkin saya yang harus lebih giat lagi belajar menulis serta merangkai kata.

Apalagi beberapa hari lalu saya mendapat kiriman buku dari Mbak Orin yang berjudul Obituari Oma. Bukunya tidak tebal, isinya pun tak sampai 70 halaman. Seharusnya aku juga bisa membuatnya, terlepas buku itu ditulis rame-rame. Seharusnya aku bisa!

Mungkin saya terlalu mudah terlena dengan semua itu. Atau juga karena saya belum memiliki teknik yang tepat untuk mewujudkannya.

Nyatanya saya hanya bisa menulis pendek-pendek saja. Niat pendek kadang juga jadi panjang. Sebaliknya inginnya nulis panjang, supaya jadi panjang lalu dipanjang-panjangin yang akhirnya tetep saja pendek hanya karena ide yang cekak! Catat! 😀

Oya, mumpung momennya masih lebaran saya ingin mengucapkan:

Minal Aidzin Wal Faidzin

Selamat Hari Idhul Fitri 1434H 

Mohon Maaf Lahir dan Batin