Cerita Lebaran Di Surabaya Di Tengah Pandemi Covid-19
Tahun ini lebaran saya di Surabaya saja. Seperti yang dihimbau oleh Pemerintah, bahwa musim pandemi Covid-19, Idul Fitri dilarang mudik dan keluar rumah. Praktis, hari libur saya manfaatkan untuk leyeh-leyeh sambil streaming film.
Tak seperti lebaran tahun sebelumnya, saya selalu mudik ke rumah mertua di Jakarta dan jauh-jauh hari berjibaku mendapatkan tiket kereta murah. Kok ya ndilalah, saat PT KAI promosi tiket murah lebaran, kami sama sekali tidak tertarik membelinya. Waktu itu saya pikir beli nanti saja mendekati hari H, eh lha kok malah ada larangan mudik.. Kalaupun terlanjur beli, pada akhirnya pasti harus ngurus pembatalan tiket ke stasiun.
Begitupula pada bulan Ramadhan, banyak masjid dan musholla di Surabaya tak menyelenggarakan sholat tarawih. Otomatis sebulan penuh kami habiskan ibadah sendiri di rumah. Keluar pun hanya sebentar saja. Itu juga untuk belanja persiapan lebaran di supermarket lokal dekat rumah.
Walaupun pandemi ini tidak ada budaya salaman, namun menyambut lebaran tak ada alasan untuk tidak menggoreng kacang, kan? Hehe..
Seperti ceramah yang disampaikan Ustad Hanan Attaki bahwa Ketika lebaran umat disunnahkan untuk berbahagia. Selalu menjaga senyum, mengenakan pakaian terbaik, makan makanan enak, berbagi rejeki dan bergembira. Yah, meskipun nantinya tidak ada tamu tamu datang ke rumah.
Cerita Lebaran Di Surabaya Di Tengah Pandemi Covid-19
Berpegang pada kegembiraan, Alhamdulillah hari raya ini hati saya tidak diliputi kesedihan. Dalam keterbatasan, ada rasa syukur yang selalu menemani saya. Beberapa hari sebelum lebaran saya sibuk luar biasa membuat nastar, kue kacang, dan sumpia. Di dapur stok kacang tanah, krupuk emping, krupuk rambak sudah siap masuk penggorengan.
Tidak hanya saya, kakak-kakak saya pun setiap saat datang ke rumah mengantarkan bingkisan lebaran seperti minuman kemasan, kue kering, sembako, dan lain sebagainya untuk persiapan hidangan hari saya di rumah orang tua.
Sebagai anak yang tinggal dengan orang tua, saya berusaha mempersiapkan yang terbaik bagi siapa saja yang datang ke rumah. Untuk menghemat tenaga dan agar Ibuk tidak kerepotan, saya mempersiapkan menu makanan dengan memesan bakso di tetangga. Biasanya sih Ibuk membuat nasi kuning, tapi saya tahan karena malasnya pergi ke pasar saat pandemi. Udahlah makan yang ada aja. Bakso juga tak kalah menyenangkan kalau dimakan rame-rame..
Jadi lebaran pandemi masih terima tamu ya?
Betul, kami memang sengaja tidak menutup pintu. Siapa yang datang dan bertamu kami terima. Sebaliknya, kami tidak melakukan unjung-unjung (silaturrahmi ke rumah tetangga).
Sebab apa? Budaya kami tidak biasa dengan lebaran menutup pintu. Rasanya gimana gitu kalau riyoyo rumah tutupan rapat. Dan tetangga cukup tau diri. Mereka hanya berdiri di kejauhan lalu memanggil kami sambil menangkupkan tangan. Otomatis, kue kami tidak ada yang nyicipi, hihi..
Jam 8 pagi satu persatu saudara datang. Pelan dan pasti rumah kami jadi ramai hingga meluber sampai di luaran. Kedatangan teman-teman kecil kami yang secara tiba-tiba mengadakan reuni dadakan. Di lain itu keponakan laki-laki sudah besar dan rata-rata sekolahnya kelas 7. Masih pula ditambah ponakan perempuan yang sedang senang-senangnya bermain TikTok.
Bagi anak-anak Bapak yang berada di luar kota, satu persatu melakukan panggilan video. Tentu saja kami yang di sini menjawabnya ber-ramai-ramai. Dan baru ingat saat menulis ini, kenapa waktu itu kami tidak melakukan video grup saja? Dih..
Sayangnya perkumpulan kami hanya sesaat. Setelah maghrib semua anak pulang ke rumahnya masing-masing. Malam hari dan keesokan harinya rumah kembali sepi.
Lebaran kedua saya membuka pintu, suasana gang sepi senyap. Saya coba berjalan menuju ujung gang, hampir semua pintu tutupan. Ah, lebaran kali ini memang berbeda. Diambil hikmahnya saja, lebaran kali ini spesial 2 hari makannya mie instan melulu. Apalah, duit ada, tapi nggak ada penjual makanan yang lewat. Tukang sayur semuanya libur, hehe..
Jadi bagaimana cerita lebaranmu, kawans? Stok kue kering masih aman? hehe
Leave a Reply