Alhamdulillah tahun ini saya masih diberi Allah SWT umur panjang sehingga bisa bertemu kembali dengan bulan Ramadhan. Seperti tahun-tahun sebelumnya saya menjalani hari-hari puasa di kota Surabaya yang saat ini kondisi cuacanya suka meriang, kadang panas, kadang mendung, dan kadang-kadang tanpa ditebak tiba-tiba hujan.
Setiap datang bulan Ramadhan, pengalaman yang tak bisa saya lupakan adalah makan buah keres (kersen) pada pagi hari dibulan puasa. Walaupun itu sudah berlangsung berpuluh tahun yang lalu tapi rasa bersalahnya masih terasa sampai sekarang.
Ceritanya begini, dulu saat masih SD, saya dan teman-teman bersemangat merayakan euforia Ramadhan. Sehingga selesai sahur saya tidak kembali tidur tetapi menunggu sholat Shubuh dulu kemudian main bareng teman-teman. Entah jalan-jalan, bersepeda atau duduk-duduk di atas pipa di bawah kebun keres milik Perusahaan Air Minum. Kebetulan rumah saya berada di belakang komplek Penjernihan, disana ada banyak pipa-pipa mulai berukuran kecil hingga raksasa. Diantara pipa-pipa itu tumbuh pepohonan keres yang buahnya merah merekah. Meskipun bukan bulan puasa, setiap pulang sekolah atau hari libur saya dan teman-teman senang bermain disitu.
Pagi itu adalah hari pertama puasa. Setelah jalan-jalan kami duduk-duduk di atas pipa sambil ngelihatin teman-teman laki-laki yang sibuk dengan bambu panjang yang diisi karbit dan air kemudian dikasih api. Bunyi βDEBUMMM!!β yang keras, menggelegar lagi menggema membuat saya dan teman-teman lain asyik memperhatikan. Sambil sesekali menutup telinga.

Ditengah keasyikan itu kepala saya mendongak keatas sambil iseng mencari buah keres yang sudah ranum. Melihat buah keres ranum itu rasanya senangnya minta ampun. Biasanya memang begitu, kalau tidak puasa, buah keres yang sudah diincar harus sesegera mungkin diambil, sebelum keduluan yang lain.
Disaat yang lain sedang asyik, saya pun mencari alternative mengambil buah itu. Saya mencoba naik ke atas pipa dan sekali raih langsung dapat buah yang merah. Tiba-tiba saja, βhap!β buah itu saya kulum. Rasanya, hmm.. nikmatnya. Manis sekali.. setelah mengulum, begitu akan membuang kulitnya saya ingat kalau hari itu sedang berpuasa. Aduh, kalau ketahuan teman-teman gimana. Seketika saya langsung salah tingkah. Padahal teman-teman saya tidak sedang melihat saya. tapi perasaan saya mengatakan ada mata yang sedang melihat ke arah saya. Dada saya deg-degan keras, rasanya galau antara batal, nggak, batal, nggak, walaupun memang kenyataannya tidak sengaja.
Akhirnya, secara diam-diam saya ambil kulit itu pke tangan kemudian saya buang. Lalu saya kembali lagi bergabung bersama teman-teman. Setelah kejadian itu, selama disana saya diam saja. gak berani ngomong apa-apa. Saya anggap kejadian tadi adalah rahasia saya sendiri, dan hanya Allah saja yang tahu.
Entahlah, kenapa pengalaman makan keres itu hingga sekarang masih terbayang terus diingatan. Mungkinkah karena saya sudah menikmatinya ya? π
Leave a Reply to Lidya Cancel reply