Review Film: Pinky Promise, selalu ada warna dalam persahabatan
Pertama kali mendengar judul film Pinky Promise, dugaan saya sudah mengarah pada cerita para pejuang kanker. Berhubungan dengan warna pink, dan tanggal tayang perdana di bioskop 13 Oktober 2016; yang merupakan bulan kesadaran kanker payudara. Untuk memantapkan hati, sebelum nonton film ini, saya cari tau dulu thriller nya di youtube dan baca-baca sinopsisnya.
Film Pinky Promise di bintangi oleh pemain yang rata-rata senior. Beredar nama artis dan aktor papan atas Indonesia menjadi penguat karakter di film yang mengarah pada genre drama. Sepengamatan saya, Indonesia paling pintar membuat film genre drama, apalagi yang bernuansa melow hingga penonton diajak menguras sapu tangan atau membuang tissu berlembar-lembar. Ya, gak masalah juga karena kenyataannya, bioskop drama di Indonesia masih menampakkan penonton yang rela antri mengular.
Lihat postingan review film Horor Indonesia, Dilarang Masuk!
Seperti yang terlihat pada Selasa sore di studio XXI Royal Plasa Surabaya, penonton sudah menyesaki studio hanya untuk menonton film Pinky Promise. Salah satunya saya, hehe.. wajar sih, soalnya menurut kabar yang beredar, sore itu selain nonton bareng, ada meet and greet juga dengan bintang filmnya, yaitu Chelses Islan. Siapa yang gak pengen lihat perawakan si Bintang di sitkom Tetangga Masa Gitu yang rada-rada konyol tapi pintar dan menggemaskan. Saya sendiri juga berharap bisa foto seframe ama dia. Pastilah pengen narsis buat dijejer sama koleksi foto artis lainnya. Macam resto gitulah, gak terkenal tapi kalau koleksi foto sama artis banyak bisa menaikkan mutu dan harga pada menu makanannya 😀
Tak lama di dalam studio, tiba-tiba saja Chelsea Islan muncul bersama Dhea Ananda dan Dhea Seto. Seketika seruangan heboh dong menyapa Chelsea Islan. Heran, deh, padahal ada 3 artis, yang dihebohin cuma si Chelsea aja, haha.. saya sendiri pun baru dong kalau ada Dhea Ananda. Saya juga gak ngenali Dhea Seto yang ternyata putri psikolog anak, Kak Seto.
Baca juga review film Laga Indonesia, Spy In Love
Sinospsis film Pinky Promise
Film Pinky Promise dibangun atas kesamaan misi. Diawali dengan kesedihan Kartika Rahayu yang memutuskan membatalkan pertunangan hingga Ia memilih tinggal bersama Tante Anind. Di rumah Tante Anind, Tika diajari mengolah kesedihan hingga Ia dipertemukan dengan banyak orang dan terjebak dalam project Rumah Pink. Meski menolak mentah-mentah, dan Tika merasa gagal hidup, wejangan Tante Anind menguatkan:
GAGAL HIDUP adalah Gagal menjalin hubungan bermakna dengan orang lain!
Dari rumah Pink, Tika bertemu dengan Ken, seorang mahasiswi, mantan penari yang juga blogger dan vlogger. Vina, ibu rumah tangga yang bersuamikan satpam. Baby, orang jawa yang berprofesi sebagai model dan istri simpanan. Ken, Vina, dan Baby memiliki latar belakang sama, yakni pejuang kanker payudara.
Disatukan dari latar belakang yang berbeda, persahabatan mereka kian bermakna. Namun jalan hidup menggoyahkan satu sama lain, disinilah warna-warni persahabatan itu diuji
Review Film: Pinky Promise, selalu ada warna dalam persahabatan
Kalau boleh jujur, film ini hampir dikatakan sempurna, baik dari segi pemeran, penggarapan, karakter, dan totalitas. Akan tetapi bukan review namanya kalau gak ada kritik. Mengatakan baik dan bagus saja tidak cukup untuk mengatakan film ini layak tonton.
Pemeran
Dari segi pemeran, saya acungi jempol, deh. Saya aja sampe berdecak melihat artis papan atas yang hanya jadi cameo. Gunawan dan Maudy Kusnaedi berperan sebagai orangtua Ken, yang hanya tampil beberapa menit, itupun dialognya sedikit. Jajang C. Noer, menampakkan muka 2 kali dan hanya sebentar aja saat menunggu berdua di ruang kemoterapi. Ringgo Agus Rahman masih lumayan, dialog bantah-bantahan di tengah kemacetan bersama istrinya, Vina, cukup menguras tawa. Ira Maya Sopha, juga banyak, karena perannya sebagai Tante Anind. Justru yang gak saya sangka adalah kehadiran Chelsea Islan, yang tampil di penghujung film karena perannya sebagai brand ambassador Breast Cancer. Lucunya, meski jadi cameo di film, saat meet and greet, Chelsea malah jadi bintang utama, haha..
Penggarapan
Guntur Soeharjanto sebagai sutradara menggarap film ini dengan sangat bagus. Hampir tak ada celah yang bisa dikomentari. Saat menulis ini, saya lama mikir adegan apa ya yang janggal, tapi kok gak nemu-nemu. Kalau teman-teman ada, tulis dikomentar ya.. 😀
Karakter
Pendalaman karakter yang ditampilkan sangat mempesona. Sedihnya dapat, Lucunya dapat. Seperti pemeran Baby, Alexandra Gottardo. Semua tau kan ya, kalau muka Alexandra ini kebule-bulean. Tampil sebagai orang Jawa yang dituntut ngomong Jawa, logatnya bisa persis kayak orang Jawa. Medoknya, timpalannya, gokilnya, persis karakter orang Jawa. Di tengah adegan sedih, kalau Baby udah ngomong atau nyolot langsung membuat grrrr.. suasana. Pokoknya peran Baby ini gokilnya pas dimainkan oleh Alexandra. Cuma kontras aja antara muka sama logat, hehe..
Agni Pratistha, saya baru tau kalau aktingnya bagus. Sebagai mantan Putri Indonesia, Agni tak begitu familiar di bioskop Indonesia. Setelah nonton film ini saya berharap bisa melihat wajah Agni lagi di dunia perfilman Indonesia.
Totalitas
Totalitas di film ini, saya katakan sungguh berat. Bahkan demi film ini Agni dan Dhea Seto harus rela melepaskan mahkota perempuannya. Tak main-main, cukur rambutnya bener-benar dimasukkan dalam adegan film. Padahal kalau dilihat runutan adegan, Agni bisa saja menolak rambutnya tak digunduli, sebab perannya sebagai Tika belum diagnosis sebagai pengidap kanker. Hanya demi kekompakan persahabatan saja, Agni nekat mencukur rambut.
Totalitas lain yang muncul difilm ini adalah istilah yang diceploskan dengan sangat polos adalah –maaf, ya- tetek dan susu. Malah muncul juga istilah WTS alias Wanita Susu Satu
Intip postingan review film I am Hope
Pemain Film Pinky Promise
Agni Pratistha sebagai Kartika Rahayu (Tika)
Dhea Ananda sebagai Vina
Dhea Seto sebagai Ken
Alexander Gottardo sebagai Baby
Ira Maya Sopha sebagai Tante Anind
Chelsea Islan sebagai Chelsea
Ringgo Agus Rahman sebagai Farid, suami Vina
Maudy Kusnaedy, Gunawan, Jajang C. Noer, Derby Romero,
Film Pinky Promise memastikan satu lagi film Indonesia jadi tontonan rekomendasi. Semua orang bisa nonton film ini karena didalamnya mengandung edukasi bahwa Kanker bisa menyerang siapa saja tanpa melihat gender. Dari segi kehidupan, film ini mengajarkan arti persahabatan yang sebenarnya. Seperti judul diatas, Review Film: Pinky Promise, selalu ada warna dalam persahabatan
dwi permitasari
Saya juga gak ngenali Dhea Seto yang ternyata putri psikolog anak, Kak Seto…
Ideeemm mama cute, aku juga baru tau.. OoÏŽ trnyata toh.. :))
Smg ya betambah maju film indonesia.., Aamiin YRA…. ????
Tri Wahyuni Zuhri
Saya pengen banget nonton film ini jadinya.
Saya juga familiar banget sama istilah WTS Ini mba. Kami sesama survivor sering banget bilang WTS ini. Itu tanda perjuangan kami juga
Dewi Nielsen
Ada streamingnya nggak mbak? Aku jauh eh, ora bisa nonton ke studio di Indo 😀
Siti Nurjannah Tambunan
Eh kemaren blogger Medan juga diundang buat ngerivew film pinky promise ini mbak, Tp tulisanku belum jadi,
Bagus ya kan mba filmnya, semoga bisa menginspirasi para warrior dan survivor kanker payudara yang ada di Indonesia,
Levina
Kayaknya pernah lihat posternya buat tayangan soon waktu itu. Reviewnya oke juga. Jadi bikin penasaran buat nonton pinky promise. Pink itu diidentikan dengan pita pink yang suka jadi ikon untuk breast cancer bukan ya Mbak?
Data recovery jakarta
Filmnya seru tu mba.. mu tanya.. mba ngurusin blog dah berapa tahun??