AKBP Eddwi Kurniyanto Terpesona chevron Taruna Akabri
Masih terpesona lihat Polisi Ganteng?
Wajar!
Gak ganteng, pun, kalau lihat Pak Polisi memburu penjahat sambil menodongkan senjata ke depan, siapapun pasti melongo. Tiap gayanya bagaikan Ethan Hunt berhadapan dengan Owen Davian, si badar senjata di Mission Imposibble. Pelampiasan spontan yang dilakukan hanyalah curhat di twitter pake hestek #PolisiGanteng dan #Reladitangkappolisi 😀
Hayoo, siapa yang kepengen jadi Polisi?
Jadi Polisi idola guampang, kok. Rajin bertugas aja sudah cukup jadi idola masyarakat. Gak usah ngoyo macak ganteng, kalau masyarakat seneng dengan keberadaan Polisi dan merasa dilayani, gak pakai voting-votingan SMS, label Polisi Idola langsung terselempang di pundak kalian 🙂
Saat kemarin silaturrahmi di Markas Polda Jatim saya bertemu Kasubbid Penmas Humas Polda Jatim, Bapak Eddwi Kurniyanto. Pak Pol berpundak melati 2 ini unik, beliau memilih menjadi anggota Polisi karena terpesona dengan chevron seragam Taruna Akabri.
“Tiap kali lihat Taruna Akbari berjalan memakai chevron, saya termotivasi jadi Polisi”
Sebagai orang awam, saya sih gak paham dengan yang namanya chevron-chevronan, tapi merasa senang aja kalau lihat beragam badge menempel di seragam polisi. Belum-belum sudah membayangkan betapa rumitnya melepas badge satu persatu ketika seragam itu mau masuk ember cucian haha..
Ruang wartawan Humas Polda Jatim siang itu tak seberapa rame. Hanya beberapa orang yang sliwar-sliwer, lalu sibuk kembali di meja laptop menatap layar smartphone dan laptop. Hujan di luar menahan saya untuk tetap di dalam ruangan sambil mendengar kisah perjalanan Pak Eddwi.
“Bapak ingin saya jadi dokter, tapi saya ingin jadi Polisi. Karena ya itu tadi, gara-gara chevron Taruna Akabri” tutur Pak Eddwi yang asli kota Malang dan beristrikan Arek Suroboyo.
Menjaga perasaan orangtua memang sulit, apalagi bila keinginannya tak sesuai yang diharapkan. Seperti perjalanan karier Pak Eddwi yang sejak mula sudah ingin menjadi Polisi, tapi orangtua menginginkan jadi dokter. Tak masalah sebetulnya, toh dokter dan polisi sama-sama profesi idaman setiap anak di dunia. Yang jadi masalah adalah, konon jadi Polisi itu soro!
Iyakah, jadi Polisi itu soro?
“Bapak saya Brimob Polisi, Mbak. Kata Bapak, jadi Brimob itu soro, makanya saya dilarang jadi Polisi”.
Menurut alumni SMA 2 Malang, Polisi itu sosok yang gagah. Semakin Ia dilarang jadi Polisi, makin menimbulkan rasa penasarannya. Itupun yang dilakukan oleh Eddwi remaja. Ketika tengah menjalani tes UMPTN jurusan Kedokteran, Eddwi mencuri kesempatan mendaftar Polisi tanpa sepengetahuan orang tua. Tak disangka, Eddwi diterima di keduanya. Karena hatinya sudah cinta mati sama Polisi, Eddwi kemudian tetap dengan pilihannya, menjadi Polisi. Mau tak mau, sang Bapak luluh juga, merelakan putranya menjadi abdi negara bertugas mengayomi masyarakat.
Pertanyaannya, apakah benar jadi Polisi itu soro?
Ternyata tidak, sodara. Seberat apapun kewajiban, kalau dijalani dengan hati senang, semuanya jadi enteng!
Setelah menjalani pendidikan Akademi Polisi selama 3 tahun, pada tahun 2000, pria yang hobi olahraga bulutangkis dan nonton film action, dilantik di Istana Negara yang kala itu Presidennya dijabat oleh Gusdur. Penempatan dinas pertamanya ditugaskan di Polda Jogyakarta dan sempat menjabat sebagai Kapolsek Godean – Sleman selama 1 tahun.
Ada kisah yang menarik selama menjabat Kapolsek Godean. Salah satunya pernah mengungkap kejahatan dimana pelakunya adalah anggota sendiri. Tantangan yang berat sebab selama ini pelaku dikenal baik, jujur, dan rajin, tapi ternyata menjadi ‘musuh’ kepolisian.
Selama berkarier di Kepolisian, Eddwi pernah ditempatkan di Sulawesi sebagai Kasatlantas Buol. Sebagai Kasatlantas Eddwi harus bolak-balik melakukan perjalanan darat dari Palu ke Buol yang ditempuh selama 15 jam. Lucunya, lalu lintas disana banyakan Sapi dan Kambing. Kendaraan mesin justru sedikit yang lewat. Baguslah, Pak, surat tilangnya utuh.. gak mungkin, kan, nilang Sapi dan Kambing?
Baca juga Kombes Pol RP Argo Yuwono, Terkejut dinas di pulau Jawa
Ia juga pernah ngetes bawahannya. Saat melintas di jalan raya, Eddwi mencoba menerobos lampu merah secara sengaja. Untung, yang dihadapi Polisi baik. Sang Polisi tidak menilang, tetapi hanya memberikan peringatan saja. Sambil pura-pura tidak tau, Eddwi menghapal nama di dadanya. Keesokan hari ketika ada acara, Eddwi memberikan penghargaan kepada Polisi bawahannya yang bertindak baik terhadap masyarakat.
Program yang pernah dilakukan saat menjadi Kasatlantas di Palu, adalah Blusukan Lalu Lintas. Program ini bertujuan mengenalkan lalu lintas kepada masyarakat di daerah yang belum tersentuh tertib lalu lintas dengan melibatkan Kepala Desa, Tokoh Agama, dan Tokoh Masyarakat.
Saat ini, sejak bulan Desember 2015, Eddwi Kurniyanto bertugas di Polda Jatim. Sebuah kesempatan bagus untuk mengembangkan karier Polisinya. Bonus terbesar yang didapatkan adalah lebih dekat dengan keluarga.
Pesan Pak Eddwi kepada aggota korps Kepolisian adalah mengharapkan Penegak Hukum Polri bekerja secara profesional sesuai bidangnya. Tidak mengenal kompromi dan lebih terbuka dengan masyarakat.
Satu pesannya kepada masyarakat:
Polisi tidak perlu dicintai, cukup di percayai
Baca juga Kombes Pol Yan Fitri Halimansyah: Jadi Polisi karena takut Polisi
Leave a Reply