Sulit Hilangkan Kebiasaan Buruk? Ubah Perilaku ini Agar Lebih Terarah
Maunya sih hidup itu yang sempurna dijalani secara baik-baik, tapi nyatanya yang sempurna-sempurna justru mendulang bencana wakaka.. POV diri sendiri tidak sama dengan POV orang lain makanya timbul kebiasan-kebiasaan yang bisa jadi baik bagi kita tapi tidak baik bagi orang lain dan sebaliknya
Prinsip saya hidup itu belajar. Melihat kebaikan dan keburukan orang lain sekaligus mempelajari efek yang dihasilkannya. Jika hasilnya baik saya tiru, dan jika tidak baik berusaha saya tinggalkan. Tapi anehnya kesimpulan seperti itu terkadang masih mengundang masalah, bhuahaha.. namanya juga hidup kan ya, serba sawang sinawang. Gak ada orang sempurna. Apalagi perempuan, salah tok pokoke di mata lelaki, haha.. *sementara para lelaki menganggap perempuan ras terkuat di muka bumi dan memberi label si paling benar*
Rumitnyaa..
Intinya semua manusia di bumi punya kebiasaan buruk. Rata-rata sulit menghilangkannya. Padahal gampang, gak bisa dihilangkan ya udah diubah!
*tinggal ngomong mah gampang ya, huahaha*
Si Bungsu yang Ingin Tumbuh
Tumbuh sebagai si bungsu menuntut saya belajar dari orang dewasa. Resiko jadi anak bontot dianggapnya bociiilll mulu, membuat saya berkembang untuk menunjukkan ke semua orang bahwa saya juga bisa menjadi ‘anak besar’.
Saya merasa pola pikir saya dewasa, sikap-sikap saya sudah seperti orang dewasa, bisa memutuskan banyak hal secara dewasa, dan sebagainya dan sebagainya namun pada akhirnya ITU HANYA PERASAAN SAYA SAJA!
Biarpun begitu hidup harus terus berproses. Yang tadinya sekadar perasaan saya sendiri, dengan berputarnya waktu, lingkungan sosial meluas, pandangan-pandangan datang berganti di situlah saya menemukan arti sebuah kedewasaan. Dih, mulai deh curhat, haha..
Dewasa Otodidak
Dalam hal ini bukan berarti ditelantarkan, tetapi bagaimana menjadi orang yang belajar menemukan kebaikan bagi diri sendiri dan sekaligus bermanfaat bagi orang lain. Sebagai anak yang dewasanya otodidak sekarang saya bisa mengatakan jadi anak otodidak itu seru. Seru banget!
Sekarang saya bisa menertawakan bekas luka di dengkul. Berani memutuskan sesuatu hanya dengan berdiskusi bersama diri sendiri tanpa meninggalkan rasa kecewa. Paling konyol bisa bilang begini, “dulu kok bisaya ya aku berbuat gituan?”
Kebiasaan Buruk Tak Perlu Dihilangkan
Jujur ya, berbuat baik terus itu capek. Berbuat baik teruuuuus itu juga memicu kebiasaan buruk. Ujiannya anak yang belajar dewasa otodidak ya di sini ini. Harus bisa memutuskan kapan berbuat baik, kapan berbuat buruk.
Ciri khasnya anak dewasa otodidak punya banyak teman. Dia bisa menilai teman baik dan teman buruk tetapi kadang suka los kontrol menganggap semuanya baik tapi ternyata tidak. Dia merasa senang bila dimanfaatkan oleh orang lain. . Alih-alih bermanfaat, yang ada malah dimanfaatkan. Makanya ubah kebiasaannya.
Ubah Kebiasaan Buruk Agar Hidup Terarah
Teman-teman, percaya nggak sih kalian bahwa siklus pertemanan bisa berubah tanpa kita sadari? Semacam bebek sore yang digiring pulang Pak Tani yang kompak jalan di pinggir sisi kiri, lalu berubah di sisi kanan.
Seperti pertemanan aja, dulu akraaab banget sama A, tiba-tiba sekarang akrabnya sama si B yang notabene temannya si A. Gak kenapa-napa, dan gak ada masalah juga sama si A. Semua karena rasa nyaman ajaa..
10 tahun lalu lingkup pertemanan saya hampir 100% online! Hari-hari pegangannya HP dengan jari yang tak pernah berhenti menari di layar tablet. Setelah pandemi dan menjadi Kader, kegiatan saya lebih banyak di rumah. Berteman dan berinteraksi langsung dengan Ibu-Ibu, lansia, balita, dan semua rentang usia. Secara visual tidak ada masalah, namun untuk urusan komunikasi ada beberapa hal yang tidak bisa disamakan ketika berkomunikasi bersama para blogger.
Otomatis saya harus mengubah kebiasaan buruk yang pernah saya lakukan ketika berinteraksi bersama teman-teman online saya, antara lain:
Ngomong Harus tepat, No Edit!
Saya memiliki teman-teman blogger yang hapal secara karakter yang mana mereka biasa menerima kritikan, paham kondisi IYA tiba-tiba berubah TIDAK tanpa drama berjilid-jilid, tau mana obrolan candaan dan yang serius. Sementara lingkungan RT/RW tidak mengenal semua itu. Salah ngetik atau ngomong sedikit, bisa ambyar.
Pernah kejadian lomba kudapan singkong modal 100 ribu tingkat RW. Saya jadi panitia. Bukan juri lho ya, panitia. Sebagai panitia tentu saya bisa melihat bebas tampilan kreasi peserta kayak apa. Meski bukan juri, dalam hati saya bisa nebak siapa-siapa calon pemenangnya. No icip!
Selesai lomba grup chatting PKK RW ramai komplain kenapa pemenangnya si itu. Panitia lain tidak ada yang respon sama sekali. Ya udah lah saya pasang badan menjawab semua komplainan. Mumpung masih anak baru belum banyak kenal orang di RW, sehingga bebas ngomong, hehe.. Diusahakan banget dengan hati tenang dan gak emosi. Diselingi candaan dikit biar gak kaku. Beneran kaku ih, ngomong musuh ibu-ibu ini..
Untung saya masih punya sisa stok jiwa blogger review, saya jelaskan kenapa makanan si A, si B layak menang sampai ke detail kualitas dan kuantitas. Saya puas-puasin nulis panjang bak Chef Juna di MasterChef. Hasilnya, mereka bisa menerima penjelasan saya.
Eh, begitu arisan PKK RT (kebetulan RT saya kalah) saya dikomplain sama warga sendiri, haha.. kali ini saya tidak respon. Terserah mereka ngomong apa.
Kesimpulannya, ngomong sama Ibu-Ibu harus tepat, jangan sampai ralat. Pikir dulu, atur bahasanya sempai rapi supaya tidak salah persepsi
Kendalikan Emosi
Saya orangnya emosian, terutama ketika menjelaskan brief. Sudah dijelaskan panjang lebar jelas detail, ternyata masih ada yang tidak paham saya akan emosi. Pernah nih ya ada yang minta diajari sesuatu. Karena gak paham bahasa ketikan, dia minta diajari langsung secara praktek. Otomatis saya datang ke rumahnya. Setelah belajar saya pikir sudah paham lah ya.
Beberapa hari kemudian saya ‘dilabrak’ dianggap gak ngajari. Saya ngeyel lah kan sudah praktek langsung? Saya tunjukkan juga bukti ngajari di WA. Eh, si Ibu nyolot, “sekarang sampean mau ngajari saya nggak?”
Untung emosi saya sudah habis. Saya jawab “Nggak”.
Prinsip saya sekarang kalau si Ibu minta ajari sesuatu saya gak mau. Daripada saya tiap ngajari sambil marah gara-gara sulit paham. Tapi selalu gak bisaaa.. lagi marah pun masih berusaha menjelaskan, huahaha..
Kebiasaan buruk yang harus diubah, kendalikan emosi. Sabaaarrr!
Nunda Pekerjaan
Menunda pekerjaan kebiasaan buruk yang sulit saya ubah sampai detik ini. Mau posting blog aja, materi ada tinggal ngetik, nggak juga segera dieksekusi. Baru jelang dateline gedubrakan buka laptop
Minta Saran Orang Lain, Tapi Boong
Jadi gini saya hobi banget diskusi sama suami ketika ingin beli baju atau apalah. Terutama soal warna. “Warna yang bagus mana ya?” Suami hapal saya suka warna merah. Tentu saja yang ditunjuk warna merah. Saya merasa merahnya jelek, minta saran warna yang lain aja. Dikasihlah kuning atau jawaban terserah kalau sudah mentok.
Dan aku pun check out warna Olive, bhuahaha..
Bilang Tidak
Sejatinya prinsip dasar saya sudah kuat, kalau nggak ya nggak. Cuman ada beberapa hal kerap saya langgar dengan dalih kasihan, gak enak nolaknya, dan sebagainya.
Saya bangga pernah nggak ikut rekreasi ke Jogya di grup Kader meskipun harus tetap bayar nominal. Alasan nggak ikut karena itinerary padat, gak bisa menikmati suasana, dan capek di jalan. Toh, mereka jalan-jalan cuma senang karaokean di bis. Sampai lokasi duduk-duduk rujakan. Kalau cuma gitu mending di rumah aja, kan?
Bangun Tidur Tidak Buka HP
Kebiasaan saya bangun tidur buka HP niatnya sih lihat jam, tapi suka keblabasan buka Shopee siram tanaman lanjut main game Bubble, nonton Live, untung gak sampe check out. Sekarang berusaha banget menahan diri untuk tidak begitu. Target kedepan, bangun tidur langsung ambil wudhu! 😀
Ternyata kebiasaan buruk yang harus saya ubah banyak ya. Kukira kebiasaanku baik-baik semuaa, haha..
Tips Mengubah Kebiasaan Buruk
Seperti yang saya bilang di atas kebiasaan buruk butuh waktu untuk memperbaiknya. Ada beberapa tips untuk mengubah yang buruk agar jadi baik, caranya:
- Sadari Bahwa Kebiasaan Itu Buruk
- Cari tau mengapa harus mengubah kebiasaan buruk itu, supaya ada alasan mengubahnya
- Paksa Kerjakan, jangan dianggurin terlalu lama
- Pegang Prinsip Sekuat mungkin
- Berdoa minta kekuatan dan kesabaran
Saya menulis artikel ini habis sholat Shubuh dalam kondisi ingin balik tidur tapi kepikiran date line. Di sisi lain ingin nyuci baju tapi ditunda besok aja. rupanya kebiasaan buruknya masih nempel wkwk..
Tatit Ujiani
Wah yg kebiasaan bangun tidur langsung buka hp ,podho aku. Bangun tidur buka shopee dan fizzo hotel.
Kalau kebiasaan bilang tidak saiki wis bisa . Dulunya sulit juga.
Rahmah
Kebiasaan buruk mbak Yun ituuuu suka nggudo aku
Ngerjain sengojo gak bolo ben aku bingung salahku apa
Hahaha
Namun, memang kamu ancen unik kok Mbak