Proses Kreatif Photography Outdoor menggunakan Kamera
Memahami teknik fotografi memang gampang-gampang sulit. Minimal harus paham betul rumus segitiga exposure, yakni ISO, Aperture, dan Shutter Speed. Apakah setelah mengantongi ilmu tersebut hasil fotonya sudah dipastikan sempurna? Oh, tidak semudah itu, Ferguso!
Ada yang suka foto jalanan? Sebelum bicara jauh, yuk kita bahas Proses Kreatif Photography Outdoor menggunakan Kamera!
Dulu sebelum memiliki kamera, parameter foto bagus di mata saya harus dijepret menggunakan kamera DSLR atau Mirrorless. Nyatanya apa, setelah punya perangkat mahal dan mempraktekkan sendiri, hasil fotonya tak kalah ciamik dengan foto HP. Cuma beda resolusinya aja.
Jadi kesimpulannya, untuk menciptakan foto bagus dibutuhkan kecermatan mata agar objek yang akan ditangkap bisa diabadikan secara sempurna.
Sebenarnya foto bagus tuh yang bagaimana, sih?
Wohoho, menurut saya, dalam seni tidak ada bagus atau jelek. Yang ada, kenyamanan mata sekaligus mampu menimbulkan sensasi tersendiri bagi yang melihat. Teknik benar, kalau hasilnya B Aja ya, cukup disenyumin aja, hehe..
Segitiga Exposure atau Ciptakan Momen?
Untuk menciptakan hasil foto yang WOW, sebaiknya tentukan dulu tujuannya untuk apa. Untuk seni kah? Momen kah? Atau yang bagaimana.. karena beda tujuan, beda pula proses kreatifnya.
Sedikit cerita, saya adalah orang yang senang foto-foto di luar ruangan. Dengan bantuan cahaya alami dibalut objek yang bebas, memicu saya untuk menciptakan gambar di luar nalar. Baiknya lagi, pengambilan photography outdoor tidak melalui proses yang rumit.
Settingan kameranya sangat gampang. Biar nggak ketinggalan momen saya pakai mode aperture priority. Atau Auto ajalah yang gampang, haha.. Kalau momennya santai, baru saya pakai mode manual dengan trik segitiga exposure (diupayakan pakai itu)
Kenapa harus pakai segitiga exposure?
Sebagai orang yang masih terus belajar fotografi, membedakan hasil jepretan segitiga exposure dengan hasil jepretan auto itu kelihatan. Terutama ketika cahaya minim, atau untuk menciptakan sesuatu yang berbeda. Misalnya, mengabadikan orang lari supaya tampak berlari, cahaya lampu yang sorotannya menyerupai bintang, dan macam-macam.
Akan tetapi, saya kerap foto outdoor menggunakan HP saja. Alasannya, ada saat-saat tertentu saya tidak memungkinkan mengeluarkan kamera. Adanya HP, ya pakai HP. Karena itulah setiap ke mana-mana, saya berusaha memakai baju yang nyaman, ada kantong untuk menyimpan HP.
Jadilah Wartawan, Pasang Penglihatan dengan Cermat
Pernahkah nggak sih kalian melihat gambar-gambar di koran? Foto jurnalisme itu keren banget lho kalau diperhatikan. Sekilas memang tampak biasa, tapi jiwa seni tidak bisa dibohongi.
Kadang-kadang sesuatu yang biasa saja, dapat menciptakan hasil jepretan yang luar biasa. Mungkin orang lain tidak sadar, malah saya sering banget dikatain orang, “Foto opo, mbak?” atau “Halah, ngunu kok yo difoto”
Jika boleh jujur, selama ini hasil foto-foto saya terinspirasi dari jurnalisme photography. Apapun, selama unik, saya abadikan lalu disimpan di memory card. Bodoamat diposting apa nggak, itu urusan belakangan. Jangan kaget kalau stok foto-foto saya banyak. Habisnya segala macam difoto, haha..
Bersosialisasi
Di luar teknik, bagian ini masuk kategori penting. Dan susah dilakukan kalau kita tidak punya kemampuan sosialisasi.
Suatu ketika saya ingin memfoto Bok Madura penjual rujak. Ecek-eceknya saya ingin mengabadikan gambar ketika si Bok sedang menguleg. Supaya tidak terjadi salah paham, saya ijin ingin memfotonya.
“Foto-foto opo.. ojok kenek aku lho yo!” (Foto-foto buat apa, jangan kelihatan mukaku ya) dengan logat Madura yang kental
Oke, saya manut. Akhirnya saya foto bagian tangannya aja.
Cerita lain, saya pernah didamprat habis sama artis juri Master Chef di Benteng Rotterdam Makassar, dianggapnya saya memfoto dia. Padahal saya sedang mengabdikan tekstur lantai yang konon usianya lampau (Secara benteng Rotterdam adalah peninggalan Belanda).
Ketika sedang asik jongkok, (saya nggak tau kalau orang jalan di depan saya itu artis), tiba-tiba saja Ia menghardik saya, “Mbak, jangan foto saya! Blablabla..” Saya melongo, bingung mau bilang apa sama mbaknya, haha.. belakangan dikasih tau teman kalau tadi itu artis.
Semua orang punya hak untuk tidak setuju diambil gambarnya. Tapi bagaimana lagi kalau portrait photography juga masuk kategori seni yang asik dinikmati. Kuncinya ya itu tadi, sosialisasi. Ijin. Kalau jualan, untuk mengambil simpati beli barang jualannya, pasti dibolehin foto-foto, hehe..
Edit Edit Edit..
Jangan dikira foto menggunakan DSLR otomatis hasilnya bagus, sebagian besar fotografer, sebelum menyajikan hasilnya pasti melalui proses editing dulu. Bisa mengubah saturasi, pencerahan, cropping, atau lain-lain.
Jangankan fotografer, upload Instagram aja butuh diedit dulu, hehe..
Untuk proses editing ini biasanya saya limpahkan urusannya kepada aplikasi Snapsheed atau Lightroom, biar bagusan dikit warnanya. Tapi jika merasa foto saya sudah layak tayang tanpa editing, saya naikkan aja langsung.
Begitulah Proses Kreatif Photography Outdoor menggunakan Kamera dan HP ala Saya. Teman-teman boleh lho menambahkan informasi lain di kolom komentar..
Nining
hahahaha penasaran cobak sama artis yang damprat mbak Yun, pissss mbak Yun ^^v
Rahmah
Hahaha
Salah fokus ya, Mbak
Paling artisnya Art2Tonic wkwkwkw
Muhammad Lukman
Salfok sama artisnya bu 😂