Sedang Mencari Pasangan Hidup, ini dia kriteria Jodoh yang Baik!
Selayaknya mencari jarum di antara rimbunan jerami, seperti itulah menemukan jodoh untuk jadi pasangan hidup. Dibilang susah, terlampau susah. Dibilang gampang, nyatanya susah!
Meskipun saya mudah jatuh cinta kepada laki-laki, namun dulu saya sama sekali tak membayangkan laki-laki seperti apa yang ingin saya nikahi. Boro-boro mikir ke sana, dapat aja sudah Alhamdulillah. Hingga suatu ketika Bapak saya ujug-ujug bertanya yang seketika membuat hati saya mencelos, “Nik, umurmu sudah 23, kapan kamu mau nikah?”
Mak Blessss! Hal yang selama ini luput dari tahta sanubari, mendadak seperti ada yang nyubit hati saya. Sakit, namun sulit ngobatinya. Nyari obat di mana, coba? Iya kalau jodoh itu seperti mangga, rela deh manjat pohonnya. Sejak ini saya berubah jadi seorang dateliner garis keras! haha..
Yang bisa saya lakukan hanyalah berkata AMIN sekencang-kencangnya ketika didoakan, “Yang belum menikah semoga segera diturunkan jodohnya”. Apakah nantinya lelaki itu tampan, kaya, gemuk, saya berharap mendapatkan yang terbaik aja.
Bukannya gimana-gimana ya, karena pasrah itu enak. Tapi jangan juga kelewat pasrah. Kata Pak Kyai, sing penting yakin!
Sedang Mencari Pasangan Hidup, ini dia kriteria Jodoh yang Baik!
Setelah ucapan Bapak tempo hari, hidup saya seakan dikejar jodoh. Saya tidak tau harus mulai dari mana, tapi saya berusaha tidak gegabah. Justru semakin gegabah, ibarat orang naik motor tanpa rem, bawaannya pasti ngegas mulu.
Dan lucunya, gaya mudah jatuh cinta saya berubah jadi orang yang tidak asal menerima laki-laki. Tau ada yang suka sama saya pun, saya tak bergeming. Semacam ada rasa klik dan tidak klik aja.
Hingga suatu ketika saya harus menerima cinta laki-laki yang sekarang jadi suami. Sebenarnya proses hubungan kami tidak drama, tapi saya-nya yang terlalu drama. Untuk mengatakan IYA saja perlu banyak waktu mikir hingga sukses menurunkan berat badan saya di angka 40 kg TANPA DIET! Haha..
Jadi apa kriteria Jodoh Yang Baik versi saya?
Jadilah Orang Yang Dicintai
Ternyata dicintai seseorang rasanya beda saat saya mencintai. Ketika dicintai, saya bebas menjadi diri saya sendiri. Gampangnya, Kamu suka sama aku, ya udah terima aku apa adanya! Bagian ini sedep bener, lho! Haha..
Bukan saya kemayu dan sok laku, tapi ketika ada seseorang yang sanggup menerima keadaan saya apa adanya itu sebuah anugerah. Biar kata saya nggak makeup-an, punya tubuh gembrot, ke kantor pakai baju asal, saya tetap saja dibilang cakep. Katanyaaa..
Beda banget ketika saya hobi mencintai, rasanya hidup ini seperti disetir orang lain. Kudu tampil sempurna, HARUS menjadi orang yang dicintai, dan KEHARUSAN lain yang membuat saya jadi capek sendiri melakukannya.
Orangnya Baik
Ini yang penting. Jangan bayangin orang baik dalam kriteria yang rumit, tapi yang sederhana saja seperti tidak melakukan MOLIMO (Tidak Main Judi, Tidak Main Perempuan, Tidak Minum minuman keras, Tidak Madat Ganja, Tidak Mencuri)
Mungkin terlalu datar gambaran orang baik di mata saya, karena saya menyadari tidak ada manusia yang sempurna. Jadi ngikut aja lah nasehat Sunan Ampel sebagai orang tua.
Berkomitmen Membangun Rumah Tangga
Komitmen adalah salah satu bentuk tanggung jawab seorang laki-laki membina hubungan rumah tangga. Tidak memiliki jabatan di kantor tak mengapa, asalkan dia berkomitmen membangun sebuah keluarga.
Setelah 14 tahun menikah akhirnya saya bisa bilang bahwa rejeki orang menikah sudah ada yang mengatur. Saya makin percaya itu.
Banyak kok contoh, tukang becak yang sanggup menguliahkan anaknya sampai sarjana. Pikiran kasar kita, berapa sih pendapatan tukang becak? Rasanya gak mungkin, kan? Kenyataannya bisa, lho.
Ya udah ya bagi teman-teman yang sedang mencari pasangan hidup, saya doakan kalian segera mendapatkan jodoh yang baik dan tentu saja yang diridhoi. Sebab ridho Allah menjadi senjata rumah tangga kita akan Bahagia, Insya Allah
Leave a Reply