Voucher Belanja

Perasaan tanggal 30 lamaaa sekali. Lihat kalender masih aja tanggal 20 sekian. Kalenderku yang salah apa memang kantongku yang duluan jebol huahaha..

Baru terasa kemarin, pas libur hari Sabtu, bahwa ternyata duitku tinggal recehan duaribu. Itupun uang mulus-mulus yang sebenarnya teramat sayang untuk dipakai belanja.

Kebetulan liburan kemarin ponakan pada main kerumah. Dan entah kenapa mereka minta ke Carrefour.

“Ma.. ma.. Mama gak nang kefun?” tanya Titha, usianya 3 tahun.
“Ngapain nang Carrefour?” tanya saya
“Beli beli baju atau sepatu gitu lho, Ma”
Gubrak!

Oalah, anak kecil sekarang cerdas-cerdas yah, sampai tau kalau Carrefour jualan baju sama sepatu.
Gak tau apa ya kalau Mamanya lagi tongpes hihi..

“Gak usah Carrefour, ya. Kita ke Kebun Bibit aja. Nanti bawa kacang panjang yang buanyak buat kasih makan Rusa”

Titha mengangguk. Tak lama kemudian, “nanti pulangnya ke Carrefour, ya, Ma”

Hastagahhh!!!
Kenapa itu lagi yang diucapkan.

Sungguh, teramat miris kalau ada anak kecil minta tapi saya gak bisa menuhi. Apa sih, paling yang diminta jajanan. Biasanya juga minta susu sama nyam-nyam.

Pagi itu jadilah berangkat rame-rame ke Kebun Bibit. Saya dan Mas Rinaldy, Mas saya dan istrinya plus 2 anaknya, Galih dan Titha. Sama satu lagi, Rama. Totalnya ber 7.

Galih, Titha, Rama di Kebun Bibit Surabaya
Galih, Titha, Rama di Kebun Bibit Surabaya

Lumayan lama juga kita disana. Main ayunan, slurutan dan lihat binatang. Apalagi ketambahan sodara yang datang bergabung. Makin banyaklah jumlah kita. Asiklah, makin banyak, makin rame.

“Habis ini ke carrefour, yuk”
Tuhkan cocok deh! Libur-libur mainnya ke Mall. Penderitaan ini makin klop! 😀

Di Carrefour saya merasa agak gimana gitu. Soalnya ini.. anu.. kami datangnya rame-rame. Kesannya seperti rekreasi yang salah sasaran hihi
Bayangkan *cukup bayangkan saja* jumlah kami orang dewasanya menjadi 8 orang. Sedangkan anak-anaknya menjadi 5 orang. Semuanya jadi, 13 jiwa! Beugh!

Untuk memperingkas supaya anak-anak gak ribet, yang usia 3 tahunan (2 anak) saya masukkan ke dalam troli. 3 anak lainnya kami berbagi jaga supaya tidak muncul keributan. Bukan apa-apa saya takut mereka lari-lari lalu menabrak rak yang kemudian membuat suasana rapi menjadi amburadul. Musuh arek-arek ini ribet 😀

Rejeki buat mereka, begitu masuk Carrefour kami disambut Mbak-Mbak SPG yang membawa gelas berisi tester susu. Untung si Mbaknya baik, mereka langsung dikasih satu persatu. Adegan selanjutnya apa coba?

“Ma, susu lagi, Ma!”
“Aku iyo, mau lagi yang stroberi”
“Aku iyo, lho”

Hayyahh..
Ini anak pada bikin pala saya malu. *kepala kok malu* 😛

“Silakan, Bu.. ini ada susu bla-bla.. kaya vitamin bla-bla.. dan cocok untuk usia bla.. bla..”

Ya udah, ujungnya ambillah kami berkotak-kotak susu.

Singkat kata, belanjaan kami banyak berisi susu, biskuit, minuman botol, sama satu lagi sepatu. Sepatu siapa? Mas Rinaldy lah.. dia kan gak mau kalah sama ponakannya hihi..

Kok bisa beli sepatu, ngakunya gak punya duit.
Kan ada simpenan voucher haha..

Voucher Carrefour hasil dari blog yang masih tersisa :D Voucher ini jurus andalan tanggal tua hehe..
Voucher Carrefour hasil dari blog yang masih tersisa 😀
Voucher ini jurus andalan tanggal tua hehe..

Pas dikasir ternyata saya hanya bayar sepatu aja. Yang makanan sudah ada yang bayarin. Padahal niat saya mau saya bayar semua pakai voucher. Supaya jumlahnya pas dengan nominal voucher. Sayang kalau harus sisa, kan.

Ternyata voucher Carrefour sekarang itu unik. belanja gak harus sesuai nominal yang tertera di voucher. Biasanya kalau belanja dibawah nominal kan sisanya hangus. Kalau ini nggak. Sisanya masih bisa dipakai lagi selama masa aktif voucher.

Seperti yang terjadi kemarin. Saya bayar sepatu seharga Rp. 139.000. Voucher yang saya gunakan 2 x Rp. 100.000. Sisanya berarti tinggal Rp. 61.000,-. Sisa itulah yang masih bisa dipakai belanja kembali. Enak, kan.

Ada kejadian konyol. Voucher sisa itu kemarin saya kasihkan ke sodara yang telah berbaik hati bayarin belanja. Maksudnya buat ganti uang dia tadi bayar di kasir. Walaupun sebenarnya dia menolak.

“Udahlah, pke aja. lumayan lho nampuluh rebu” kata saya.
“Serius bisa dipakai?”
“Bisa! Percaya ma saya!”

Akhirnya dia balik lagi masuk ke dalam belanja. Anak-anak sudah aman karena mereka sibuk mandi bola.

Tak lama kemudian.

“Aduh, capek aku. Sudah ambil banyak barang begitu dihitung dikasir vouchernya masih sisa duapuluh rebu”

Kami pun riuh.

Lalu Mas saya teriak “Mana, mana, sini biar kupakai beli minuman”

Balik lah Mas saya masuk ke dalam Carrefour lagi.

“Gimana, nambah duit berapa?” tanya saya
“Gak nambah, masih sisa Rp. 650,-“
Oalah yoo… gitu kok ya masih juga disisain.

Dalam hati saya mikir, bagaimana ya ekspresi kasir kalau melihat voucher itu keluar masuk mesin barcode. Andaikan manusia, mesin barcodenya bakal mengelus dada sembari bilang “cek nemene se arek-arek iki” haha..

Kalau melihat sistem voucher Carrefour seperti itu saya rasa gak rugi juga kalau diperjual belikan atau buat dikasih orang. Soalnya masa aktifnya lama, setahun. Dan lagi gak harus maksa belanja dengan nominal yang tertera di voucher. Jadi bisa hemat belanjanya 🙂