Tretek Bungkuk Ngagel, Jembatan penuh kenangan

Kami menyebutnya Tretek Bungkuk Ngagel atau Jembatan Bungkuk.

Kemarin, sepulang dari Malang, saat turun dari Bis Kota saya menyempatkan mengambil gambar Tretek Bungkuk dari dekat. Rasanya sudah lama sekali saya tidak melintasi jembatan bergeladak kayu dimana dulu pernah saya lewati dengan jalan kaki menuju terminal Joyoboyo. Walau sekarang hampir setiap hari melalui jalan Ngagel, namun sekalipun saya sudah tidak pernah melintas. Terlebih karena sudah ada motor yang membawa saya kemana-mana sehingga jarang sekali menggunakan angkutan umum di Joyoboyo.

Tretek Bungkuk dari kejauhan yang masih tampak gagah membelah Kali Mas
Tretek Bungkuk dari kejauhan yang masih tampak gagah membelah Kali Mas

Masih jelas sekali saya ingat ketika Terminal Bis antar kota masih dipusatkan di Joyoboyo, Tretek ini ramai dengan lalu lalang manusia yang berangkat mudik atau sekedar liburan di Kebun Binatang Surabaya. Saat melintas, Bapak selalu menggandeng tangan saya dengan erat dan selalu memberi aba-aba loncat jika ada bilah kayu berlubang. Jika hari biasa, Tretek ini juga banyak sekali dilewati karyawan dan anak sekolah yang berangkat menuju tempat beraktifitas dengan jalan kaki atau menuntun sepeda ontel diatas jembatan. Namun sejak Terminal antar kota Purabaya di pindah ke Bungurasih, volume pengguna Tretek Bungkuk menjadi berkurang.

Lokasi Tretek Bungkuk ini berada di Jalan Ngagel Surabaya, tak jauh dari Stasiun Wonokromo. Entah siapa yang pertama memberi nama Tretek Bungkuk, yang jelas tretek ini sudah ada sejak saya kecil. Mungkin saja Tretek ini sudah ada sejak lama, sayangnya saya tak menemukan keterangan pasti tentang riwayat keberadaan Tretek Bungkuk yang hingga kini masih berdiri gagah diapit dua gelondong pipa raksasa milik PDAM.

Bagi penduduk perkampungan yang tinggal disekitar kawasan Ngagel dan Darmo Kali, Tretek Bungkuk ini sangat penting sebab dengan menggunakan Tretek ini mereka tak kesulitan menuju arah tengah kota seperti Jl. Raya Darmo atau Jl. Raya Diponegoro dan sebaliknya, kawasan Ngagel atau Gubeng. Bagi warga yang biasa naik angkutan umum, Tretek ini sangat membantu sekali. Mereka tak perlu lama-lama nambang/naik perahu gethek demi menyebrangi sungai Kali Mas.

Sejak dulu hingga kemarin, saat saya melewatinya, daya tarik dan keunikan yang dimiliki Tretek Bungkuk masih sama, yaitu jajaran kayu yang ditata sedemikan rupa sebagai jalan lintasannya. Saya tidak tau mengapa lintasan Tretek Bungkuk tidak dibuat cor atau beton, meski sebetulnya saya tetap suka kalau penampakannya masih seperti yang dulu. Selain kenangannya lebih kuat juga pejalan kaki lebih leluasa lewat tanpa harus terganggu dengan suara klakson motor. Sejak dulu memang tretek ini hanya dikhususkan bagi pejalan kaki saja.

Geladak kayu Tretek Bungkuk yang tampak rapi
Geladak kayu Tretek Bungkuk yang tampak rapi

Kalau melihat fungsi dan letak Tretek yang diatas sungai Kali Mas, saya yakin Tretek ini sudah ada jauh dari tahun saya lahir. Mengingat letak Tretek ini yang strategis, dekat dengan sungai Jagir yang merupakan muara sungai Kali Mas dimana sejak dulu Kali Mas sebagai jalur transportasi niaga pada jaman penjajahan.

Jika teman-teman datang ke Surabaya dan melintasi jalan Ngagel, sempatkan sebentar untuk mencoba melewati Tretek Bungkuk ini. Pastinya sensasinya sungguh luar biasa. Untuk jalan kaki, Tretek ini tak begitu panjang, hanya selebaran sungai Kali Mas. Paling tidak dengan melintas di jembatan ini teman-teman bisa merasakan sensasi berjalan diatas jembatan dengan bunyi kayu glodak-glodak sambil tetap waspada barangkali menemukan satu-dua kayu yang berlubang sehingga mau tak mau harus hati-hati saat melintas agar kaki tak terperosok ke bawah. Tapi yang pasti jembatan ini aman dilewati.

Atau mungkin ada teman-teman yang sudah pernah melewati Tretek Bungkuk Ngagel? Boleh dishare disini.. 😉