Tag: LigaBloggerIndonesia2014

  • DBLOGGER, Komunitas belajarku

    DBLOGGER, Komunitas belajarku

    Mbak Anny, Kak Julie, Melly, Kang MT..

    Mereka adalah nama-nama yang saya kenal di awal memiliki blog. Nama-nama yang mempunyai persamaan platform dan telah mengajari banyak hal.

    DBLOGGER Community nama komunitasnya. Komunitas yang awalnya dibentuk untuk menyatukan blogger berplatform blogdetik. Seiring waktu berjalan dblogger Community melebarkan sayapnya dan membaur dengan blogger yang tidak berplatform blogdetik. Suatu peningkatan yang patut diacungi jempol..

    Banyak cerita dan kenangan selama bergabung menjadi anggota dblogger. Cerita dan kenangan manis yang teramat pahit untuk dilupakan. Di tahun 2010, tahun awal saya ngeblog, dblogger lah yang menjadi tempat belajar saya. Disana banyak diajarkan hal-hal dan diskusi menarik seputar dunia blogging. Ibarat murid, dblogger adalah sekolah ngeblog saya. Jika saya tidak mengerti suatu hal, anggota dblogger akan turun tangan mengatasi.

    Ah, jadi ingat ketika saya tidak bisa memasang widget di sidebar blog. Dengan lugunya saya meminta tolong sekaligus memberikan username dan password blog kepada kang MT untuk dipasangkan. Meski kang MT sudah mem-warning agar setelahnya username dan password saya diganti supaya aman, nyatanya hingga sekarang blog saya aman-aman aja walaupun peringatan kang MT saya abaikan hehe

    Kekompakan juga semakin terasa ketika saya menghadiri Pesta Blogger 2010. Sengaja saya datang dari Surabaya demi bisa bertemu dengan teman-teman. Ternyata kedatangan saya berbuah manis, meski belum pernah bertemu sebelumnya, kedatangan saya diterima dengan sangat baik dan ramah. Kejadian lucu yang saya ingat di acara itu adalah saya dan Mbak Anny keluar masuk mengunjungi stand sponsor demi mengejar goodie bag! Hasilnya saya mendapatkan banyak sekali pernak-pernik, mulai kaos, pin, stiker, bolpoin, dan macam-macam aksesoris.

    Tak hanya itu saja setiap kali ada even, anggota dblogger Community selalu merajai. Lihat saja foto-foto dibawah ini:

    Foto Ultah dblogger ke 2 di Gandaria City
    Foto Ultah dblogger ke 2, 11 Januari 2011 di Gandaria City
    DBlogger dan Dot S di even Pesta Blogger 2010
    DBlogger dan Dot S di even Pesta Blogger 2010
    dblogger di even Blogger Nusantara 2011, Sidoarjo
    dblogger di even Blogger Nusantara 2011, Sidoarjo
    Kompak di Blogger Nusantara 2011 Sidoarjo
    Kompak di Blogger Nusantara 2011 Sidoarjo
    dblogger ada di tengah-tengah peserta ASEAN Blogger 2013, Solo
    dblogger ada di tengah-tengah peserta ASEAN Blogger 2013, Solo
    dblogger di even Blogger Nusantara 2013, Jogyakarta
    dblogger di even Blogger Nusantara 2013, Jogyakarta
    Even ONOFF 2011 Epicentrum Jakarta
    Even ONOFF 2011 Epicentrum Jakarta
    lomba gobak sodor online dblogger surabaya
    lomba gobak sodor online dblogger surabaya

    Melihat foto-foto diatas siapa sih yang bisa melupakan keseruan dan kekompakan mereka. Pastinya makin cinta lah sama dblogger..

    Oya, tanggal 11 Januari nanti dblogger merayakan hari jadinya yang ke 5 Tahun. Selamat ya buat dblogger semoga di usianya yang terus menanjak naik ini dblogger bisa terus aktif dan kompak.. 🙂

    Buat yang ingin gabung menjadi anggota dblogger silakan follow akun twitternya @dbloggercomm

  • Jika Blogger menulis review politik

    Saya suka heran kenapa ya tiap kali buka Facebook kok sering muncul foto Pak Menteri yang lagi nyapres. Gak hanya sekali lho tapi berkali-kali, bahkan sekali scroll munculnya bisa 2 sampai 3 kali. Isinya tau sendiri lah pasti ngajak supaya saya bergabung ke fanspage nya dia.

    Begitupun di twitter masih juga menemukan foto Pak Menteri ini. Pokoknya setiap buka internet foto Bapak satu itu selalu muncul dimana-mana. Kenapa tagline nya gak diubah aja menjadi Dimana ada kamu, disitu ada saya 😀

    Capres Indonesia. Gambar diambil dari Google
    Capres Indonesia.
    Gambar diambil dari Google

    Fenomena seperti ini memang wajar sebab internet sudah menjadi media promosi yang paling ajib. Terlebih tahun ini kan tahun politik, tahun seorang calon berlomba-lomba mendapat suara sebanyak-banyaknya. Tak hanya berpromosi melalui media offline seperti menyebarkan banner, pamflet, kaos dan selebaran, mereka juga berpromosi melalui jejaring sosial media. Terutama Facebook dan Twitter.

    Tak berhenti disitu para calon ini juga aktif melakukan promosi dengan menggunakan media blog. Isinya semacam menulis review. Konon bayaran yang ditawarkan kepada blogger nilainya lumayan tinggi. Dengar-dengar sih bayarannya mencapai.. ssttt.. 1,5juta! Glek! Siapa coba yang gak ngiler..

    Huft! sungguh tantangan menulis yang membuat hati galau berkepanjangan hehe..

    Tapi semua kembali lagi ke pribadi blogger itu sendiri. Mau nerima tawaran itu apa nggak. Terus terang nominal yang ditawarkan memang menggiurkan. Hanya dengan menulis 300-400 kata blogger sudah mendapat gaji sebanyak itu.

    Menurut saya blogger Indonesia amat cerdas menanggapi hal-hal seperti ini. Dan saya pikir banyak blogger yang pintar dalam mengambil suatu keputusan apalagi menyangkut politik yang semakin memanas ini. Dan menurut saya sah-sah aja jika blogger menerima tawaran itu selama apa yang ditulis mengandung semangat kebangsaan. Tidak menyinggung pihak lain dan kalimat yang disampaikan tidak mengandung unsur-unsur yang memicu perselisihan antar partai, antar calon dan antar partisipan yang akhirnya berujung bentrok sehingga memicu pertengkaran publik, lebih-lebih mengganggu keamanan masyarakat. Intinya blogger harus pandai-pandai menyusun kalimat sesuai opini masing-masing.

    Akan tetapi jika blogger menolak tawaran menulis itu juga gak masalah sebab blogger juga memiliki hak untuk menerima atau menolak tawaran menulis.

    Nah, seandainya nih teman-teman mendapat tawaran menulis seperti yang saya ceritakan diatas kira-kira mau nerima gak, dan apa alasannya? Sekedar pengen tau aja sih hehe..

  • Tragedi Asinan Bogor

    5 Tahun lalu..

    Seumur-umur saya belum pernah makan asinan. Konon kata yang pernah makan rasanya asam-asam segar. Sebagai penyuka rasa rujak-rujakan saya jadi penasaran seperti apa rasa makanan yang bernama asinan ini.

    Sampai suatu ketika saya datang ke Bogor. Tiba di Stasiun saya langsung disambut penjual asinan dengan rombong yang mangkal berjajar di bagian luar. Di dalam rombong asinan terdapat buah-buahan dan sayuran yang ditata sedemikian rupa dengan kuah yang ditaruh di wadah tembus pandang. Saya pikir itu rombong penjual rujak ternyata Mas Aldi bilang itu rombong jual asinan.

    Dengar kata asinan saya langsung nelan ludah. “Hmm.. kayaknya enak nih siang-siang panas begini makan sesuatu yang asam-asam seger”.

    Ditambah lihat asinan yang sudah dibungkus plastik yang digantung-gantung di atas rombong, makin gemes lihatnya. Warnanya cantik, kuahnya menggoda dengan butiran isi cabe yang betebaran.

    Asinan Bogor Gambar dari Google
    Asinan Bogor
    Gambar dari Google

    Tanpa menunggu lagi saya langsung beli 2. Dibilang kemaruk biarinlah asal kemecer dilidah ini segera hilang 😀

    Sepanjang putar-putar di Kebun Raya Bogor saya sudah gak fokus lagi lihat pemandangan. Yang saya pikir cuma satu, segera mencari tempat teduh lalu duduk dibawahnya sambil menikmati asinan berkuah.

    Begitu dapat tempat nyaman saya langsung membuka bungkus asinan itu. Setelah tali karet yang mengikatnya terbuka terciumlah aroma asam pedas yang nikmat itu. Lidah yang dari tadi kemecer makin gak tahan untuk segera menyantapnya.

    Sebagai incipan pertama saya ambil pepayanya dulu. Warnanya yang merah cantik menggugah selera saya.

    Sial, gigitan pertama saya gagal. Pasalnya pepaya yang saya ambil itu mentah. Warnanya memang merah, tapi pas digigit rasanya keras. Lidah saya jadi susah menikmati.

    Lantas saya ambil incipan yang kedua. Saya ambil buah berwarna putih. Irisannya tipis melebar dan bayangan saya kalau digigit bisa menghasilkan efek kriuk renyah seperti bengkuang.

    Ah, sial lagi.. ternyata buah yang barusan saya gigit itu bukan bengkuang tapi telo (ubi). Telo mentah!

    “Gimana sih yang jual asinan ini.. makanan mentah semua gini kok dijual! Wong gak nggenah!” saya pun misuh-misuh.

    Saya angkat plastik asinan, saya pegang bagian bawahnya lalu saya pijiat-pijat pakai tangan. Saya hanya memastikan buah apa saja yang ada didalam bungkus asinan ini. Disitu saya lihat ada kubis yang diiris panjang, kecambah, sama timun. Dan pas saya rasakan semuanya satu persatu, ternyata semua mentah sodara!

    Antara kecewa, marah, tak bisa lagi dibendung. Harapan makan asinan segar nan pedas hanya tinggal bayangan. Lidah yang sudah trecep-trecep tidak mencapai kepuasan. Semuanya serba nggantung dan gak ada penyelesaian sama sekali!

    Jadi galau lihat asinan ini. Dibuang itu sayang, tapi kalau gak dibuang juga percuma, saya gak bisa makan karena semuanya mentah. Padahal saya suka dengan kuahnya. Suka banget. Kuahnya enak seperti rasa nano-nano.

    Mas Aldi: “Yang namanya asinan ya begitu itu rasanya”
    Saya: “Tapi ini semuanya mentah”
    Mas Aldi: “Ya emang begitu. Orang sini sudah biasa makan begituan” sambil ngakak

    Masak sih. Gak percaya. Ngapain harus  makan yang mentah, kalau yang masak aja lebih enak.

    Daan dari pada galau berkepanjangan asinan itu saya buang. Saya buang jauh ke tempat sampah dipojokan. Biar saja biar mampus dimakan cacing tanah! *emosi jiwa*

    Tragedi asinan itu membuat saya kapok. Saya gak mau lagi makan makanan yang bernama asinan!

    2 hari yang lalu..

    Tragedi yang sudah saya tutup rapat-rapat kemarin terkuak lagi. Semua gara-gara Kang Yayat yang nulis status di FB. Di status itu Kang Yayat dengan ‘semena-mena’nya menayangkan resep asinan yang diambil dari majalah wanita online. Yang membuat saya makin trauma ketika membaca isi resepnya. Disana saya menemukan bahan yang menurut saya tidak wajar. Disana tercantum:

    200 gr ubi merah, kupas, iris tipis

    Bentar.. bentar.. maksudnya ubi yang bagaimana ini.. kenapa ubinya cuma dikupas trus diiris tipis. Saya curiga jangan-jangan ubi ini nantinya dimakan mentah sama seperti yang pernah saya rasakan 5 tahun lalu..

    5 tahun itu bukan waktu yang sebentar lho, tapi kenapa selama 5 tahun itu ubi ini tetap masuk dalam daftar bahan asinan? Lebih mengenaskan lagi ubi itu diramu dalam kondisi mentah! wkwk..

    Adakah yang spesial dengan ubi ini?
    Tidak kah lebih baik ubi ini diganti dengan bahan yang lebih sopan dimakan mentah?hehe..
    Atau bahan ini sengaja ditambahkan sebagai garnis asinan?

    Mungkinkah ini semua hanya karena kebiasaan. Sebagai orang Jawa Timur lidah saya tidak biasa makan makanan yang seharusnya dikukus dulu. Tapi saya tetap penasaran..
    Kenapa ubi masuk dalam daftar bahan asinan?
    Kenapa ubi harus disajikan mentah?
    Apakah tiap beli asinan ubi itu ikut dimakan?
    Trus bagaimana rasa makan ubi mentah?

    Ada yang bisa jawab kekepoan saya? hehe