Curahan Hati Netizen kepada Kapolda Jatim

Curahan Hati Netizen kepada Kapolda Jatim di Tulungagung kemarin berlangsung sukses. Mereka menyampaikan kendala di daerah secara apa adanya. Bapak Kapolda saat itu didampingi oleh Kabid Humas, Kombespol Argo Yuwono serta Kapolres Tulungagung dan Kapolres Trenggalek, serta pejabat Polda beserta jajarannya.

IMG_20160304_215052

“Pak, pembuatan SIM di daerah saya sulit banget. Kenapa, Ya Pak?”

Pertanyaan itu terlontar dari Netizen Tulungagung saat acara Cangkruk Netizen bersama Polda Jatim, 4 Maret 2016 di Crown Victori Hotel, Tulungagung.

IMG_20160304_212924

“Pendaftaran SIM memang sengaja di persulit supaya pengendara benar-benar memahami fungsi rambu lalu lintas” jawab Bapak Irjen Pol Anton Setiadji, Kapolda Jawa Timur.

Urusan SIM sejak dulu hingga sekarang memang jadi satu-satunya momok bagi pengendara kendaraan bermotor. Kartu identitas khusus pengendara ini begitu susah sekali didapat. Saking susahnya, banyak Calo-calo SIM berkeliaran di kantor Samsat dengan harga yang begitu selangit. Bahkan bisa 2 – 3 kali lipat dari harga normal. Tak salah bila kemudian banyak masyarakat yang memanfaatkan calo SIM untuk meloloskan penerbitan SIM.

2016-03-08_10-48-51

Baca Juga SIM C harga 400 ribu

“Kalau pembuatan SIM dipermudah, banyak kecelakaan lalu lintas. Kalau banyak korban kecelakaan, Polisi juga nanti yang disalahkan. Yang paling utama ketika akan membuat SIM adalah memahami kesadaran berlalu lintas”

Hmm.. yang disampaikan oleh Pak Anton masuk akal juga. Tujuan mempersulit SIM sebenarnya agar masyarakat memahami betul peraturan lalu lintas. Jangankan dipermudah, sudah dipersulit saja, tiap hari hampir-hampir terjadi kecelakaan lalu lintas. Ini terjadi karena masih banyak pengendara yang tidak paham benar fungsi rambu-rambu lalu lintas seperti garis markah, garis batas berhenti, tanda lampu kuning menyala, belok kiri langsung, dan belok kiri mengikuti lampu. Dan masih banyak lagi.. Tapi masalahnya, akibat persulit ini banyak masyarakat yang memanfaatkan jasa calo yang kemudian merugikan dirinya sendiri.

“Fungsi Polisi adalah penegakan hukum. Penegakan hukum seringkali memicu kebencian terhadap Polisi” ujar mantan Kapolres Ngawi dan Kapolres Banyuwangi.

Cangkruk Netizen bersama Kapolda Jatim malam itu dihadiri blogger dan penggiat social media dari berbagai kota di Jawa Timur. Antara lain Tulungagung, Blitar, Malang, Bojonegoro, Surabaya, Bangkalan, Sidoarjo, Sampang, Pamekasan, Sumenep. Tujuan acara cangkruk’an ini adalah mengenal lebih dekat antara masyarakat dengan korp baju coklat. Selama acara cangkruk’an, masyarakat dipersilakan bertanya kepada Bapak Kapolda beserta jajarannya tentang apa saja. Dengan suasana santai ditemani botol air mineral serta gorengan, acara berlangsung sederhana dan gayeng tanpa protokoler. Santai, seperti sedang ngobrol bersama sahabat.

IMG_20160304_212959

Oya, ngomong-ngomong operasi lalu lintas, Bapak Kapolda Jatim malam itu memberikan tips yang sangat berguna bagi pengendara. Yaitu tips agar tidak kena tilang Polisi. Tips ini penting lho, dan pesan Pak Kapolda, jangan bilang-bilang Polisi..

Tips agar tidak kena tilang Polisi:
(Pssstt.. jangan bilang-bilang Polisi, ya. Janji? :D)

1. Ketika dijalan tidak bawa SIM dan STNK, jangan pasang muka takut di hadapan Polisi. Apalagi muka grogi. Lempeng aja, kayak biasanya. Kayak gak merasa bersalah. Kalau grogi justru Pak Polisinya curiga. Biasa aja.. 😀
2. Begitu ketauan gak bawa SIM, buru-buru minta maaf sama Polisi. Jangan ngeyel, lebih baik mengaku salah aja. Kalau ngeyel, Pak Polisinya malah ngeluarin surat tilang, dianggapnya kita gak mau nerima kesalahan. Orang lupa manusiawi, kok. Kalau Polisinya manusawi, mereka pasti memaafkan.. bukan begitu Pak Polisi?
Kalau masih tetap kena tilang, ya nasib.. hehe..
3. Selama di jalan banyak-banyak berdoa, semoga gak ada operasi Polisi. Bilapun ketemu Polisi, semoga Polisinya baik dan manusiawi, gak gampang ngeluarin surat tilang. Lak ngono se, Rek? 😀

Banyak sekali pertanyaan dan curhatan yang disampaikan netizen kepada Bapak Kapolda Jatim, Irjen Pol Anton Setiadji. Seperti bagaimana menghadapi pemberitaan di media yang cenderung ambigu dan memancing kesalahan pihak-pihak tertentu. Seperti yang selama ini terjadi di socialmedia, hal-hal ambigu seringkali memicu viral. Sebar sana, sebar sini, tanpa mencari tau dulu kebenarannya.

Pesan Bapak Kapolda:
Mari cermati hal-hal positif dan negatif lalu konfirmasikan dengan pihak terkait

IMG_20160304_231618

Curahan Hati Netizen kepada Kapolda Jatim di Tulungagung kemarin seakan menjadi pemuas dahaga masyarakat yang selama ini takut menghadapi Polisi. Canda-canda Pak Kapolda di hadapan netizen mencairkan suasana yang awalnya terasa mencekam. Di tengah-tengah obrolan, netizen dari Tulungagung sempat memberikan hadiah berupa 2 buah buku sebagai kenang-kenangan untuk Bapak Kapolda Jatim.

IMG_20160304_231505

Begitupula Netizen juga mendapat kenang-kenangan berupa kaos Netizen Polda Jatim yang diserahkan oleh Kapolres Trenggalek dan Kapolres Tulungagung.

IMG_20160304_232754
Kapolres Trenggalek, AKBP Made Agus Prasetya, menyerahkan kaos kepada perwakilan Netizen Malang

IMG_20160304_231417
Kapolres Tulungagung menyerahkan kaos kepada Netizen Tulungagung

Hingga hampir tengah malam, ngobrol bersama Bapak Kapolda di tutup dengan sesi foto bersama. Meski sudah foto bersama, masih ada rekan-rekan yang meminta selfie bersama Bapak. Untung Bapaknya baik, mau selfie, mau ingin lanjut ngobrol-ngobrol pun hayuuuk.. 😀

IMG_20160304_232609

Cangkruk ‘kerakyatan’ Polisi dan Netizen Surabaya

Saya sering cangrukan. Cangkruk sama teman komunitas, cangruk sama penjual bakso, cangkruk sama satpam, cangkruk sama sopir angkot..

Cangkruk Netizen

Cangkruk itu seru dan menyenangkan. Tidak ada jabatan, tidak ada bawahan, semua membaur jadi satu, merakyat. Dari cangkruk biasanya muncul ide-ide brilian, menularkan aura positif pada diri sendiri dan orang lain, serta bisa menjadi alternatif memecahkan persoalan.

Tanggal 3 November 2015, Warung Kopi ‘rakyat’ Mbah Cokro menjadi tempat cangkruk Netizen bersama Kapolda. Di balut suasana santai, sebanyak 30 netizen Surabaya membaur bersama jajaran Kepolisian. Mulai dari Kapolda, Kapolres, hingga Srikandi Polisi.

Cangkruk Netizen Surabaya

Lalu, apa saja, yang di obrolkan dalam cangkruk’an, itu?

Hmm.. sebelum saya mulai ke inti obrolan, saya buka dulu, ya, sambutan yang di sampaikan Mas Akbar sebagai moderator malam itu.

“Selamat malam, dan selamat datang kepada Bapak Kapolda, Irjen. Pol. Anton Setiadji…..”

Tiba-tiba Pak Anton meralat, “Mas jangan panggil Irjen. Panggil Anton saja. Kalau malam saya bukan Polisi. Di sini kita sama-sama rakyat biasa”

“Nyeeesss..” adem dengarnya 😀

Kapolrestabes, 'Menir' Yan (kiri) dan Kapolda Anton Setiadji
Kapolrestabes, ‘Menir’ Yan (kiri) dan Kapolda Anton Setiadji

Kekeliruan itu membuat suasana cangkruk menjadi riuh oleh tepuk tangan. Kami tidak lagi seperti pejabat publik dengan warga biasa. Apalagi tempat duduk kita juga sama, duduk di atas bangku bambu. Seketika kegiatan ini menjadi semacam cangkruk persahabatan. Bagi saya, inilah esensi cangkruk sebenarnya.. 🙂

Seperti yang pernah saya tulis di postingan 5 jam bersama Polisi, Pak Anton adalah Kapolda baru di Jawa Timur. Sebagai ‘warga baru’ Surabaya, Pak Kapolda bersama jajarannya ingin mengenal dekat dengan warga Surabaya, salah satunya cangkruk bersama netizen.

Mengapa harus netizen?
Karena netizen dianggap sebagai warga yang selalu jujur dalam mengungkapkan sesuatu di media sosial. Netizen dianggap cocok mewakili masyarakat untuk menyampaikan uneg-unegnya.

Sesuai konteks, Pak Anton ingin mendengarkan keluh kesah yang dirasakan masyarakat Jawa Timur, khususnya Surabaya, tentang kinerja polisi selama ini. Pak Anton melihat polisi belum sepenuhnya dekat dengan masyarakat. Begitupun masyarakat juga belum memahami seluk beluk kinerja kepolisian.

“Saya memahami banyak Polisi brengsek sehingga menjatuhkan citra Polisi itu sendiri. Oleh karena itu agar saling mengenal satu sama lain, mari kita cangkruk bersama..”

Cangkruk’an malam itu memberikan inspirasi baru untuk saya, juga kepada para netizen. Polisi yang selama ini di-cap ‘suka nilang pengendara’ (dan sikap buruk lainnya sehingga menurunkan citra Kepolisian) punya niat baik untuk memperbaiki diri.

Sebagai institusi pengayom masyarakat, Polisi juga turut berpartisipasi revolusi mental yang dicanangkan Presiden. Sebaliknya, sebagai masyarakat kita juga harus mendukung niat baik ini. Caranya dengan tidak mengajarkan anak-anak bahwa Polisi adalah institusi yang harus di takuti. Anak-anak harus diajari untuk mengenal Polisi dalam citra yang baik. Apabila ada Polisi yang bertindak ‘kasar’, jangan segan-segan melaporkan, karena laporan warga dapat menjadi masukan untuk kinerja Polisi yang lebih baik.

Dalam cangkruk malam itu, Bapak Kapolda menerima banyak kritikan berkaitan kinerja Polisi dari netizen. Meski begitu beliau tetap menjelaskan secara gamblang sehingga netizen puas mendengarnya. Suasana menjadi lebih guyub lantaran Pak Anton menyampaikan jawaban dengan gaya humor. Kontan saja warung Mbah Cokro dipenuhi candaan meriah.

Suasana Cangkruk Netizen dan Kapolda di Warung Mbah Cokro. Penuh kerakyatan...
Suasana Cangkruk Netizen dan Kapolda di Warung Mbah Cokro. Penuh kerakyatan…

Tidak sendiri, Pak Kapolda juga mengenalkan anggota jajarannya, mulai dari Kapolrestabes, Dir. Narkoba, Dir. Lantas, Kabid Humas, dan tak ketinggalan, Pak Kasatserse ‘wangi’ yang malam itu jadi jujugan Emak-emak Blogger diajak ber-selfi haha..

Pak Yan Fitri, Kapolrestabes yang akrab di panggil Menir oleh para Srikandi, menyampaikan bahwa situasi kota Surabaya sangat kondusif. Masyarakatnya tidak mudah terpancing terhadap hal-hal yang memicu perselisihan. Kondisi seperti ini sangat membantu kepolisian dalam menekan angka kriminalitas di Surabaya.

Malam itu Pak Yan Fitri juga mengenalkan Srikandi Polisi kepada para netizen. “Selama ini Polwan dianggap sebagai faktor pendukung, dan pembentukan Srikandi Polisi berfungsi untuk mengakomodir masyarakat.”

Srikandi Polisi
Srikandi Polisi

Kehadiran Srikandi Polisi di tengah-tengah kami membuat suasana cangkruk menjadi lebih terang. Kepiawaian Srikandi di tunjukkan kepada netizen, seperti ketika bagaimana menangkap pelaku kejahatan. Pokoknya keren, deeh..

Mas Dito ngapain tutup muka, belum diapa-apain wkwk
Mas Dito ngapain tutup muka, belum diapa-apain wkwk

Pak Kapolrestabes sempat menyinggung kantornya yang sekarang di gunakan sebagai museum sejarah. Museum sejarah ini sudah di buka untuk umum, lho.. jadi bagi warga Surabaya yang ingin mengenal lebih banyak sejarah perjuangan kota Surabaya dipersilakan berkunjung ke museum ini. Gratis!

Acara cangkruk malam itu di tutup dengan foto bersama dan selfi-selfian. Biar adil dan semua kebagian frame, selfinya pakai si Tombol Narsis alias Tomsis hehe.. Terima kasih Pak Anton yang sudah menemani cangkruk. Semoga masih ada kesempatan cangkruk-cangkruk di lain hari. Saya ucapkan Selamat bertugas kepada anggota Kepolisian Jawa Timur. Merdeka! 😀

Supaya semangat saya kasih bonus foto Emak-Emak bersama Pak Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, Takdir Matanette, yang katanya.. hm.. Polisi wangi hihi..

Ehem! :D
Ehem! 😀