Bu Risma dan kota seribu taman

Kalau di Jakarta ada Pak Jokowi, maka di Surabaya saya bangga punya Bu Risma (Tri Rismaharini)

Sosok Ibu Walikota yang memiliki gaya kepemimpinan unik ini dalam 3 tahun jabatannya sedikit banyak telah sukses mengubah wajah kota Surabaya.

Walau namanya mungkin tak setenar Jokowi tetapi bagi warga Surabaya, khususnya pasukan kebersihan, sosok Bu Risma sangat di hormati dan di segani. Pembawaannya sederhana, suka ceplas-ceplos, murah senyum tapi juga punya hobi marah-marah. Bagi yang pernah dan sering bekerja di bawah kepemimpinan Bu Risma, mendengar Bu Risma marah adalah hal biasa. Dan itu salah satu upaya untuk menyelesaikan masalah.

Saya punya 2 orang dekat yang bekerja sebagai petugas kebersihan kota. Dan dari mereka lah saya bisa menulis ini disamping melakukan pengamatan sendiri juga melalui media cetak atau digital. Tinggal saya kait-kaitkan saja.

Meskipun suka ceplas-ceplos, namun Bu Risma tak main-main denga kata-katanya. Jika ada proyek atau saluran jalan yang tak kunjung selesai dan dirasa cukup mengganggu keindahan kota, Bu Risma akan secepat mungkin cari tau dan sesegera mungkin meminta mereka menyelesaikannya. Sejak sebelum menjadi Walikota hingga menjadi  walikota, Bu Risma memang menonjol dalam kebersihan jalan, saluran air/sungai juga kecantikan kota. Sepertinya sudah sesuai bidangnya, Bu Risma yang seorang lulusan S2 Manajemen Pembangunan Kota di ITS ini, selama karier di pemerintahan, beliau pernah menjabat: Kepala Seksi dan Tata Guna Bappeko Surabaya (1996), Kepala Dinas Pertamanan dan Kebersihan (2005-2008), Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (2008-2010) yang kemudian membawa beliau pada Partai Politik.

Meskipun di awal-awal Bu Risma enggan untuk menjadi Walikota tetapi mau tak mau Bu Risma berangkat juga. Itu karena hasil survei yang sempat di syaratkan oleh Bu Risma. Syarat yang diajukan adalah Jika survei atas dirinya tidak mencapai angka 20% maka Bu Risma enggan jadi walikota. Kenyataannya survei menunjukkan angka 22%.

Di usung oleh PDIP, Bu Risma di sandingkan dengan Walikota sebelumnya, yakni Bambang DH. Karena sudah menjabat selama 2 periode yang seharusnya Bambang DH tidak boleh menjabat lagi, maka di jadikanlan Bu Risma sebagai posisi walikota.

Meski selama pemilukada berjalan lancar, kenyataanya Bu Risma mendapat batu sandungan. Antara lain, belum 1 bulan menjabat, Bu Risma akan di lengserkan oleh DPRD Surabaya. Dan bahkan dalam pelengseran itu, PDIP sebagai partai pengusungnya juga masuk menjadi salah satu partai yang ikut melengserkan Bu Risma. Meski akhirnya gagal di turunkan. Sebaliknya, kini PDIP memberi perhatian penuh kepada Bu Risma atas kesuksesannya memimpin kota Surabaya.

Tak berhenti sampai di situ, Kini Bu Risma masih di uji dengan menjadi pemimpin tunggal kota Surabaya. Sebab, sejak  mencalonkan diri menjadi Cagub Jatim, Bambang DH telah mengundurkan diri menjadi wakil walikota sejak April lalu. Dan hingga kini belum juga ada penggantinya.

Kini kota Surabaya telah berubah wajah. Kota yang dulunya terkenal panas dan debu, menjadi asri dan segar. Pepohonan hijau tumbuh di mana-mana memayungi jalanan Surabaya. Juga taman-taman nan indah yang mempercantik kota membuat siapa saja betah berada di luaran. Di tangan Bu Risma, Surabaya memiliki tempat wisata gratisan yang bisa di kunjungi oleh siapa saja juga kapan saja.

Dan harapan saya sebagai warga Surabaya, semoga masih ada sosok Bu Risma lain yang mampu mengimbangi kinerja beliau sehingga jika di akhir masa pemerintahannya nanti Surabaya tetap menjadi kota terbersih dengan seribu tamannya.

Bu Risma tangannya di bebat karena patah
Bu Risma tangannya di bebat karena patah

 

Referensi: Majalah Detik