Pengalaman ke Bromo naik motor lewat Pasuruan
Nekat!
Begitulah keputusanku saat Kang Yayat ngajak jalan ke Bromo.
Beberapa hari terakhir Kang Yayat ngajak ke Bromo. tapi karena kondisi cuaca yang setiap hari hujan dan tidak memungkinkan untuk berangkat akhirnya rencana mundur-mundur terus.
Tanggal 23 lalu saya SMS Kang Yayat gimana rencana jalan ke Bromo, kapan bisa direalisasikan mumpung cuaca sedang cerah ceria, dan Kang Yayat jawab nanti saya kabari kalau jadi.
Akhirnya malam jam 9 tepat malam Mauludan Kang Yayat ngajak berangkat saat itu juga! Ya sudahlah tak masalah. Alhamdulillah cuaca juga sedang bersahabat sehari itu hujan tidak turun. Toh waktunya juga belum terlalu larut seandainya ngejar Sunrise masih nututlah, sedangkan perjalanan Surabaya Bromo via Pasuruan gak sampai 4 jam-an.
Kami janjian bertemu di Taman Bungkul jam 12 tet. Sengaja milih di Taman Bungkul karena Kang Yayat mau nunjukin rute perjalanan. Saya sebagai pendamping ngikut saja sama yang punya gawe 😀 . Sebelumnya Kang Yayat punya rencana ingin melalui 2 rute berbeda yaitu jalur Tumpang – Ranu Pane –Bromo, lalu pulangnya lewat Tosari Pasuruan.
Sebetulnya saya belum pernah lewat Tumpang dan belum tau medannya seperti apa, sedangkan 2 kali perjalaan ke Bromo dulu rute yang saya lewati adalah Tosari Pasuruan dan Probolinggo.
Tapi malam itu rencana diubah oleh Kang Yayat, berangkatnya lewat Pasuruan lalu pulangnya lewat Tumpang. Ya sudah ngikut sajalah..
Di perjalanan saya sempat tanya-tanya ke orang, maklum saya lupa-lupa ingat rute Pasuruan. Sudah 7 tahun lalu soalnya saya lewat sini dan juga kondisi malam gelap jadi gak seberapa ingat jalan yang harus dilewati.
Ditambah lagi sesampai di Pasuruan Kota ada acara Maulud Akbar yang jalannya ditutup jadi makin bingung aja nyari jalan alternatif. Beruntungnya ada banyak orang lalu lalang sehingga gak bingung nanya orang disitu.
Hanya ada 1 kebingungan yang saya alami disini yaitu Pom Bensin!
Beat yang saya naiki isinya Cuma full 10 ribu sedangkan jarak menuju Tosari masih 30 kiloan dan menanjak pula. Ya ada sih yang jual bensin eceran tapi suasana malam begitu, sungkan aja kalau harus ngetok rumah orang.
Sempat pula kami kesasar. Jalan yang harusnya belok saya ambil lurus aja (Sebetulnya bisa aja lewat lurus, jalan itu juga bisa mengarah ke Bromo tapi nantinya naik lewat Probolinggo). Alhasil kami bertanya lagi sama orang, untunglah jam 2 dinihari itu kami masih menemukan rumah terbuka dengan penghuni yang duduk-duduk diluar rumah. Dan disana kami mendapat wejangan bahwa naik ke Tosari malam-malam begini tidak bagus, jalannya rawan, apalagi Cuma 2 motor aja. Kami disarankan lewat Probolinggo atau lewat Tumpang.
Sengaja saya menolak lewat Probolinggo karena saya tau bagaimana medannya. Dan kalau lewat Tumpang itu berarti kita harus jalan lagi jauh, balik ke Pasuruan kota trus lewat Malang.
Kang Yayat sudah mau ngajak balik aja tuh lewat Tumpang saat duduk-duduk nunggu di sebuah warung. Bayangin aja 3 jam duduk di warung dan dikasih tontonan sinetron ind*siar yang bikin eneg otak.
Heran aja sama otak ini sudah tau ceritanya aneh begitu tapi kok ya bisa-bisanya jiwa dan pikiran ini terbawa ke alur yang gak bener. Masih aja ikut deg-degan lihatnya. Jangan-jangan ini film dikasih pelet supaya banyak yang nonton. Masak iya sih ada majikan takut sama pembokat. Malah si pembokat mau dikasih berlian pula sama majikan supaya tutup mulut. Dan lagi mau-maunya si Titi Kamal, Teddy Syah dan Tommy Kurniawan main difilm begituan #penting banget# 😀
Setelah 2 jam-an terbawa esmosi, akhirnya kami putuskan untuk selesai sholat Shubuh berangkat. Pokoknya yakin aja gak ada apa-apa dijalan, meskipun sama pemilik warung diminta berangkat jam 6. Lha kalau jam 6 baru naik, sampai pananjakan bisa jam 9, trus dapat apa kita disana..
Dan Alhamdulillah kami tidak menemui kendala apa-apa. Kami sampai di Pananjakan sekitar pukul setengah 8 berbarengan dengan jip-jip yang turun. Suasana Pananjakan juga sudah sepi. Tapi sst.. kita juga gak ditarik karcis lho soalnya portalnya sudah dibuka, jadi kita santai aja lewat. Asiik.. hihi..
Tumpang Surabaya
Baliknya, sesuai rencana kami melewati Tumpang. Rute ini perasaan lebih jauh dibanding lewat Pasuruan. Di rute ini kami harus melewati lebarnya lautan pasir dan dipaksa menikmati cantiknya bebukitan. Lihat gunung yang berdiri tepat didepan mata rasanya seperti melihat gundukan pasir raksasa. Nyata baget pokoknya! Untungnya pasir-pasir itu kesat banget habis kena air hujan jadi gampang dilewati gak harus ngepot-ngepot.
Medan yang dilalui juga lumayan naik turun berkelok. Sayang jalanannya bukan aspal tapi semacam cor-coran gitu dan banyak rusak disana-sini jadinya ya ngoyo-ngoyo dikit. Tapi yah sama ngoyonya lah kalau lewat di Pasuruan dan Probolinggo.
Malah saya sempat lihat ibu muda gendong bayi jalan ditanjakan sendirian. Rupanya si Bapak sudah duluan naik sambil bawa motor! “Aduh, Bu gak capek apa, kasian bayinya, Bu”. Saya aja yang gak bawa apa-apa yang bolak-balik turun karena tanjakannya yang tinggi rasanya sudah ngos-ngosan.
Tapi memang sungguh pemandangannya cantiiik banget!
Hawanya adem. Di kanan kiri ada kebun kol. Trus dari jauh kelihatan terasiring sawah yang bagus banget. Ditambah lagi kabutnya yang tebal. Sempat ada insiden rem motor yang saya naiki blong. Mana jalanannya belum datar sempurna masih ada banyak tanjakan naik turun yang harus dilalui. Kami lalu berhenti sebentar. Barangkali remnya kepanasan atau apa karena motor matic kan hanya mengandalkan rem.
Setelah berhenti sejenak sambil memakai jas hujan karena tiba-tiba gerimis turun, rem motor saya akhirnya bisa berfungsi lagi.
Di jalur Tumpang ini juga banyak pohon apel. Saya perhatikan dihampir setiap rumah memiliki 1 sampai beberapa pohon apel. Woww enaknya… kalau pengin makan tinggal petik aja, kan hehe..
Dan kami tiba di Surabaya pukul 4 lebih di sore keesokannya. Jadi kalau dibilang 2 harian kami tidak tidur! Dan saking lamanya duduk diatas motor p*ntat ini rasanya seperti kotak hihi..
Oke saya kasih lihat petanya:
- Dari Pasuruan: Naik ke Wonokitri sekitar 30 km. Dari Simpang Dingklik kita bisa pilih mau naik ke Pananjakan sekitar 14 km menanjak atau turun langsung ke lautan pasir.
- Dari Probolinggo: Lewat Sukapura lalu turun ke lautan pasir. Kalau langsung ke Bromo lebih dekat tapi kalau ingin ke Pananjakan maka harus lebih dulu melewati pasir itu lalu naik menuju ke Panajakan. Konon rute probolinggo ini adalah rute favorit yang dilewati pengunjung. Barangkali rute favorit bagi pengguna mobil pribadi karena dari sini bisa menyewa jip menuju Pananjakan. Kalau naik motor kayaknya nggak banget deh kapok sama pengalaman yang sebelumnya, malam-malam harus dorong-dorong motor melewati lautan pasir 😛
- Tumpang: Oke saya akui bahwa rute ini memang paling menarik diantara yang lainnya. Di Rute ini kita bisa menikmati indahnya kawasan wisata gunung yang berjejer dengan indahnya, bukit-bukit hijau yang disebut bukit teletubbies, padang rumput yang eloknya gak karu-karuan! Dan kalau mau juga kita bisa mampir ke Ranu Pane yang jaraknya tinggal sedikit sekitar 6 km. Tapi ya begitu naik motor ke rute ini bagusnya di musim hujan karena pasirnya keset. Kalau di musim panas, pasirnya kering pastinya akan susah dilewati dengan motor khusus kota-kota. Bisa-bisa 2 hari baru nyampe rumah hihi.. Dan lagi rute ini ternyata lebih jauh jaraknya ketimbang lewat Pasuruan.
Ini nih foto-foto lengkapnya, Semua foto ini diambil dari jerih payah Kang Yayat 🙂
NB: Per Desember 2012 Mobil pribadi dilarang masuk ke lautan pasir Bromo. Bagi pengguna mobil pibadi bisa nyewa Jip. Dengan Jip ini penyewa bisa memilih tempat unik, Bromo – Pananjakan, Bromo – Pananjakan – Savana, atau Bromo – Savana
Bagi pengguna motor diharapkan hati-hati karena jalan tanjakan dari lautan pasir menuju Pananjakan berubah menjadi beton halus serta tikungan tajam, maka Waspadalah! kata Bang One 😀
*Map diambil dari www.gunungbromo.indonesiatravel.biz