ngeteng-surabaya-palembang
Piknik

Perjalanan Ngeteng dari Surabaya ke Palembang melalui jalan darat, seru dan asyik!

Perjalanan Ngeteng dari Surabaya ke Palembang melalui jalan darat yang kemarin saya lalui itu benar-benar penuh sensasi. Selama 3 hari terombang-ambing dari bus ke bus. Naik Ferry, bus lagi, terakhir naik mobil.

ngeteng-surabaya-palembang

Saya pikir ini keputusan bagus, kapan lagi bisa menjelajah pulau di Indonesia yang tersambung pulau-pulau kalau nggak melewati jalan darat. Satu-satunya yang saya cemaskan adalah menghadapi calo pelabuhan. Dah, itu aja.

Berawal dari diskusi dengan Melly Feyadin yang janjian ngeteng bareng dari Surabaya ke Palembang melewati jalan darat, kami akan mulai bertemu di Jakarta.

Rencana awal kami adalah naik Damri Jakarta – Lampung kemudian lanjut travel Lampung – Palembang. Hitungan ini lumayan praktis, tinggal duduk manis di mobil. Tapiii.. semua rencana itu gagal karena saya gagal ngejar jadwal keberangkatan Bus Damri.

Ya udah, di perjalanan diputuskan Melly tetap lanjut naik Damri, saya ngeteng sendirian.

Saya berangkat dari Terminal Purabaya dengan bus Tiara Mas jam 5 sore tanggal 20 November 2018. Tiba di Terminal Pulogebang, Jakarta, keesokan hari jam 9.30.

Menurut info, dari Terminal Pulogebang ada bus yang langsung ke Merak. Tapi karena saya harus ngejar Damri yang sudah dipesan, saya milih ngebut dengan ojek ke Pool Damri, Gambir.

Bagian ini, sih, yang lumayan drama. 10 menit yang mengubah segala jadwal perjalanan saya. Tapi gapapa, anggap ujian perjalanan. Meskipun ditinggal Damri, saya sudah menyiapkan opsi lain, yaitu naik bus kota dari Terminal Senen ke Merak. Sayangnya, jurusan ini tidak ada. Pilihannya saya harus naik bus dulu ke Terminal Kalideres, kemudian naik bus lagi ke Merak. Beklahh, perjalanan ngeteng saya mulai!

Perjalanan Ngeteng dari Surabaya ke Palembang melalui jalan darat

Rencana perjalanan awal ngeteng dari Surabaya ke Palembang melalui jalan darat antara saya dan Melly seperti ini:

– Surabaya- Pulogebang, Jakarta berangkat jam 17.00 – 09.00 Rp. 230.000,-
– Bus Damri Jakarta – Lampung berangkat jam 10.00 – 19.00 Rp. 160.000,-
– Kereta Api dari Sta. Tanjung Karang, Lampung – Sta. Kertapati berangkat jam 21.00 06.15 Rp. 150.000,-

Tetapi, akhirnya menjadi panjang seperti ini:

– Surabaya – Pulogebang, Jakarta berangkat jam 17.00 – 09.30 Rp. 230.000,-
– Terminal Pulogebang – Terminal Senen gojek Rp. 48.000,-
– Terminal Senen – Terminal Kalideres Rp. 4.000,-
– Terminal Kalideres – Terminal Merak berangkat jam 13.00 – 16.30 Rp. 25.000,-
– Terminal Merak – Pelabuhan Merak naik ojek Rp.10.000,- (jaraknya 300 meter, bisa jalan kaki)
– Pelabuhan Merak – Pelabuhan Bakauheni Rp. 15.000, tiba jam 19.00
– Pelabuhan Bakauheni – Kalibalok, Lampung Rp. 30.000,- tiba jam 22.25.
– Kalibalok – Jakababaring Sport Center, Palembang Rp. 200.000,-tiba jam 05.30

Bersikap baik dengan sekitar

Selama perjalanan Surabaya – Palembang tak ada dalam bayangan saya bertemu orang jahat. Meski sopir gojek, sopir bus kota, dan penumpang di sebelah saya bercerita ganasnya preman terminal dan calo pelabuhan.

Untuk menyiasati hal tersebut, saya berupaya komunikatif dengan mereka. Saya katakan saya dari Surabaya dan baru pertama kali jalan ke Lampung. Mereka cukup membantu saya. Seperti saat di terminal Senen, Pak Gojek sengaja nungguin sampai saya mendapatkan bus dan baru pergi setelah bus saya sudah jalan meninggalkannya.

ngeteng-surabaya-palembang

Selanjutnya di Terminal Kalideres menuju Merak. Pak sopir sangat baik memantau saya. Saat saya mau turun dari terminal Merak, Pak sopir mencarikan saya barengan yang sama-sama nyebrang Ferry ke Lampung.

Alhamdulillah ditemukan dengan ibu-ibu yang baik tapi sangat judes kalau ada calo mendekat. Sesuai saran Pak sopir bus, saya disuruh ngikuti si ibu terus sampai ke Lampung. Si ibu naik Ferry saya disampingnya. Si Ibu turun Ferry saya lari di belakangnya. (Ibu ini jalannya cepat, lempeng aja jalan sampai saya kepontal-pontal ngejar dia, haha).

Bagian terngeri adalah saat turun dari Pelabuhan Bakauheni. Langit sudah gelap, keluar dermaga, calo bus dan travel sudah berdiri baris menghadang. Buru-buru ibu menuju bus kota jurusan terminal Rajabasa. Mengikuti gaya Ibu, saya diam aja saat dideketin calo. Baru terasa lega setelah duduk di dalam bus yang full music settingan volume maksimal dengan puteran lagu dangdut pantura.

Saat itu saya merasa beruntung. Berdekatan dengan orang baru. Capek dan lapar sama sekali tidak terasa di tubuh. Seharian saya tidak sempat makan, karena begitu turun dari bus saya langsung kepikiran pindah ke bus jurusan baru. Sebenarnya ketika bus nunggu penumpang, bisa aja saya beli makanan dibungkus. Tapi kalau ingat koper yang sudah masuk bagasi, saya gak berani turun-turun lagi.

Batal nginep di Lampung

Jam 7 malam, Melly WA posisinya sudah di Sta. Tanjung Karang, Lampung. Sejak di kapal saya sudah mengikhlaskan tidak naik kereta karena waktu yang terus kejar-kejaran. Saya memutuskan mencari opsi sendiri gimana cara agar sampai ke Palembang. Toh, sudah sampai daratan Sumatera ini.

Ternyata memang tidak mudah. Kondisi malam, suasana daerah gelap, pilihan kendaraan satu-satunya yang paling potensial adalah travel.

Opsi saya adalah turun di Terminal Rajabasa, lanjut lagi naik bus ke Palembang. Bayangan saya terminal Rajabasa seperti Purabaya yang selalu ada bus 24 jam. Namun menurut cerita orang-orang, mereka lebih menyarankan saya turun di Kalibalok trus lanjut naik travel atau bus Lorena. Apalagi saya perempuan sendirian. (Kalibalok adalah nama daerah, di sini ada persimpangan dan menjadi tempat berkumpulnya kendaraan travel).

hotel-nyaman-di-palembang

Ditengah menyusun strategi itulah Melly telepon dan ngajak nginep semalam di Lampung. Melly sengaja membatalkan perjalanan kereta api ke Palembang dan memilih nungguin saya di Lampung.

Namun rencana nginep itu batal karena Melly mendapat tawaran mobil pribadi yang digunakan untuk mobil travel dengan tujuan Palembang. Kami putuskan ambil opsi ke 2. Biar sampai Palembang cepat dan segera istirahat. Dari situlah saya tidak jadi turun terminal Rajabasa, tapi minta turun di Kalibalok tempat mobil travel menunggu.

Kendaraan Lintas Sumatera ‘Anti Rem’

Kalau ingat bagian ini saya mesam-mesem terus. Gimana ndak ngelus dada kalau sopirnya mengendarai kecepatan tinggi. Sekalinya nginjek rem penumpangnya dibuat terlempar hingga berkali-kali kepala kejedut kaca mobil, haha..

Pun, saat melewati tikungan tajam, sopir lempeng aja ngegas, whang-wheng.. whang-wheng.. kayak jalan punya sendiri. Ya, walaupun kondisi jalan sepi, tapi kalau kemudian pas di tikungan tajam pas-pasan sama truk buesar dan kesenggolan apa nggak Innalillah?

Untung malam itu saya ngantuk parah. Pasrah aja ‘diapa-apain’ Pak Sopir. Begitu turun dari mobil baru terasa kepala benjol semua haha..

Ternyata benar omongan ini, “selihai-lihainya sopir Pantura, jauh lebih lihai sopir Lintas Sumatera” haha.. saya sudah merasakan terbang naik mobil rasa pesawat!

Berburu Hotel di Palembang

Menutup perjalanan ngeteng dari Surabaya ke Palembang melalui jalan darat, saatnya kini berburu hotel nyaman di Palembang.

Yang namanya senang, capek itu tidak begitu terasa. Hanya saja, setelah perjalanan darat 3 hari saya kangen berat dengan yang namanya kasur. Bawaannya pengen rebahan aja ngeluruskan pinggang.

Setelah istirahat sejenak di Masjid, sambil leyeh-leyeh, saya mencari hotel nyaman di Palembang. Daripada susah payah geret-geret koper, saya cari aja melalui website pemesanan hotel PegiPegi.

hotel-nyaman-di-palembang

Tidak susah ternyata mencari hotel di Palembang. Di website PegiPegi terdapat banyak sekali daftar hotel dari yang biasa sampai yang terbaik. Setelah baca-baca fasilitas, saya putuskan memesan di Wyndham Opi Hotel Palembang. Hotel ini nyamaan banget. Berkelas bintang 5 namun harganya tak kalah dengan yang bintang 3.

Lokasi hotel ini berdempetan dengan Opi Mall. Praktis, malam tidur, siangnya ngelayap ke Mall, hehe..

Perjalanan Ngeteng dari Surabaya ke Palembang melalui jalan darat sungguh luar biasa. Destinasi wisatanya keren-keren, terutama perkampungan di tepian sungai Musi; Kampung Kapitan dan Kampung AlMunawar. Indonesia itu indah, ayo buktikan!

27 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *