Investasi industri pariwisata
Piknik

Pariwisata Indonesia menunjukkan tren positif, investasi menjanjikan atau rakyatnya senang ‘healing’?

“Healing yuuuk, healing..” ajakan yang setiap tahun tidak pernah absen. 2 Tahun lalu ke Jogja, tahun kemarin ke Bali, tahun ini ke Jogja lagi. Belum yang destinasi tipis-tipis, rekreasi berbayar 25 ribuan pun dilakoni. Apakah ini pertanda industri pariwisata Indonesia mengalami kemajuan pesat atau DNA rakyatnya yang senang jalan dan jajan? Hehe..

Sejak istilah healing dikaitkan dengan aktivitas liburan dan jalan-jalan, perjalanan tour semacam rutinitas yang wajib dilakoni. Meskipun dana pas-pasan, rekreasi menjadi semacam kebutuhan wajib. Apalagi dalihnya ‘ikut nggak ikut wajib bayar’. Makin susah nolak, kan? Aturan tidak tertulis yang biasanya berlaku untuk suatu komunitas.

Suasana Pantai Slili. Kampung wisata yang dilengkapi fasilitas penginapan, restauran, kamar mandi

Tren jalan-jalan rombongan saya lakoni sejak Covid mereda. Sejujurnya saya lebih senang jalan sendiri tetapi apa daya ajakan bertubi-tubi membuat saya melanggangkan badan bersama teman-teman, bersendau gurau, karaoke bersama di dalam bus berkapasitas 50 seat. Saya akui fasilitas transportasi pariwisata sekarang bagus-bagus. Tampilannya cakep, kursinya mewah yang dilengkapi dispenser dan cooler box, serta perangkat karaoke. Tour Leadernya asik-asik. Supirnya seakan paham kapan harus jalan, dan kapan harus berhenti di rest area.

Itu sebabnya, jaman sekarang rekreasi bukan tentang destinasi tapi tentang kegembiraan hati

Destinasi Baru Sedot Angka Kunjungan Wisata. Tertarik Investasi?

Lagi-lagi, tren pariwisata menampilkan konsep baru. Ada destinasi yang menjual keunikan lokal, namun banyak juga yang mengadaptasi destinasi luar negeri seolah-olah pengunjung yang datang vibesnya seperti sedang di negara lain. Untuk menarik minat pengunjung, dibuatnya totalitas tanpa batas. Yang penting kan devisanya masuk ke daerah dan negara menikmati keuntungannya. Masyarakat bergerak, ekonomi merangkak, kantong rakyat semarak.

Aneka jajanan khas Jogjakarta untuk oleh-oleh

Tak menutup mata, ketika ada destinasi baru, kawasan bangkit sendiri. Penginapan bermunculan, ada lahan parkir, produk lokal bertebaran, pertokoan merebak, tak ketinggalan toilet umum. Hal-hal inilah yang diharapkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia atau BKPM RI melalui lamannya bkpmri.id.

Melalui lamannya https://bkpmri.id/, visi BKPM RI mengelola layanan investasi nasional melalui manajemen pelayanan penanaman modal yang efektif dan efisien dan berorientasi pada layanan prima dengan tugas pokok dan fungsi adalah merumuskan dan menetapkan kebijakan di bidang investasi dan hilirisasi, koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang investasi dan hilirisasi, pengkajian dan pengusulan perencanaan penanaman modal nasional.

Kaitan industri pariwisata dengan permodalan diharapkan ada sinkronisasi dari segi akomodasi, transportasi, atraksi dan rekreasi. Ah, jadi ingat bulan lalu ketika berkunjung ke pantai Slili dan Hutan Pinus Pengger Jogjakarta masyarakat sekitar menjual petualangan berwisata jeep dengan mengunjungi beberapa destinasi sekitar seperti Puncak Becici, Bukit Lintang Sewu, Pinus Mangunan, Jurang Tembelan, dan lain-lain dengan aktivitas jeep off road lumpur, off road sungai, sunset dan sunrise.

Budaya Senang ‘Healing’ Bikin Semriwing Industri Pariwisata

Industri pariwisata sangat kompleks. Di Indonesia ada beberapa daerah yang hidupnya bergantung pada sektor pariwisata. Sebuah anugerah yang patut disyukuri karena Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah. Tinggal komitmen pemerintah daerah melalui kolaborasi lintas sektor mengembangkan infrastruktur di wilayah tersebut.

Jaman digital seperti sekarang rasanya tak sulit melakukan promosi pariwisata. Selama dikembangkan dengan konsep yang menarik dan pelayanan yang baik, tidak sulit menarik kunjungan wisata. Banyak sekali kesempatan investasi di industri pariwisata antara lain:

Investasi Langsung meliputi akomodasi seperti pembangunan penginapan dan rumah makan
Investasi Kuliner berdirinya restoran serta produk kuliner lokal, juga makanan khas untuk oleh-oleh
Investasi Transportasi menyediakan jasa transportasi, kendaraan shuttle, penyewaan kendaraan
Investasi Atraksi dan Rekreasi menciptakan konsep yang sedang disukai masyarakat seperti arena berfoto, taman wisata, taman bermain, museum, situs atau kawasan sejarah
Investasi Layanan seperti penyediaan jasa foto, jasa pemandu wisata, penyewaan kendaraan, jasa penyewaan baju adat yang sekarang sedang dilakukan oleh Jogjakarta di area Malioboro, Kota Lama Semarang, dan Kota Lama Surabaya.

Tidak hanya senang rekreasi, masyarakat kita juga senang belanja dan jajan itulah mengapa banyak toko oleh-oleh bertebaran. Kerjasama pegiat pariwisata, sopir bus, dan pemilik usaha menjadi faktor utama kuliner lokal dikenal masyarakat. Bahkan di kawasan Malioboro, hampir tiap malam semua toko dipenuhi pengunjung. Lihat saja toko Bakpia yang parkirannya selalu penuh dengan kendaraan, mulai dari roda dua hingga roda delapan.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah kunjungan wisatawan mancanegara periode Januari – Juni 2025 sebanyak 7,05 juta yang ditengarai ada pertumbuhan positif 9,44 persen (year-on-year) yang didominasi oleh negara-negara ASEAN, disusul Asia, dan Eropa.

Sudah saatnya masyarakat menyadari bahwa Indonesia menyimpan berjuta keindahan yang layak disajikan kepada siapa saja yang datang. Ingin menjadi investor industri pariwisata dengan cara yang mudah dan murah? kunjungi destinasi negeri sendiri!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *