“Dek, masih sekolah kok merokok, nggak dimarahi orang tua?” Tanya saya pada salah satu anak lelaki yang sedang mengapit sebatang rokok diantara dua jarinya. Dia sedang bergerombol bersama teman-temannya, sementara saya sedang berdiri menunggu jemputan. Kebetulan jarak kami hanya beberapa meter saja. Mungkin pertanyaan saya membuatnya tidak nyaman, sehingga ucapan saya hanya dibalas dengan senyum.

Sejak minggu lalu, secara bertubi-tubi saya mendengar isu tentang Kota Layak Anak. Memangnya ada kota yang tidak layak anak? Sebetulnya layak atau tidak layaknya kota dengan anak, semua berawal dari keluarga. Bagaimana peran orang tua dalam memberikan perlindungan dan pengaruh terhadap anak agar pemenuhan hak anak terpenuhi.

Selama Ramadhan ini tak henti-hentinya saya mendapat penawaran diskon lebaran. Mulai email dari toko online dan marketplace hingga tetangga rumah sendiri yang datang ke rumah sambil membawa tester kue kering dan segala macam aksesoris penghantar Hari Raya. Nikmatnya, semua menjanjikan harga murah disertai diskon besar-besaran!

Aktifitas belanja online di bulan Ramadan makin semarak saja. Nggak hanya berhenti sebatas discount, tetapi sudah merambah pada kegiatan atraktif yang bertabur keuntungan.

Bulan Ramadhan sudah dekat, semua orang antusias menyambutnya. Tetangga saya, Ibuk-Ibuk, sudah rame bahas masakan khusus buka dan sahur. Malah ada yang tanya resep nastar enak segala. Sementara di pusat perbelanjaan, rata-rata atrium dipenuhi atribut muslim seperti mukena, pakaian muslim, lengkap dengan aksesoris ibadah. Di sisi lain ada Tokopedia yang mengadakan promo Ramadhan Ekstra.

Wabah smartphone sudah menyerang semua orang di muka bumi ini. Paham, tidak paham teknologi, secara terang-terangan manusia telah menjadi pengabdi smartphone. Termasuk saya, yang menulis artikel ini hehe.. Pengabdi Setan? Kalah viraaallll..

1000 Hari Pertama Kehidupan atau yang akrab disebut 1000 HPK terus-menerus digalakkan oleh Pemerintah dalam upaya mencetak anak Indonesia yang sehat dan cerdas.

Musik bagus, suara merdu, lagunya mendayu, kalau nggak dibarengi dengan audio yang jernih, kayak-kayak gimana gitu. Di kuping terdengarnya aneh. Gatel, tapi gak bisa digaruk. Meskipun nggak punya darah seni, tapi kuping ini nggak bisa diajak bohong. Lagu enak dan gak enak itu relatif, walau sama-sama gak bisa dirasa. Tapi kuping bisa mendeteksi mana audio yang ’empuk’, yang hentakan musiknya merasuk ke kalbu, dan yang lirik lagunya terdengar dengan jelas.