Menjadi Youtuber sukses

Youtube saat ini sedang naik daun. Prospeknya ke depan, sebagai social media bakal bersaing dengan akun-akun yang saat ini beredar. Seperti Facebook, Twitter, Instagram, juga Blog. Ada indikasi Youtube akan merajai social media di dunia maya.

Bagi netizen yang telah lama malang melintang di dunia maya, youtube sebenarnya bukan mainan baru. Youtube berdiri sejak tahun 2005. Namun keberadaannya justru di salip sama Facebook dan teman-temannya. Koneksi mahal dan kelancaran akses menjadikan netizen berpikir ulang saat akan mengupload videonya. Youtube pada masa-masa itu merupakan social media ‘mahal’. Selain itu dibutuhkan team kreatif untuk menciptakan sebuah video yang manis dan di minati pembaca.

Kata Kunci Rumangsamu Penak, Prista ada di peringkat atas
Kata Kunci Rumangsamu Penak, Prista ada di peringkat atas

Beberapa kali saya dengar cerita bahwa berbisnis di Youtube sangat menguntungkan. Meski belum ada ketertarikan, namun saya meyakini Youtube memiliki prospek bagus. Minimal jebolan Youtube bisa jadi artis dadakan. Masih ingat Sinta dan Jojo? Atau si Chaiya-Chaiya Polisi Norman Kamaru? Meskipun nama mereka sudah tak bersinar lagi, namun dunia tau bahwa mereka pernah jadi orang hits di negeri ini.

Di acara bincang cantik bersama Youtube beberapa waktu lalu, saya memiliki kesimpulan sendiri, bahwa pada dasarnya cara kerja Youtube sama seperti cara kerja di blog. Sama-sama membuat konten, sama-sama menggunakan kata kunci, dan sama-sama memanfaatkan tag. Perbedaannya hanya ada pada isi konten. Blog penyampaiannya dengan tulisan, sedangkan Youtube disampaikan lewat video visual.

Postingan di blog lebih menitikberatkan tulisan. Supaya tampil unik dan menarik, dipercantik dengan gambar dan video. Disini, blogger bebas kolaborasi dengan siapa saja. Menampilkan video yang disematkan dari Youtube, menampilkan foto yang disematkan dari Instagram, dan lain sebagainya.

Di Youtube, Youtuber tak boleh sembarangan ambil konten milik orang lain. Karena tampilannya visual, dimana ada kolaborasi antara pengguna dan suara/musik, maka perlu kehati-hatian agar tidak bersinggungan dengan pihak lain. Contoh sederhananya penggunaan musik latar. Kadang-kadang saat online di Youtube saya melihat video dengan latar musik lagu yang sedang hits. Jika penggunaan musik itu tanpa ijin, bisa berefek ke belakang. Untuk membantu kreatifitas Youtuber, Youtube telah memberikan fasilitas suara yang bisa diunduh gratis. Misalnya suara derit pintu, dan lain-lain.

Jika tetap ingin menggunakan copyright milik pihak lain, Youtuber boleh minta izin secara langsung dengan cara mengirim email kepada yang bersangkutan. Agar tidak ada masalah sebaiknya gunakan tanda tangan kontrak. Jika minta ijin dianggap rumit, Youtuber bisa membeli atau langganan konten musik. Jika tetap ingin menggunaka milik pribadi akan lebih baik menciptakan kreasi sendiri.

Ada banyak optimasi yang perlu dilakukan supaya akun Youtub mu tampil keren. Tentu saja semua itu memerlukan kretaivitas dalam bidang visual. Seperti pinter ngomong, pinter bergaya, dan tingkat percaya diri yang tinggi. Bahkan saya lihat ada Youtuber yang gayanya ke-PD-an banget. Tak masalah, asalkan penampilannya menghibur. Dan penonton juga terhibur.

Pernah lihat video Prista ‘Rumangsamu yo Penak?’
Saya suka lihat, sampai nontonnya diulang-ulang. Menurut saya video Prista ini sederhanaa sekali. Saya yakin Prista membuat video itu tanpa dibantu orang lain. Ia bisa menggunakan kamera HP dengan yang dibantu dengan Lampu Selfie di kamarnya. Yang menjadikan video ini menarik adalah gaya bertutur dengan logat Jawa sebagai ciri khas seorang Prista. Dan terbukti, banyak Youtuber – Youtuber yang niru gaya si Prista.

Seperti itulah. Gak perlu bikin video aneh-aneh, asal memiliki ciri khas unik. Sama seperti Blogger. Gak usah nulis dengan gaya penulis tenar, yang penting adalah tulisan itu memiliki ciri khas. Gak bagus gak papa, tapi orang suka keunikannya!

Hayoo, tetep mau jadi blogger, atau mau jadi vlogger?
Blogger dan Vlogger ajaaa… kalau sukses kan hasilnya bisa dobel-dobel.. ^^

Kombes Pol Yan Fitri Halimansyah: Jadi Polisi karena takut Polisi

“Saya sebenarnya takut, lho, Mbak, sama Polisi. Saat SD kelas 1 saya pernah di tangkap Polisi!”

Kadang-kadang sebuah impian tidak selalu berjalan sesuai cita-cita. Seperti pepatah bilang, manusia boleh berencana, tetapi Tuhan lah yang menentukan. Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Yan Fitri Halimansyah mengalami sendiri bagaimana cita-citanya menjadi seorang Camat kandas di tengah jalan.

Hmm.. jadi Camat?
Beloknya jauh bener, Pak..
Dari Camat ke Polisi? hehe

Usai meresmikan Festival Batu Akik di depan Kantor Kapolrestabes jalan Sikatan Surabaya, tanggal 23 kemarin, saya mengambil kesempatan berbincang dengan beliau di ruangan kantornya. Mumpung berhadapa, sayang kalau tidak dimanfaatkan. Dan apa yang saya lakukan? Yes, ngepoin sepak terjang beliau selama karir di Kepolisian! 😀

Malam itu di kantor Pak Yan Fitri tampak ramai. Selain saya, ada beberapa perwakilan Bonek Surabaya yang juga bertamu di kantor Bapak kelahiran Tanjung Pinang yang akrab di panggil Meneer. Ada juga istri Meneer Yan dan keluarga yang baru datang dari Jakarta.

Pak Yan1

Di sela-sela menikmati makan malam, Meneer Yan bercerita ketakutan pertamanya terhadap korps berseragam coklat. “Namanya Pak Zakaria. Saya ingat betul nama beliau. Saat itu saya di tangkap sama Abang saya karena melanggar lalu lintas. Dan baru tau setelah jadi Polisi bahwa Pak Zakaria saat itu pangkatnya Kopral.”

Ketakutannya terhadap Polisi malah membawa masa kecil Meneer Yan akrab dengan Kepolisian. Tanpa di duga Kakak Meneer Yan menikah dengan Polisi dan Meneer Yan dibawa tinggal di asrama Polisi. Mau tak mau, Meneer Yan harus berada di lingkungan Polisi. Di akhir sekolah SMA, Meneer Yan mendaftarkan diri jadi Taruna Akpol.

“Daftarnya niat apa iseng-iseng, Pak?” tanya saya kepo hihi..

“Serius, sih daftarnya. Tidak iseng tapi juga tidak niat. Pokoknya takut, aja haha..” kelakar Meneer Yan. “Gimana nggak takut, mbak, lha wong lari aja di tungguin, jadi ya pasraah aja. Lama-lama, ketakutan itu jadi pasrah dan keinginan. Tapi banyak takutnya..”

Pelajaran dari seorang Meneer Yan, bahwa sebuah ketakutan harus di lawan dengan keseriusan. Jangan mikir rejeki, karena rejeki sudah ada yang ngatur.

Setelah lulus dari Taruna Akpol, Meneer Yan mendapat tugas melanjutkan ke Sekolah Penerbang Angkatan Udara selama 2 tahun. Disanalah awal mula karir kepolisian itu di tempa. Di saat kabar bahagia lulus dari Sekolah Penerbang, Meneer Yan harus menerima kabar berpulangnya sang Kakak sehingga diusia muda Meneer Yan harus menghidupi 4 keponakan yatim. Untuk menambah penghasilan, sambil bertugas menjadi anggota Polisi, Meneer Yan nyambi dagang sapi bersama 4 orang teman se-liting. “Senin sampai Jumat saya dinas di Polisi, Sabtu Minggu saya kulakan sapi di Lampung” kisah Meneer.

Pak Yan

Saya: “Dengan kesibukan Bapak sebagai Kapolres Surabaya, apalagi sudah larut begini Bapak juga masih ngantor, bagaimana cara Bapak membagi waktu dengan keluarga?

“Istirahat saya memang kurang, mbak. Baru bisa tidur jam 2. Pagi-pagi sudah berangkat lagi. Kalau ada libur ingin menghabiskan waktu bersama anak-anak. Jalan-jalan dan nonton.”

Saat bercerita mengenai waktu, Meneer Yan mengajak saya masuk ke dalam kehidupan pribadinya. Meneer Yan bercerita bahwa waktu yang diberikan untuk anak kurang. Anak-anak Meneer semuanya anak rumahan dan mereka masih suka minta di masakin Mama, dan disuapin Papanya. Selama sekolah, Meneer Yan bahkan jarang ambil raport sekolah dan ikut rapat walimurid.

Saat dinas di Pondok Cabe, Meneer Yan pernah mengalami kecelakaan jatuh dari Helikopter di atas ketinggian 1500 feet untuk menghindari badai di sekitar Bogor. Akan tetapi Allah masih berkehendak menyelamatkan Meneer Yan dengan menjatuhkan heli diatas pohon nangka. Sayangnya heli masih dalam kondisi nyala sehingga terjatuh lagi di kedalaman. Di tengah memikirkan anak pertama berusia 3 bulan di dalam kandungan istri, Meneer Yan berusaha membantu rekannya dan menyelamatkan dirinya sendiri. Pukul 9 malam, Meneer Yan di temukan sopir taksi Citra lalu dibawa ke Samapta Mabes Polri Penerbang. Atas kejadian itu Meneer Yan sempat melakukan pemulihan selama 2 tahun lamanya sehingga batal melanjutkan sekolah ke Amerika yang seharusnya berangkat tanggal 7 Mei 1997, 12 hari setelah tragedi jatuhnya pesawat.

“Kalau sudah pensiun saya ingin jadi pengajar saja, Mbak. Naik motor berdua dengan istri ngajar sana, ngajar sini. Saya ingin ngajar pendidikan bela bangsa dan negara yang sekarang sudah dilupakan generasi muda.”

Saya: “Selama di Polisi, dimana tempat dinas yang paling berkesan, Pak?”

Tanpa berpikir, Meneer Yan menyebutkan, bahwa di Surabaya berkesan. Di Bekasi berkesan. Di Polda Metro, juga berkesan. Semua berkesan karena tiap tempat beda karakter dan beda masalah.

Saya: “Kalau di Surabaya, apa yang meninggalkan kesan di hati Bapak?”

“Surabaya banyak, Mbaak..

1. Berhadapan dengan suporter. Saya heran, kenapa di Surabaya ada 2 suporter olahraga? Saya berusaha adil dan mendekati keduanya mencari duduk permasalahan. Persebaya 1927 dan ISL. Saya prihatin dengan suporter. Mereka terpecah karena kepentingan orang tertentu. Saya harap minimal mereka saling menghargai. Saya tidak memihak siapa salah, siapa yang benar. Saya ingin duduk diantara dua pihak. Dan ternyata mereka punya hati.

2. Membuat Bu Risma menyanyi dan tersenyum. Bisa melawak, melucu, menggoda orang.
Saya: “Memangnya Bu Risma selama ini kenapa, Pak?”
Biasanya marah-maraah… hehe..

3. Melenyapkan begal dan geng motor di Surabaya. Surabaya tidak ada begal dan geng motor. Jangan sampai adik-adik jadi geng motor. Ada begal, saya penggal. Karena begal selalu sadis.

4. Kejahatan di Surabaya sangat tinggi. Walaupun sekarang masih saja ada motor ilang. Satu dua ilang, wajar namanya kota besar. Tapi kami berusaha selesaikan. Dibantu anak buah Kasatreskrim, Polsek-polsek, kami ingin kejahatan di Surabaya lenyap. Saya ingin Polrestabes Surabaya harus berbeda dengan Polrestabes yang lain karena cikal bakal Polisi ada di Surabaya.

Pesan saya kepada Polisi yang lain, kalian harus memiliki mental pejuang agar saat purna nanti kalian tidak menyesal. Mumpung masih berseragam, kalian masih boleh nyemprit orang, boleh menghentikan orang, boleh nangkap orang. Puaskan lah itu. Jangan sampai saat purna kalian tidak meninggalkan kesan apa-apa.

Masa yang berjalan akan habis. Oleh karena itu tangkap penjahat sebanyak-banyaknya. Jadi Polisi harus tegas. Tegas dalam artian melayani. Transparan. Jangan sampai tajamnya ke bawah, ke atasnya tumpul. Jadi Polisi harus bisa jadi teladan. Klo gak bisa memberikan teladan nanti masyarakat mencontoh siapa?”

Ada banyak PR yang harus diselesaikan Meneer Yan Fitri Halimansyah sebagai Kapolrestabes di kota Surabaya ini. Namun Meneer Yan optimis bahwa arek-arek Surabaya mudah bersahabat. Bersama jajaran Kepolisian di Surabaya, Mener Yan berharap dukungan masyarakat terhadap kepolisian. Boleh takut dengan Polisi, tapi takut yang positif. Kalau masih ada yang takut melihat Polisi, saya doakan kalian semua menjadi camat haha..

Kopdar Teman Asyiiik; Dari Tas Goni sampai Komunitas KOBEL

Setelah mengikuti workshop KolaborAsyiiik bersama penggiat komunitas, keesokan hari para seniman dan pengrajin lokal bertemu dengan para blogger di Jakarta. Sebanyak 20 blogger melakukan kopi darat sekaligus membahas potensi kerajinan daerah. Alhasil, pertemuan ini menghasilkan obrolan kolaborasi yang asyiiik..

2015-11-13_06-53-57

Hampir jam satu siang saya tiba di Restoran Demang, Sarinah Plaza, tempat Kopdar Teman Asyiiik diadakan. Hujan yang sempat turun sebentar membuat suasana terasa sedikit syahdu. Di dalam Restoran Demang, para blogger dan seniman sudah berkumpul semua, dan saya masuk dengan mata terbelalak. Lihat kanan, lihat kiri, semuanya laki-laki!

Aseemmm.. blogger yang datang semuanya laki-laki.. perempuannya hanya dua, saya dan Neng Biker. Oh Maiii.. saya bak perawan terperangkap di sarang penyamun.. haha..

Untung penyamunnya baik-baik. Begitu masuk saya langsung mengenali wajah-wajah yang selama ini akrab di Facebook. Sebaliknya, mereka juga sok akrab gitu senyum-senyum ma saya.. *nyeleb dikit, boleh* wkwk

KolaborAsyiiik seniman dan pengrajin daerah

Sebelum mulai acara semua yang di sana harus mengenalkan diri kemudian dilanjutkan sesi makan siang. Selanjutnya para seniman tampil satu persatu memperkenalkan produk andalannya.

1. Bang Ipul, Pengrajin Topi Bambu dari Tangerang

2015-11-13_06-47-43

Produk Kerajinan Topi Bambu Tangerang ada beberapa macam, diantaranya topi, tas, piring, sepeda, hingga rumah bambu. Sampai saat ini pemasaran produk bambu sudah merambah ke pasar luar negeri, terutama Asia, seperti India dan Jepang. Banyaknya peminat produk bambu di luar negeri, kini Komunitas Bambu berinisiatif untuk ‘Mem-bambu-kan dunia’

2. Mas Nanang, Pengrajin batu dari Mojokerto

Kerajinan Batu yang di produksi Mas Nanang lebih banyak berupa patung. Untuk memproduksi kerajinan ini, Mas Nanang menggunakan batu andesit. Pemasaran kerajinan batu banyak di pesan dari Bali.

2015-11-13_06-47-57

2015-11-13_06-52-52

3. Mas Mursito, Kerajinan Ikat dari Blitar

Selama ini blangkon hanya dikenal di Yogja dan Solo, tapi ternyata Blitar juga punya kerajinan ikat. Keunikan ikat blangkon dari Blitar adalah cara ngikatnya. Dan gak sembarangan, ada filosofinya lhoo..

2015-11-13_06-48-11

4. Abah Iwan ‘Goni’, Kerajinan Goni dari Sukabumi

Ini yang lebih dari sekedar unik. Abah Iwan datang dari Sukabumi menunjukkan kreasinya yang dibuat dari bahan karung goni. Seperti Tas, Gelang, ikat pinggang, topi, hingga rompi.

2015-11-13_06-48-56

5. Pak Tri Suryanto, Komunitas Reog dan Jaranan Surabaya

Diantara Kesenian di Indonesia, reog merupakan salah satu seni yang mahal. Mahal dalam arti sebenarnya, yaa.. Gimana nggak mahal kalau bulu merak dan kepala macannya aja harganya bisa tembus 1 M! M, asli.. bukan M-beeerr 😀

2015-11-13_06-50-12

Seperti yang kita lihat saat pertunjukan reog, properti pertunjukan reog sangat banyak. Selain reog-nya sendiri, ada jaranan, pecut, dan lain-lain. Belum penari yang jumlahnya puluhan. Untuk sekali pertunjukan, Pak Tri mematok harga Rp. 5 juta untuk sekali tampil.

Banyak yang salah mengira, bahwa sebenarnya tujuan kesenian reog adalah menyampaikan pesan moral. Jadi bukan mistiiik..

6. Mas Fathul Huda, Komunitas Batik Pekalongan

Dalam dunia perbatik-an, kota Pekalongan adalah rajanya. Salah satunya kain Batik legendaris Jumilah Kedung Wuni.

2015-11-14_07-34-51

2015-11-13_06-50-28

7. Pak Daryanto, Komunitas Sandal Bandhol dari Purwokerto

Sandal Bandhol yang di perkenalkan oleh Pak Daryanto ini terbuat dari ban, sodara. Model-modelnya bagus dan unik. Kalau beli sandal Bandhol dijamin awet, gak mudah putus.

2015-11-13_06-52-28

Komunitas Kobel

Ternyata, ya, kopdar Bapak-bapak blogger lebih runyam suasananya haha. Gak ada mati ketawa. Ngakak teruuuss.. malahan ada sesi foto-fotoan dan obralan. Khas Bapak-bapak, semua mau dibeli, dan semua maunya muraaah..

2015-11-13_06-49-19

Untuk mengenal lebih dekat dekat para seniman, Mas Karel sebagai host siang itu membuat grup-grup kecil dimana para blogger diberikan waktu ngobrol bersama mereka. Tidak hanya ngobrol, blogger dan seniman ini diharapkan dapat berkolaborasi dan saling memberikan masukan agar kerajinan lokal membudaya. Jangan sampai kerajinan asli Indonesia yang sudah susah payah di bangun kemudian di akui negara lain. Biasanya, sih, kalau ada pengakuan baru kitanya heboh. Iya nggak sih? Hihi.. Nah, makanya, mulai sekarang hayuuk lah kita saling mencintai produk dari negeri sendiri. Hayuk menghargai kesenian daerah yang uniknya tak terbantahkan.

2015-11-13_06-52-01

2015-11-13_06-50-57

Dalam kopdar Teman Asyiiik kali ini, para Bapak-bapak Blogger mendirikan komunitas baru dimana anggotanya laki-laki semua. Sebelum palu di gedok, mereka urun rembug nama komunitas yang akan di usung. Ada yang menyarankan Komunitas Blogger Batangan, Komunitas Bapak Blogger, Komunitas Laki Lucky, dan Komunitas Blogger Laki.

Akhirnya, tepat pukul 16.32, di saksikan 2 blogger cewek, salah satunya saya *ehem*, di saksikan 7 seniman daerah, di bawah rintik hujan yang mesra, akhirnya terbitlah deklarasi Komunitas Blogger Laki yang disingkat KOBEL!!! Yeayyyy… Selamaattt.. sukses untuk Komunitas Kobel..

2015-11-13_06-54-46

Terima kasih Komunitas Blogger Laki, semoga deklarasi ini menjadikan pertemanan antara blogger dan seniman semakin kuat. Begitupula potensi kesenian dan kerajinan lokal ikut berkembang di kancah nasional dan internasional. Untuk Sampoerna Kretek terima kasih telah mendukung acara positif ini, semoga tahun-tahun selanjutnya pertemanan ini tetap berlanjut menjadi persahabatan 🙂

Sek-sek.. numpang narsisi, Reek 😀

2015-11-13_06-55-02

Cangkruk ‘kerakyatan’ Polisi dan Netizen Surabaya

Saya sering cangrukan. Cangkruk sama teman komunitas, cangruk sama penjual bakso, cangkruk sama satpam, cangkruk sama sopir angkot..

Cangkruk Netizen

Cangkruk itu seru dan menyenangkan. Tidak ada jabatan, tidak ada bawahan, semua membaur jadi satu, merakyat. Dari cangkruk biasanya muncul ide-ide brilian, menularkan aura positif pada diri sendiri dan orang lain, serta bisa menjadi alternatif memecahkan persoalan.

Tanggal 3 November 2015, Warung Kopi ‘rakyat’ Mbah Cokro menjadi tempat cangkruk Netizen bersama Kapolda. Di balut suasana santai, sebanyak 30 netizen Surabaya membaur bersama jajaran Kepolisian. Mulai dari Kapolda, Kapolres, hingga Srikandi Polisi.

Cangkruk Netizen Surabaya

Lalu, apa saja, yang di obrolkan dalam cangkruk’an, itu?

Hmm.. sebelum saya mulai ke inti obrolan, saya buka dulu, ya, sambutan yang di sampaikan Mas Akbar sebagai moderator malam itu.

“Selamat malam, dan selamat datang kepada Bapak Kapolda, Irjen. Pol. Anton Setiadji…..”

Tiba-tiba Pak Anton meralat, “Mas jangan panggil Irjen. Panggil Anton saja. Kalau malam saya bukan Polisi. Di sini kita sama-sama rakyat biasa”

“Nyeeesss..” adem dengarnya 😀

Kapolrestabes, 'Menir' Yan (kiri) dan Kapolda Anton Setiadji
Kapolrestabes, ‘Menir’ Yan (kiri) dan Kapolda Anton Setiadji

Kekeliruan itu membuat suasana cangkruk menjadi riuh oleh tepuk tangan. Kami tidak lagi seperti pejabat publik dengan warga biasa. Apalagi tempat duduk kita juga sama, duduk di atas bangku bambu. Seketika kegiatan ini menjadi semacam cangkruk persahabatan. Bagi saya, inilah esensi cangkruk sebenarnya.. 🙂

Seperti yang pernah saya tulis di postingan 5 jam bersama Polisi, Pak Anton adalah Kapolda baru di Jawa Timur. Sebagai ‘warga baru’ Surabaya, Pak Kapolda bersama jajarannya ingin mengenal dekat dengan warga Surabaya, salah satunya cangkruk bersama netizen.

Mengapa harus netizen?
Karena netizen dianggap sebagai warga yang selalu jujur dalam mengungkapkan sesuatu di media sosial. Netizen dianggap cocok mewakili masyarakat untuk menyampaikan uneg-unegnya.

Sesuai konteks, Pak Anton ingin mendengarkan keluh kesah yang dirasakan masyarakat Jawa Timur, khususnya Surabaya, tentang kinerja polisi selama ini. Pak Anton melihat polisi belum sepenuhnya dekat dengan masyarakat. Begitupun masyarakat juga belum memahami seluk beluk kinerja kepolisian.

“Saya memahami banyak Polisi brengsek sehingga menjatuhkan citra Polisi itu sendiri. Oleh karena itu agar saling mengenal satu sama lain, mari kita cangkruk bersama..”

Cangkruk’an malam itu memberikan inspirasi baru untuk saya, juga kepada para netizen. Polisi yang selama ini di-cap ‘suka nilang pengendara’ (dan sikap buruk lainnya sehingga menurunkan citra Kepolisian) punya niat baik untuk memperbaiki diri.

Sebagai institusi pengayom masyarakat, Polisi juga turut berpartisipasi revolusi mental yang dicanangkan Presiden. Sebaliknya, sebagai masyarakat kita juga harus mendukung niat baik ini. Caranya dengan tidak mengajarkan anak-anak bahwa Polisi adalah institusi yang harus di takuti. Anak-anak harus diajari untuk mengenal Polisi dalam citra yang baik. Apabila ada Polisi yang bertindak ‘kasar’, jangan segan-segan melaporkan, karena laporan warga dapat menjadi masukan untuk kinerja Polisi yang lebih baik.

Dalam cangkruk malam itu, Bapak Kapolda menerima banyak kritikan berkaitan kinerja Polisi dari netizen. Meski begitu beliau tetap menjelaskan secara gamblang sehingga netizen puas mendengarnya. Suasana menjadi lebih guyub lantaran Pak Anton menyampaikan jawaban dengan gaya humor. Kontan saja warung Mbah Cokro dipenuhi candaan meriah.

Suasana Cangkruk Netizen dan Kapolda di Warung Mbah Cokro. Penuh kerakyatan...
Suasana Cangkruk Netizen dan Kapolda di Warung Mbah Cokro. Penuh kerakyatan…

Tidak sendiri, Pak Kapolda juga mengenalkan anggota jajarannya, mulai dari Kapolrestabes, Dir. Narkoba, Dir. Lantas, Kabid Humas, dan tak ketinggalan, Pak Kasatserse ‘wangi’ yang malam itu jadi jujugan Emak-emak Blogger diajak ber-selfi haha..

Pak Yan Fitri, Kapolrestabes yang akrab di panggil Menir oleh para Srikandi, menyampaikan bahwa situasi kota Surabaya sangat kondusif. Masyarakatnya tidak mudah terpancing terhadap hal-hal yang memicu perselisihan. Kondisi seperti ini sangat membantu kepolisian dalam menekan angka kriminalitas di Surabaya.

Malam itu Pak Yan Fitri juga mengenalkan Srikandi Polisi kepada para netizen. “Selama ini Polwan dianggap sebagai faktor pendukung, dan pembentukan Srikandi Polisi berfungsi untuk mengakomodir masyarakat.”

Srikandi Polisi
Srikandi Polisi

Kehadiran Srikandi Polisi di tengah-tengah kami membuat suasana cangkruk menjadi lebih terang. Kepiawaian Srikandi di tunjukkan kepada netizen, seperti ketika bagaimana menangkap pelaku kejahatan. Pokoknya keren, deeh..

Mas Dito ngapain tutup muka, belum diapa-apain wkwk
Mas Dito ngapain tutup muka, belum diapa-apain wkwk

Pak Kapolrestabes sempat menyinggung kantornya yang sekarang di gunakan sebagai museum sejarah. Museum sejarah ini sudah di buka untuk umum, lho.. jadi bagi warga Surabaya yang ingin mengenal lebih banyak sejarah perjuangan kota Surabaya dipersilakan berkunjung ke museum ini. Gratis!

Acara cangkruk malam itu di tutup dengan foto bersama dan selfi-selfian. Biar adil dan semua kebagian frame, selfinya pakai si Tombol Narsis alias Tomsis hehe.. Terima kasih Pak Anton yang sudah menemani cangkruk. Semoga masih ada kesempatan cangkruk-cangkruk di lain hari. Saya ucapkan Selamat bertugas kepada anggota Kepolisian Jawa Timur. Merdeka! 😀

Supaya semangat saya kasih bonus foto Emak-Emak bersama Pak Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, Takdir Matanette, yang katanya.. hm.. Polisi wangi hihi..

Ehem! :D
Ehem! 😀

Sudahkah Anda Menjadi Pekerja yang Cerdas?

Banyak orang bekerja orientasinya untuk mendapatkan gaji, karena dari uang gaji tersebut mereka dapat melangsungkan hidup. Ingatlah bahwa semakin lama harga kebutuhan semakin naik, tak di pungkiri bahwa beberapa diantaranya mencari pekerjaan tambahan agar bisa bertahan di tengah situasi krisis seperti saat ini. Selain kerja kantoran, ada beberapa yang melakukan pekerjaan berdasarkan hobi, seperti penulis, pelukis, musisi atau pekerjaan seni lainnya.

Namun dari semua jenis pekerjaan yang ada, tak semuanya bisa menjadikan orang cerdas melakukan pekerjaannya. Ada aspek lain sehingga mereka merasa tidak nyaman bekerja. Seperti misal, melakukan suatu pekerjaan yang tak sesuai dengan passion. Apa yang dirasakan di dalamnya, selain tidak betah biasanya ada rasa kurang puas atas hasil yang dicapai. Hal ini sebenarnya sudah menunjukkan bahwa kalian harus segera mencari bidang yang lainnya. Bekerja cerdas bisa dimulai dari hal-hal berikut ini:

● Menggunakan waktu seefektif mungkin. Berilah target pada setiap pekerjaan yang akan Anda lakukan, misalnya dalam 3 jam semua laporan harus selesai atau sejenisnya, dengan begitu kalian bisa mengukur kemampuan diri. Lumayan bukan, jika ada sedikit waktu luang yang tersisa untuk bersantai, namun meskipun ada sistem kejar tayang tetap perhatikan keakuratan 100%.

● Banyak belajar dari kesalahan. Ada yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik, jadi sekali melakukan kesalahan memang tak masalah, namun jangan terus diulangi. Pendidikan juga tak hanya bisa didapatkan dari lembaga formal saja melainkan juga non formal artinya lebih banyak dari pengalaman, tak masalah Anda belum menamatkan bangku pendidikan namun sudah bekerja, karena suatu saat nanti pasti ilmu yang didapatkan akan berguna untuk kedepannya.

● Membangun koneksi dan sumber daya. Bekerja sudah pasti melibatkan berbagai orang dari beragam kalangan, jenis pekerjaan yang nyaman bukan hanya yang senang ditempatkan menyendiri, tetapi bagaimana kalian bisa nyaman menjalin relasi dengan orang lain, semakin banyak relasi sebenarnya memudahkan Anda di dalam meminta bantuan jika sewaktu-waktu ada yang diperlukan, kalian yang banyak koneksi juga tak perlu sungkan saat memutuskan untuk berhenti kerja dan mencari tempat lain.

● Mengetahui kelebihan dan kelemahan diri sendiri. Setiap orang memiliki 4 daerah di dalam dirinya, diantaranya adalah daerah buta, gelap, terang dan daerah dimana orang lain bahkan diri sendiri pun tak tau.

Daerah terang dan gelap dimana kita bisa mengetahui kelemahan dan kelebihan diri sendiri. Caranya dengan sering mencoba dan menyuruh orang lain menganalisis potensi yang kita miliki. Mengenal potensi memungkinkan kamu untuk bekerja sesuai dengan passion.

● Mencari jalan pintas. Yang dimaksudkan sebagai jalan pintas bukan dengan menghalalkan segala cara untuk meraih tujuan, melainkan mencari jalan tercepat dan termudah untuk menyelesaikan pekerjaan, seiring dengan kemahiran yang dimiliki. Hal-hal semacam ini pasti bisa ditemukan sendirinya.

Cerdas dan bekerja akan menambah pengalaman dan membuatmu semakin pintar. Jangan salah karena semua bidang usaha ternyata membutuhkan pemikiran yang brilian, bahkan seseorang yang hanya mengandalkan tenaganya sekalipun.

Penjual Sapu

Lihat saja beberapa diantaranya yang pasti tak akan mau bekerja tanpa ada upah yang sepadan. Menengok gaji pegawai bank yang kiranya cukup besar, tak sebanding dengan pekerjaanya yang hanya duduk diam, melayani konsumen dalam ruangan ber-AC. Namun tahukah kita bahwa mereka juga memiliki konsekuensi saat terjadi kesalahan hitung. Bbekerja di bidang ini juga memiliki resiko tinggi yang berhubungan dengan tindak kejahatan.

5 Jam bersama Polisi

Apa yang muncul di benak kita saat melihat Polisi Lalu Lintas? Kalau saya, sih, biasa-biasa. Selama gak berbuat salah di jalan, cuek aja. Kecuali pas melintas di jalan besar gak bawa SIM lalu ada operasi Polisi, baru deh ngeper haha. Belum dapat giliran periksa, di kepala sudah membayangkan bakal pulang bawa surat tilang. Emang salah, mau ngeyel? 😀

Dulu saya punya pengalaman jadi korban pemalsuan dokumen sehingga tempat kerja saya di rugikan puluhan juta rupiah. Kebetulan transaksi pelakunya sama saya. Atas kejadian itu saya harus bertanggung jawab penuh dan berurusan dengan Polisi. Mau lapor kemana lagi, hal seperti ini, kan urusannya memang sama Polisi. Masa mau lapor ke ke dukun? 😀

Bos saya sudah lepas tangan, gak mau ngurus perkara begini ke Polisi. Bos merasa lapor Polisi adalah pekerjaan sia-sia dan menghabiskan waktu serta biaya. “Lapor Polisi, bayar berapa?” tanya Bos saya waktu itu. Saya kaget. Bayar apa, wong lapor Polisi gratis 😀

Selama seminggu saya ngejar pelaku, Polisi selalu ada dibelakang saya. 3 orang Polisi yang setiap hari membantu saya, melindungi saya dari beberapa arah. Meskipun akhirnya gak berhasil tapi sudah mengubah mindset saya, bahwa tidak semua Polisi ‘nakal’.

Mungkin banyak teman-teman disini yang punya pengalaman dengan Polisi. Pengalaman menyenangkan, misalnya dibebaskan dari hukuman denda tilang. Atau pengalaman menyebalkan, dijebak Polisi yang muncul tiba-tiba dari balik semak-semak dan minta menepikan motor kemudian mengeluarkan surat tilang. Padahal kita nggak merasa bersalah. Kalaupun salah, mestinya masih bisa di toleransi. Matematika aja punya teori toleransi hehe..

Contoh kasus biasa terjadi di masyarakat, pengendara tidak memakai helm pengaman berkualitas menerobos putar balik arah yang bukan pada tempatnya. Iya, kejadian begitu memang salah. Tapi ada alasan mengapa pengendara melakukan kesalahan. Siapa tau pengendaranya sedang buru-buru istrinya mau melahirkan anak pertama. Kalau Polisi baik, justru hal seperti itu menjadi kewajiban mereka untuk mengantarkannya ke Rumah Sakit. Namanya juga buru-buru, berbuat salah secara refleks itu wajar, jangan malah di tilang. Kecuali kalau masyarakat nekat melanggar aturan. Itu harus ditindak tegas.

“Orang berbuat salah di sengaja, dengan orang berbuat salah tidak di sengaja, kelihatan kok. Dan sebagai Polisi mestinya bijak memahami hal seperti ini. Kalau ada Polisi ujug-ujug nilang dengan alasan tidak jelas, Polisi seperti ini harus dilaporkan. Percayalah itu semua perbuatan Polisi brengsek!”

Ucapan ini bukan saya lho yang bilang. Tapi Pak Anton Setiadji sendiri hehe, sang Kapolda Jawa Timur, yang baru di lantik bulan September, saat ngobrol dan cangkruk bareng di Cafe Rolag. Pertemuan 5 jam itu, dimulai dari jam 9 hingga saya pamit jam 2 pagi (mengaku kalah, mata udah ngantuk berat :D) membahas segala hal yang berhubungan dengan kinerja Polisi.

Polisi

Sebagai Kapolda, Pak Anton memahami bagaimana kinerja Polisi selama ini yang mengaku sebagai Pengayom Masyarakat, tetapi tidak menunjukkan sikap seorang pengayom. Banyak anggota Polisi yang masih menampakkan wajah ‘sangar’nya di mata masyarakat. Sebaliknya, orang tua kerap menjadikan Polisi sebagai objek yang harus di takuti. “Ayo, belajar, kalau gak belajar nanti di tembak sama Pak Polisi” hal-hal seperti yang kemudian membentuk mindset anak-anak selalu takut sama Polisi.

“Untuk mengenal Polisi, maka jadilah Polisi. Tidak bisa jadi Polisi, ikutlah patroli Polisi” Anton Setiadji, Kapolda Jatim, 29 Oktober 2015, Cafe Rolag Surabaya.

Ada banyak hal tentang Polisi yang tidak diketahui masyarakat. Masyarakat sendiri yang selama ini banyak kecewa dengan sikap Polisi juga wajib menyampaikannya secara langsung. Langkah ini menjadi terobosan Kapolda Jatim yang berencana mengumpulkan netizen Jawa Timur, khususnya Surabaya, untuk dapat menyampaikan aspirasinya secara langsung terhadap Kepolisian. Semoga dalam waktu dekat pertemuan netizen dengan Kepolisian dapat terlaksana.

Langkah kedepannya, Kepolisian ingin membuka jalan untuk netizen yang ingin melihat dan merasakan sendiri bagaimana rasanya menjadi Polisi. Misalnya ikut Patroli Polisi, Merasakan mengatur lalu lintas bersama Polisi, Merasakan sendiri mengurai kemacetan jalan dengan Polisi, bahkan kalau ada yang ingin ikut menangkap penjahat, bisa lho ikut Polisi.

Semoga apa yang di rintis Pak Kapolda bisa memperbaiki kinerja Kopolisian di Jawa Timur dan kota Surabaya sebagai bentuk partsipasi revolusi mental.

Jadi Tengu

Ada yang tau hewan Tengu?
Saya tidak tau, makanya saya tanya haha..
Maklum belum pernah lihat Tenguu.. Mungkin saja pernah papasan di jalan, karena saya dan Tengu belum kenalan, jadi nggak saling sapaan 😀

Jalannya Tengu kayak gimana, sih? Trus suaranya seperti apa? Aktifitasnya di dunia nyata ngapain aja? Maaf ya kalau pertanyaannya rombongan. Males googling wekeke..

Pada waktu sesi Fun Games acara Blogger Camp kemarin tim saya pusing mikirin gaya Tengu berjalan. Makin ruwet gimana niru suaranya Tengu. Ya, wajarlaah.. kami memang bukan bangsa Tengu haha..

Entah gimana awalnya tiba-tiba muncul ide kasih nama tim Tengu. Tim lainnya ada yang Semut, Kingkong, Singa, dan tim saya, Tengu! Jauh bangeet.. yang lain sangar-sangar, kami malah pakai nama Tengu!

Mas Frenavit bilang, Tengu gak ada suaranya. Aktifitasnya diam. Di apa-apain, ya tetep diam. Kayaknya Mas Frenavit paham benar, ya, gimana gaya Tengu. Mungkin dia mantan anak Tengu hihi..

Dan barusan saya googling, ternyata Tengu adalah binatang kecil berkerabat dengan Laba-laba. Ukuranya hampir sama seperti Kutu. Kebiasaan Tengu kalau menggigit memunculkan rasa gatal hebat. Tau nggak dimana Tengu suka bertengger? Di kulit bagian tubuh yang vital! Astagaa.. kecil-kecil tak tau diri bener si Tengu ini.. 😀

tengu
si nakal, Tengu.
Gambar dari www.wikipedia.com

Ketika instruktur minta niruin kita gaya Tengu, kami ber 8 seketika ancang-ancang gaya pelawak Gogon. Kaki dimajukan satu, tangan bersedekap, dan kepala menunduk. Diam semua. Sampai Mas instrukturnya bingung haha..

Seru ikut Fun Games di The Pines. Baru kali ini saya puas main sambil lari-lari berjoget dangdut. Semua peserta berdiri melingkar, tidak boleh gandengan, dan nurut apa kata instruktur. Persis anak Pramuka Siaga main-main sambil ngemil jajanan 90an..

Materi Fun Games yang di lontarkan instruktur cukup membuat saya tegang. Terutama tegang di bagian pipi. Aduuh.. ngakak gak habis-habis. Sampai tertawa nangis-nangis.

Jadi, sesi mainan sengaja dibuat agar seluruh Blogger Camp mengenal dekat satu sama lain. Tidak ada geng-geng-an. Yang kenal sama yang tidak berbaur jadi satu. Tidak ada hukuman, kalaupun ada yang kena hukum disuruh joget Sakitnya tuh disini 😀

Fun Games di sambung Flying Fox. Seruuu..!
Fun Games di sambung Flying Fox. Seruuu..!

Permainan di awali berdiri melingkar lalu berjalan mutar sambil joget. Saat ada aba-aba “Cari teman ber 2” artinya saya harus mencari teman satu lagi. Sudah itu joget lagi. Ada aba-aba, “cari teman ber 5” satu sama lain royokan membentuk tim 5 orang, begitu seterusnya. Jadi gandengannya ya gak mungkin 4 L, alias Lo Lagi Lo Lagi 😀

Terakhir baru lah dibentuk tim 7 orang dimana mereka harus kompak satu sama lain. Yang gak kompak kena hukuman rame-rame. Pokoknya asik lah.. jarang blogger bisa kumpul-kumpul begitu. Makasih Blogger Camp.. kemasan acaranya menarik sangaat..

Puas main 2,5 jam, terakhir adalah pemenang tim terbaik. Hadiahnya apa? Dapat piala doong.. Piala berupa Nanas Sunpride! Haha..

Sebelum berkemas-kemas kembali ke Surabaya, kami antri naik tangga Flying Fox. Eh, asik juga ternyata ya main flying fox. Bisa terbang lama..

Halo Super Tengu???
Krik.. krik.. krik..

Ini Video gaya si Tengu: