Category: Cerita Yuni

  • SIM C harga 400 ribu

    Kejadian ini saya alami tahun 2008.

    Gara-gara capek kucing-kucingan sama polantas yang sering operasi dadakan di tikungan jalan di Surabaya, akhirnya suami saya menyerah membuat SIM baru lagi. SIM lamanya yang keluaran Kabupaten Magetan tidak bisa diperpanjang lagi karena KTP yang sekarang sudah berganti menjadi KTP Jakarta. Jadilah kami mudik ke Jakarta sekaligus mengantar suami membuat SIM baru.

    Berbekal pengetahuan sangat minim tentang tata cara pembuatan SIM, kami berdua berangkat ke tempat pembuatan SIM di bilangan Jakarta Barat. Maklum waktu saya membuat SIM melalui calo jadi tidak tau tahapan-tahapannya. Tau-tau datang melakukan sesi foto diri, besoknya SIM sudah jadi. 

    Berangkat pagi-pagi dari rumah. Oleh mertua di pesan supaya kami ngurus melalui calo. Bayar lebih mahal gak papa asal SIMnya bisa selesai hari itu juga. Dari pada ngurus jalur sendiri, meskipun biayanya lebih murah tapi hasilnya gambling. Bisa lulus, bisa tidak, kan?

    Turun dari angkutan umum, kami sudah di sambut oleh teriakan calo. Awalnya mereka nawari ojek masuk kedalam kantor pembuatan SIM yang jaraknya ratusan meter, tapi ujung-ujungnya mereka nawari jasa pembuatan SIM C dengan harga Rp. 550.000.

    Saya kaget dong, mahal amat… secara saya bikin di Surabaya melalui calo tarifnya hanya Rp. 275.000. Dua kali lipat dari calo Surabaya.  Eh lupa ya, ini kan Jakarta..

    Rembug punya rembug, kami memutuskan masuk dulu ke dalam ruangan untuk mencari info biaya pembuatan SIM baru. Berapa, sih, bayarnya bila tanpa calo?

    Setelah dihitung-hitung mulai asuransi, tes ini, tes itu total yang harus kami bayarhanya  adalah Rp. 125.000. Jelas kami ngiler.  Jika menggunakan jasa calo, selisih bayarnya 4x lebih mahal!

    Setelah diskusi alot, akhirnya kami memutuskan untuk ngurus SIM sendiri tanpa melalui calo. Belajar menjadi warga yang baik. Berusaha menuruti anjuran banner yang dipasang besar-besar di area loket pendaftaran. Kami mengikuti alur tahapan mengurus SIM yang tertera ditempelan kaca. Suami saya mengikuti prosedur secara baik dan benar. Harapannya supaya SIM jadi dan meyakini diri demi membuktikan kepada semua orang bahwa membuat SIM sendiri tanpa jasa calo sebenarnya bisa!

    Mulailah suami mulai melakukan pendaftaran dan tes kesehatan, yang dengan mudah dinyatakan lulus. Selanjutnya kami dihaturkan membayar asuransi. Saya sudah seneng karena asurasinya sudah kami pegang. Tinggal selanjutnya menjalani tes tulis dan tes drive.

    Sayang, tes tulisnya dinyatakan tidak lulus. Padahal Suami saya yakin sudah mengerjakan semua soal dengan baik dan benar. Tapi tidak lulus? Sedangkan dia tau dan melihat sendiri peserta ujian lain yang duduk di sebelahnya tidak mengerjakan tugasnya. Pura-pura mengerjakan, padahal tidak.

    Dengan seribu kekecewaan kami pulang. SIM yang digadang-gadang bisa dibawa pulang gagal total.

    Konon membuat SIM sendiri tanpa calo itu bisa asal mau riwa-riwi. Menurut bocoran petugas di sana dan gosip dari teman-teman, peserta yang tidak lulus tes harus ngulang lagi 14 hari kemudian. Kalau pengulangan tes selanjutnya masih tidak lulus juga, maka harus ngulang lagi dan lagi. Setelah pengulangan tes 5 kali, baru bisa dinyatakan lulus dengan selamat. Itu kata teman-teman saya. Mungkin ada teman-teman yang ingin mencoba? 😀

    Setelah gagal membuat SIM secara ‘mandiri’, beberapa bulan kemudian kami ke Jakarta lagi dan urusannya masih tetep, untuk membuat SIM. Tapi kali ini kami tidak mau coba-coba. Mau tidak mau harus melalui calo, titik. *nyerah juga akhirnya*

    Kabar gembiranya, ongkos jasa calo mengalami penurunan sangat tajam, kami diminta bayar 400 rebu saja. Walaupun masih terbilang mahal!  Senangnya, kami tidak ribet urus sana-urus sini. Bayar, tunggu beberapa menit, lalu foto. Olala, SIM akhirnya jadi dengan selamat, Horee…

    Iseng saya tanya ke petugas, kenapa gak pakai tes, jawabannya karena rombongan. O, begituuuu ternyataaa.. 😀

     

  • 4 Halaman saja..

    4 Halaman saja..

    Tidak terasa hari ini sudah tanggal 1 bulan Sya’ban, itu artinya sebulan lagi umat muslim seluruh penjuru dunia akan menyambut datangnya bulan Ramadhan.

    Di bulan Sya’ban yang penuh barokah ini, umat muslim disunnahkan untuk memperbanyak amalan, salah satunya adalah malam Nisfu Sya’ban yaitu malam pada pertengahan di bulan Sya’ban.

    Buat saya pribadi bulan Sya’ban ini adalah waktu yang tepat untuk mempersiapkan diri menyambut hadirnya bulan Ramadhan, karena dibulan Ramadhan nanti secara maraton selama sebulan penuh umat muslim digembleng untuk menambah, memperbanyak serta memfokuskan diri beribadah kepada Allah. Mulai dari puasa wajib, sholat sunnah Tarawih, hingga tadarus Al-Quran.

    Beberapa hari lalu saya pernah membaca status di Facebook, entah status dari mana saya lupa. Intinya status ini mengenai target mengkhatamkan AlQuran selama sebulan, sehingga diharapkan setiap bulan umat muslim dapat khatam Al Quran sekali.

    Susah? memang iya kalau secara teori. Apalagi bagi kaum muslimah yang setiap bulannya memiliki jatah libur. Namun saya apresiasif dan itu sangat menginspirasi saya untuk benar-benar niat ingin dapat mengkhatam Al Quran dalam waktu sebulan. Dan Alhamdulillah cara itu pelan-pelan telah saya laksanakan, hingga hari ini saya sudah sampai pada juzz 20. Pencapaian yang sangat luar biasa mengingat selama hidup saya belum pernah mengkhatamkan AlQuran dengan membacanya sendiri dari awal hingga akhir, dan bukan bergantian seperti saat khataman atau tadarusan.

    Dari status ini di gambarkan secara gamblang. AlQuran terdiri dari kurang lebih 600 halaman. Sebulan ada 30 hari. Kalau dibagi hasilnya menjadi 20 halaman. Sholat wajib umat muslin dalam sehari adalah 5 kali. Jadi kalau setelah sholat wajib saya membiasakan diri membaca Al Quran, maka sekali sholat saya membaca 4 halaman saja. Seharusnya sih gak susah ya?

    Tapi kembali lagi ke saya, kalau hitungan itu hanya di bayangkan saja tanpa langsung direalisasikan pastinya akan susah, ada aja alasannya. Seperti kalau kerja bagaimana? Kalau sedang berhalangan bagaimana? Dan kalau sedang-kalau sedang yang lainnya, yah namanya juga manusia banyak maunya. Tapi saya gak mau memikirkan itu, pokoknya saya harus coba dulu. Yang penting niat dan kemauan. Kalaupun sekali baca gak sampe 4 halaman, yang penting dalam sehari saya harus baca Al Quran.

    Dan memang benar membaca Al Quran itu bikin candu. Kalau sedang tidak ada kerjaan 4 halaman saja terasa kurang. Untuk memantapkan hati disela-sela waktu senggang saya gunakan untuk membaca juga terjemahannya. Dari sinilah timbul keinginan saya memiliki Al Quran yang lengkap dengan terjemahannya serta bacaan tajwidnya, karena saya sering lupa 15 huruf Ikhfa yang mesti dibaca samar.

    Sepengetahuan saya ada banyak jenis Al Quran yang memudahkan umat muslim untuk membacanya, sekalipun bagi yang masih kesulitan membaca. Di toko-toko buku, di toko kitab, bahkan di toko online ada banyak tersedia berbagai macam Al Quran yang lengkap dengan terjemahan dan tajwid.

    Seperti produk dari Syaamil Quran. Produk Syaamil Quran ini sangat lengkap variannya, dan saya ingin sekali memilikinya. Teman-teman muslim bisa memilih jenis AlQuran mana yang cocok untuk digunakan sehari-hari. Ada AlQuran New Miracle 66 in 1 yang dilengkapi dengan aplikasi digital, Murottal dari beberapa Imam, E-book Tafsir Ibunu Katsir, Video dan audio bermanfaat, serta banyak panduan ibadah sebagai pegangan sehari-hari umat muslim. Ada AlQuran Arafah yang dilengkapi Ushul Fiqih. Ada AlQuran Tajwid, AlQuran Fadhilah, dan yang terbaru serta lebih modern adalah Miracle E-Pen the Guidance yakni AlQuran tajwid yang dilengkapi dengan aneka fitu yang memudahkan umat muslim mempelajari dan memahami Al Quran secara fleksibel dan mudah dibawa.

    Salah satu produk dari Syaamil Quran
    Salah satu produk dari Syaamil Quran

    Bagi umat muslim sekalian yang di bulan Ramadhan mendatang ingin mengkhatamkan Al Quran sebagai amalan tambahan bisa mendapatkan Al Quran produk AlQuran Syaamil ini melalui media online di fanspage https://www.facebook.com/QuranCentrumStore. Via twitter juga ada silakan follow di @syaamil_quran

    Kalau umat muslim ingin mendapatkan pesan-pesan moral sebagai penyemangat dalam membaca AlQuran dalam kehidupan sehari-hari, Anda  juga bisa bergabung di fanspagenya di http://www.facebook.com/SemangatQuran atau follow @semangatquran.

    Semoga pada Ramadhan mendatang, kita semua bisa memantapkan hati melaksanakan ibadah selama sebulan penuh agar apa yang kita laksanakan dibulan Ramadhan mendatang lebih baik dari bulan sebelumnya demi mendapatkan berkah, rahmad serta ampunan dari Allah SWT. Amiin  

  • Menjadi Kondektur

    Menjadi Kondektur

    Tadi pagi iseng-iseng saya buka-buka lemari buku. Disana saya menemukan sebuah buku kenangan saat SMK dulu. Sebetulnya sih bukan buku beneran hanya berupa lembaran fotokopian yang saya kumpulkan jadi lembaran buku.

    Ceritanya dulu itu saat kelas 3 SMK saya ingin membuat sebuah buku kenangan untuk teman-teman sekelas. Karena sekolah tidak mencetak buku kenangan akhirnya saya berinisiatif menyusun sendiri dengan meminta teman-teman sekelas membuat semacam biodata pribadi masing-masing pada selembar kertas HVS. Dengan selembar HVS itu mereka boleh menulis apa saja seperti puisi, pantun, gambar atau apapun asal unik dan kreatif serta foto mereka.

    Kumpulan-kumpulan HVS itu saya fotokopi lalu saya bagikan kepada mereka.

    Tidak mudah saat itu menyuruh mereka membuat biografi. Ada saja alasannya. Katanya: “Gae opo nggawe buku kenangan?”

    Begh. Rasanya pengen aja jitak kepala mereka satu-satu, mereka baru menyadari setelah saya jelaskan fungsinya.

    Oke. Mungkin saat itu buku seperti  itu gak ada apa-apanya dan sama sekali gak penting, tapi sekarang? Setelah 13 tahun berlalu?

    Kalau saya bilang buku itu sangat-sangat sederhana sekali. Dan yang saya suka adalah kekreatifannya mereka dalam membuat goresan-goresan gambar dan puisi sederhana dengan bahasa yang sederhana pula hingga membuat saya tiba-tiba kangen ketemu mereka.

    Saya buka satu persatu halaman bergambar yang saya susun sesuai buku absen sambil tertawa baca tulisan-tulisan mereka. Foto dan nama-nama yang mereka ragkai dengan font cara mereka sendiri membuat saya kagum bahwa ternyata temanku-temanku dulu itu romantis-romantis dan pintar merangkai kata walau terkesan lebai. Namun justru kelebaian itu yang membuat saya kangen dengan masa-masa remaja.

    Hingga tibalah saatnya saya membuka halaman yang paling belakang. Sesuai abjad, nama sayalah yang selalu paling bawah sejak SD dulu. Disitu saya menulis Nama, alamat rumah (waktu itu belum punya telpon), dan beberapa coretan-coretan aneh.

    Ada satu tulisan yang tiba-tiba membuat saya kaget dan tertawa. Saya menulis begini: Sebenarnya saya bercita-cita ingin menjadi Kondektur!

    Hah?

    Kenapa saya dulu menulis begitu ya?

    Gak ada kerennya sama sekali, cita-cita kok jadi kondektur bis! 😀

    Oke, mungkin itu ungkapan polos saya waktu itu. Tapi jujur sejak dulu saya ingin sekali menjadi seorang kondektur bis.

    Iya, kondektur. Yang kerjaannya berdiri didekat pintu bis sambil naik turun jika ada penumpang akan naik atau turun. Sepertinya saya akan tampak keren dengan balutan seragam warna orange memakai tas pinggang berisi duit recehan sambil ditangan menggenggam segepok duit kertas dan segepok karcis, berjalan dari belakang ke depan minta ongkos kepada penumpang. Keren, kan?

    Saya juga akan tampak gagah mengetok-ngetok duit recehan di kaca pintu bis sambil teriak kencang, “Kiriii!!!” sebagai aba-aba supaya sopirnya berhenti.

    Sampai sekarang pun kalau melihat kondektur wanita atau kenek perempuan saya suka iri. Kenapa saya dulu gak bisa ngejar cita-cita jadi kondektur. Padahal saya pernah lho berdiri dipinggir pintu dengan kaki sebelah. Saya juga bisa nurunin penumpang terus lari ngejar bis. Narikin ongkos penumpang kemudian meluruskan uang-uang kertas saya juga bisa.

    Tapi apa kondektur itu juga termasuk cita-cita? 😀

  • Nyasar di perpustakaan

    Nyasar di perpustakaan

    Di sudut ruang pelayanan ada sebuah pintu yang menarik perhatianku. Dari kejauhan tertangkap sebuah pemandangan yang menurutku sedikit aneh, sebuah komputer dengan beberapa anak mengerubunginya serta beberapa mbak-mbak muda sedang asyik dimejanya.

    Suasana Perpustakaan Kelurahan Ngagel Rejo Surabaya

    Kucoba mendekati kusen yang pintunya terbuka lebar. Saat kulongokkan kepala ternyata dibagian kirinya terdapat jajaran buku yang berdiri rapi yang ditata menurut jenis dan golongannya pada sebuah tatakan kayu panjang bertingkat.

    Mataku terperangah takjub.

    “Silakan masuk mbak..” seru sebuah suara. Aku pun tertegun. Dan aku pun mencari sumber suara sekaligus melayangkan senyum.

    “E.. saya sedang ngambil e-KTP, mbak”

    Si mbak yang tadi memanggilku mendekati seraya menyodorkan buku besar untuk kuiisi.

    “Silakan baca-baca dulu, mbak. Boleh juga dipinjam..”

    Seketika aku tertarik untuk masuk dan ingin melihat lebih jauh tentang ruangan itu.

    Ditengah-tengah rak, beberapa anak sedang sibuk mengerjakan tugas ketrampilan diatas sebuah matras lebar. Mereka bekerja berkelompok menyelesaikan pekerjaan sekolah. Dipojokan rak bagian ilmu pengetahuan, 2 anak berseragam SMP sedang asyik mencari-cari buku. Barangkali saja mereka sedang mencari literatur.

    Melihat judul buku yang tertata apik dan rapi itu mataku seolah kalap. Rasanya ingin semuanya kulahap saat ini juga. Ingin kuraup buku-buku itu lalu segera kujejalkan kedalam gudang otakku.

    Ruangan ini begitu indah dan nyaman. Tulisan-tulisan penyemangat membaca buku yang ditulis didinding dengan font serta warna ala anak-anak membuatku sangat terkesan. Ditambah lagi fasilitas tambahan bagi pengunjung semakin membuat betah berlama-lama disana.

    Walaupun fasilitasnya terbatas (komputer 1 unit yang bebas digunakan pengunjung untuk berselancar maya serta meja besar untuk digunakan anak-anak mengerjakan tugas) namun tak mengurangi nilai sebuah perpustakaan dikelas kelurahan.

    Buku-buku yang terpajang juga beraneka rupa. Mulai buku-buku tentang UKM, hobi dan ketrampilan, ilmu pengetahuan, bahasa, agama, fiksi, majalah hingga anak-anak.

    Ruangannya pun jauh dari kesan berantakan karena di sebelah rak paling pojok terdapat sebuah ‘sampah’ buku, dimana buku-buku yang sudah dibaca harus ‘dibuang’ kesitu sehingga tidak merusak tatanan buku yang sudah berdiri di raknya.

    Setelah puas mencari-cari buku, aku pun meminjam sebuah buku milik Dee yang berjudul Filosofi kopi untuk kubawa pulang. Rupanya di perpusatakaan ini seorang pengunjung boleh membawa maksimal 2 buku untuk dibawa pulang dengan jagka waktu meminjam 1 minggu. Ongkos sewanya? Tidak ada, alias gratis! Jaminannya apa? Tidak ada jaminan apa-apa. KTP dan SIM kita aman didompet karena tak perlu ditinggal disana.

    Begitulah suasana perpusatakaan kelurahan ngagel rejo, kelurahan yang dari sejak aku kecil hingga dewasa menaungi segala data administrasi kependudukanku.  Sebenarnya sudah lama aku ingin berkunjung kesini. Karena belum ada urusan dikelurahan aku tidak serta merta masuk kesana. Padahal untuk pinjam buku diperpustakaan ini tidak hanya dikhususkan bagi warga yang sedang ‘berurusan’, tetapi sengaja dibuka untuk semua warga kelurahan yang ingin meminjam buku.

    Perpustakaan Ngagel Rejo 1

    Konon perpustakaan Ngagel rejo ini adalah perpustakaan terbaik tingkat nasional dan baru-baru ini mendapat award Nugra Jasadarma Pustaloka 2012 kategori lomba perpustakaan desa tingkat nasional dengan menyisihkan 500-an perpustakaan kelurahan se-Indonesia. Kabar ini juga aku taunya dari teman yang berdinas di perpustakaan daerah kota Lamongan Jawa Timur setelah sebelumnya aku bercerita bahwa di kelurahan ngagel rejo memiliki perpustakaan.

    Awalnya sih sempat tak percaya tapi setelah googling dengan keyword Perpustakaan terbaik nasional, ternyata memang betul.

    Dari hasil googling itu aku mendapat jawaban mengapa perpustakaan kelurahan ngagel rejo kecamatan wonokromo ini bisa meraih juara. Yaitu karena buku-buku yang dimiliki kelurahan ngagel rejo ada lebih dari 1.000 buku dan memiliki katalog serta karena memenuhi syarat administrasi  yakni adanya struktur organisasi perpustakaan.

    Dan menurut Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya Arini Pakistianingsih, yang dilansir dari situs antar jatim.com

    Perpustakaan Ngagelrejo tidak hanya telah berhasil mendongkrak minat baca masyarakat tapi turut mendorong perekonomian dan pemberdayaan masyarakt melalui pembinaan dan pengelolaan UMKM. Disamping itu, sejumlah inovasi dikembangkan di perpustakaan itu di antaranya fasilitas baca bagi penyandang tuna netra serta fasilitas belajar bagi masyarakat di Ngagelrejo. Jadi perpustakaan ini di design menjadi tempat rekreasi yang edukatif yakni sebagai tempat membaca sekaligus rumah belajar yang nyaman. Masyarakat memanfaatkan perpustakaan ini sebagai tempat belajar kedua selain di rumah mereka sendiri.

    Parkiran sepeda Perpustakaan Ngegl Rejo

    Sementara itu, Lurah Ngagelrejo Suji widodo menyatakan menyambut gembira atas penghargaan ini. Menurutnya masyarkat terbantu bisa mengembangkan usahanya dari rajin membaca. Saat ini sejumlah usaha UMKM berhasil dikembangkan mulai usaha kuliner, kerajinan hingga pada usaha padat karya. Agar minat baca semakin meningkat, perpustakaan Ngagelrejo juga menggelar kegiatan sekolah terbuka bekerja sama dengan SMPN 12 Surabaya. Dari situ minat baca terutanma anak-anak semakin meningkat sehingga semakin rajin mengunjungi perpustakaan”

    Kalau di kelurahan teman-teman bagaimana, ada perpustakaannya juga? 🙂

     

  • Bahasa Surabaya: Dino valentin

    Bahasa Surabaya: Dino valentin

    Bahasa Surabaya adalah bahasa sehari-hari yang digunakan arek-arek Suroboyo khususnya dan orang Jawa Timur pada umumnya. Walaupun terdengar seperti bahasa jawa umum , tetapi dialek dan penekanan kata pada boso Suroboyoan memiliki ke khas-an tersendiri.

    Boso Suroboyo memiliki ciri khas yang to the point atau ‘asal njeplak’. Terkesan lebay ketika menyebutkan sesuatu yang bersifat ‘banget’ seperti misalnya: banyak sekali = akeh banget (jawa)= uakeh (suroboyo), panas sekali = panas banget (jawa)=puanas (suroboyo) dsb. Juga selalu menggunakan akhiran ‘e pada kalimat yang menunjukkan kepemilikan, seperti rambutnya = rambut’e, uangnya = duik’e, bukunya = buku’e bisa juga bukune.

    Oya maaf jika saat baca nanti menemukan kata-kata kasar, bukan maksud saya menuliskan sesuatu yang kasar tetapi saya berusaha mengikuti dialek asli Suroboyo yang walaupun kasar tetapi orangnya hangat kok, *mosoookkk..* hehe

    Berikut ini adalah cerita yang saya tulis dengan bahasa Suroboyoan:

    lCFF5L3LRd14 Februari winginane, jare arek enom-enom dino Valentin. Iku lho gae ngelingno dino roso sayang. Jareno pas dino iku gae ngungkapno roso sayang mbarek wong tuo, roso sayang mbarek bojo, roso sayang mbarek konco , utowo roso sayang mbarek sir-sirane.

    Pancene ono-ono ae kok arek enom jaman saiki. Wong arep ngetokno roso sayang ae lho kok leren ngenteni setaun pisan, padal bendino yo wes mari sayang- sayangan. Lak iyo se, Rek?

    Salah sijine, Pi’i, sing latah melok-melok ngramekno dino roso sayang mbarek sir-sirane, jenenge Ning Tun. Arek enom siji iku ket jam 5 sore wes macak ngguanteng. Nggawe clono lepis, hem kotak-kotak trus rambut’e di sureni klimis. Sampek tumo ae gak iso mancik pathak’e saking lunyune rambute. Nek Pi’i mlaku ambune mak bal-bul. Wuangi!

    Karepe Pi’i dino valentin iki kudu di rayakno mbarek sir-siran. Mboh mlaku-mlaku, opo mangan-mangan. Pokok’e opo-opo kudu karo genda’ane. Ngono iku gae bukti nek Pi’i iku seneng temen mbarek Ning Tun masiyo duik nang dompet’e cekak.

    Sing penting lak perhatian’e tah duduk duit’e. Ngono lho, Rek..

    Mari muacak necis, Pi’i budhal nang omahe Ning Tun. Sak durunge budhal Pi’i wes pesen mbarek Ning Tun ojo mangan dhisek, polane arek enom iku arep ngejak mangan nang warung kalkulator taman bungkul. Rodok-rodok mbois thithik, rek, mosok valentinan nraktir mangan genda’an nang warung pojok. Arep di dekek endi raine Pi’i..

    Duik satus ewu sing disiapno gae nraktir Ning Tun disimpen nang dompet’e trus didekek nang sak mburi clono lepis’e. Ben luwih ketok parlente dompet’e di pecungulno thithik. Sopo ngerti nek Ning Tun ndelok ben tambah sayang mbarek awak’e.

    Pas wes tekan omahe Ning Tun, Pi’i njagang bronfit’e trus lungguh methangkring nang ndhukure. Prejengane pokok’e wes koyok yok-yok’o ae arek iku. Pithik ae sampek nggegek ndelok tingkahe arek lanang sing rodok koclok iku.

    Gak suwe ngenteni, Ning Tun metu tekan omahe.

    Ndelok sir-sirane macak uayu menik-menik tur semlohe, Pi’i ngadeg mbarek ngelus-ngelus rambute sing klimis iku. Mari ngguya-ngguyu isin-isinan arek enom loro lanang wedok iku budhal kota-kota.

    Biasa, rek, mosok dino valentin mek lungguh-lungguh nang omah thok. Bek’bek’e oleh sak cipok rong cipok teko Ning Tun, batin Pi’i. Pancene arek iku rodok koplak kok utek’e. Gak tepak blas! Ojo ditiru lho rek, duso koen!

    Mari tekan puter-puter Pi’i ngejak Ning Tun mlebu nang warung kalkulator sing wes ruame. Nang kono akeh arek enom, wong tuwek, lanang, wedok campur dadi siji. Pi’i mbarek Ning Tun lungguh nang salah siji dingklik kayu dowo.

    Sek tas lungguh onok arek wedok-wedok liyo melbu nang warung kalkulator iku karo ngguyu cekakaan. Ning Tun langsung mlengos ndelok dapurane arek-arek sing ngguyu gak aturan iku.

    Barang didelok tibak’e konco-konco kuliahe dewe. Langsung ae Ning Tun melok mbengok, karepe nyeluk arek-arek iku. Gak temen mari diceluk, arek wedok-wedok iku mau lungguh nang sebelahe Ning Tun. Trus melok pesen pisan.

    Pi’i sing onok nang sebelahe Ning Tun rumongso  seneng-seneng seneb. Arek sak mono akeh’e sopo sing kate mbayari, nggawe duik gambar gareng, tah? Tapi Pi’i mbidheg ae gak wani ngomong Ning Tun.

    Acara valentin sing dikiro romantis tibake seje ambek perkiraane. Ning Tun akeh ngobrol mbarek konco-koncoe. Pi’i gak direken blas. Atine Pi’i kroso mbedhodhok gak karuan.

    Mari mangan, iso gak iso Pi’i yo kudu mbayari koncone Ning Tun pisan. Mosok arep mbayar dewe lak gak enak ambek Ning Tun.

    “Kabeh satus suwidak pitu, Cak” jare mbok dhewor sing nduwe warung.

    Pi’i  klagepen. Duik nang dompet mek onok satus ewu tok. Arep nyilih Ning Tun yo isin, rek. Pi’i bingung.

    “Endi, Cak? Kabeh entek satus suwidak pitu” dibaleni maneh omongane mbarek mbok dhewor sing nduwe warung.

    “Mak, sepurane. Duikku onok mek satus ewu tok. Iso utang gak. Mene tak bayar kurangane. Temenan! Nek sampeyan gak percoyo tak tinggali KTPku gae jaminan” Jare Pi’i.

    Wong sing nduwe warung iku langsung mrengut. Bathuk’e melok mencureng pisan “Mbok pikir warung iku gaden tah, sak enak’e dewe utang! Warung iki duduk warunge mbahmu, Ngerti, kon!”

    “Iyo yo, Mak. Sepurane sing uakeh. Temenan mene tak bayar. Sumprit iku lho aku gak mbojok!”

    “Yo wes, ndang nyingkrih’o kono, gak sumbut aku ndelok prejenganmu!”

    Pi’i ngalih, prainane pringisan.

    Urusan mbayar wes beres. Pi’i langsung ngejak nyingkrih Ning Tun.

    “Cak, ndelok biskop, yok. Jarene arek-arek onok film apik. Judul’e operesen widing,  jarene mulai tayang saiki”

    Pi’i wes kadung mutung.

    Batin’e Pi’i “gak ngurus! Babahno.. bah ono film anyar, bah ono film Jeki Cen dangdutan, sing penting saiki moleh. Wong duik’e wes amblas ngene kok!”

    Tapi Pi’i gak eroh arep ngomong opo mbarek Ning Tun.

    Yo opo-yo opo Pi’i kudu golek alasan ben iso mulih.

    Gak suwe mikir

    “Wetengku mules. Moleh ae, Ning” jare Pi’i ngaspo ambek mercing-mercingno motoe. Cepet-cepet tangane nggandeng Ning Tun nang parkiran. Pancene arek enom siji iku pualing pinter nek dikongkon ngaspo.

    “Walaaah, Caaak….” lambene Ning Tun mrengut limang senti.

    Terjemahan:

    14 Februari kemarin, anak muda bilang merupakan hari valentin. Itu lho peringatan hari kasih sayang. Katanya  hari itu untuk mengungkapkan kasih sayang kepada orang tua, kasih sayang kepada istri/suami, kasih sayang kepada teman atau kasih sayang kepada kekasih.

    Memang ada-ada aja anak muda jaman sekarang. Hanya untuk ngerayakan kasih sayang aja lho kok harus nunggu setaun sekali, padahal tiap hari kan sudah sayang- sayangan. Iya kan, teman-teman?

    Salah satunya, Cak Pi’i, yang latah ikut-ikutan meramaikan hari kasih sayang itu dengan kekasihnya, namanya Ning Tun. Anak muda satu itu sejak dari jam 5 sore sudah dandan ngguanteng. Memakai celana lepis, hem kotak-kotak lalu rambutnya di sisir klimis. Sampai-sampai kutu aja gak bisa jalan dikulit kepalanya karena licinnya rambut Pi’i. Kalau dia jalan baunya kebal-kebul, wanginyaa!

    Maunya Pi’i hari valentin itu harus dirayakan dengan kekasih. Entah itu jalan-jalan atau makan-makan. Pokoknya semuanya harus bareng pacar. Hal-hal seperti itu untuk membuktikan bahwa Pi’i sayang banget sama Ning Tun walaupun uang di dompet pas-pasan.

    Yang penting kan perhatiannya bukan uangnya. Begitu lho teman-teman..

    Setelah dandan necis, Pi’i berangkat ke rumahnya Ning Tun. Sebelum berangkat Pi’i sudah berpesan kepada Ning Tun untuk tidak makan dulu, sebab anak muda itu berniat ngajak makan di warung kalkulator taman bungkul. Keren-keren sedikit lah, masak hari valentin ngajak makan kekasih di warung pojok. Mau ditaruh mana muka Pi’i..

    Uang seratus ribu yang sudah disiapkan untuk nraktir Ning Tun disimpan di dompetnya lalu ditaruh di saku belakang celana lepisnya. Supaya lebih tampak parlente dompetnya di angkat keatas sedikit. Siapa tau kalau Ning Tun melihat jadi makin sayang pada dirinya.

    Sesampai dirumahnya Ning Tun, Pi’i mendirikan sepeda motornya lalu duduk diatasnya. Nggaya sekali, begitulah gambarannya Pi’i. Ayam aja sampai terbahak-bahak melihat tingkah lelaki sedikit nyleneh itu.

    Tidak lama menunggu, Ning Tun keluar dari rumahnya.

    Melihat kekasihnya dandan super cantik menik-menik serta sexy, Pi’i berdiri sambil ngelus-ngelus rambutnya yang klimis. Setelah senyum malu-malu dua anak muda laki perempuan itu langsung berangkat keliling kota.

    Biasalah teman, masak hari valentin cuma dirayakan dengan duduk-duduk dirumah aja. Siapa tau dapat satu-dua ciuman dari Ning Tun, pikir Pi’i. Memang anak itu agak kurang waras otaknya.Gak benar sama sekali! Jangan ditiru ya teman, bikin tambah dosa!

    Selesai dari putar-putar Pi’i ngajak Ning Tun masuk ke dalam warung kalkulator yang sudah rame. Disana banyak anak muda, orang tua, laki, perempuan campur jadi satu. Pi’i dan Ning Tun langsung mengambil tempat di salah satu bangku panjang.

    Baru mereka saja duduk ada beberapa anak perempuan lain masuk di warung kalkulator itu sambil tertawa kencang. Seketika Ning Tun langsung menoleh untuk melihat kelakuan anak-anak yang tertawa tanpa sopan itu.

    Setelah dilihat ternyata teman-teman kuliahnya sendiri. Langsung aja Ning Tun ikut teriak, maksudnya untuk memanggil mereka. Benar saja, anak-anak perempuan itu tadi duduk di sebelahnya Ning Tun. Lalu ikut pesan makan sekalian.

    Pi’i yang ada di sebelahnya Ning Tun merasa senang-senang sedih. Anak segitu banyak siapa yang akan membayar makanannya, mau bayar pakai uang gambar gareng, apa? Tetapi Pi’i diam aja gak berani bilang Ning Tun.

    Acara valentin yang awalnya berjalan  romantis ternyata beda seperti perkiraannya. Ning Tun lebih banyak ngobrol bersama teman-temannya. Pi’i dicuekin sama sekali. Hatinya Pi’i terasa membara.

    Setelah makan, bisa tidak bisa Pi’i harus membayar makan teman-temannya Ning Tun sekalian. Masak mau bayar makanan sendiri, malu lah sama Ning Tun.

    “Semua seratus enam puluh tujuh, Cak” kata ibu pemilik warung.

    Pi’i  bingung. Uang di dompetnya hanya ada seratus ribu aja. Mau pinjam Ning Tun ya malu lah. Pi’i bingung.

    “Mana, Cak? Semuanya habis seratus enam puluh tujuh ribu” ulang ibu pemilik warung.

    “Bu, maaf. Uang saya hanya ada seratus ribu aja. Bisa utang gak. Besok saya bayar kekurangannya. Pasti! kalau Anda gak percaya saya tinggalkan KTP saya sebagai jaminan” Kata Pi’i.

    Si pemilik warung seketika cemberut. Keningnya ikut berkerut “Kamu pikir warung ini pegadaian apa, seenak sendiri aja ngutang! Warung ini bukan warungnya nenekmu, tau kamu!

    “Iya ya, Mak. Maaf sekali. Beneran besok saya bayar. Sumpah, saya tidak bohong!”

    “Ya sudah, cepat sana pergi, gak cocok saya lihat modelmu (sikap dan kenyataan)!”

    Pi’i pergi sambil senyam senyum.

    Urusan bayar sudah selesai. Pi’i langsung ngajak keluar Ning Tun.

    “Cak, nonton biskop, yok. Katanya teman-teman ada film bagus. Judulnya Operesen Widing, katanya hari ini tayang perdana”

    Pi’i sudah terlanjur ngambek.

    Pikir Pi’i “bukan urusan! Biar saja.. biar ada film baru, biar ada film Jeki Cen dangdutan, yang penting sekarang pulang. Duit sudah habis begini!”

    Tapi Pi’i bingung harus bilang apa sama Ning Tun.

    Biar bagaimana Pi’i harus nyari alasan supaya bisa pulang.

    Tak lama berpikir

    “Perutku sekarang mulas. Pulang aja yuk, Ning” kata Pi’i bohong sambil matanya menahan sakit. Cepat-cepat tangannya nggandeng Ning Tun ke parkiran. Memang anak muda satu itu paling pintar bohong.

    “Yaaah, Caaak….” bibirnya Ning Tun cemberut lima senti.

    NB:

    Wes yo, Rek sak mene ae aku nggawe crito boso Suroboyo, nek akeh-akeh nggarai koen-koen kabeh kemekelen. Masio critone gak lucu, moco tulisan boso Suroboyo iku biasane nggawe wong ngguyu. Tapi nek mari moco tetep gak iso ngguyu, yo mbok mocone karo ngguyu, mesem-mesem thithik ngono lho rek..

    Sudah ya teman-teman segini aja saya nulis cerita bahasa Surabaya, kalau banyak-banyak bikin kalian semua tertawa. Biarpun ceritanya tidak lucu, biasanya baca tulisan berbahasa Surabaya itu bisa bikin orang tertawa. Tapi kalau selesai baca tetap gak bisa bikin kalian tertawa, kalau begitu bacanya sambil tertawa aja, senyum-senyum dikit gitu..

  • Kopdar mimpi

    Kopdar mimpi

    “Kopdar itu seperti mimpi”

    Begitu yang Teh Nchie ucapkan saat saya diajak Pakde dan Bude mengantarkan Teh Nchie ke Hotel sepulang dari kopdar hari Sabtu kemarin.

    Apa iya sh kopdar itu seperti mimpi?

    Dan sebegitu hebatkah aura tulisan hingga menciptakan sebuah kedekatan emosional yang seolah seperti minyak jelantah bekas dipake goreng ikan asin yang biarpun warnanya hitam jelek tapi rasanya tak kalah nikmat dengan makan lontong kupang bila disandingkan dengan sambal terasi!

    Kopdar dengan teman yang dikenal hanya lewat tulisan di blog juga ibarat orang tidur lalu mimpi yang tiba-tiba aja sudah berada di Inggris dan duduk berdampingan dengan Kate!

    Dimana disana Kate menjamu dengan aneka hidangan lezat yang diiringi kilatan blitz kamera!

    Tengok kamera sana – tengok kamera sini, senyum dikamera sana – senyum dikamera sini, piss dikamera sana – piss dikamera sini, cibi-cibi dikamera sana – cibi-cibi dikamera sini, setelah itu tiba-tiba para paparazi itu ikut foto bareng sambil bercibi-cibi ria..

    Ternyata kopdar itu juga seperti berkaca di cermin yang buram! Sungguh memiliki banyak perbedaan antara tulisan yang dibaca dan pembawaan orangnya. Kadang saat membaca tulisan diblognya terkesan rame, tapi begitu ketemu ternyata orangnya pemalu dan kalem (seperti saya) 😀 , betapa sebuah fotomorgana!

    Tapi itu tidak berlaku untuk Teh Nchie. Teh Nchie tulisannya ramek , status-status di facebook juga rame tapi begitu ketemu orangnya, rame juga!

    Ditambah lagi Gaphe yang seperti om jin, lama gak muncul tiba-tiba dengan gaya natural seperti tanpa dosa muncul lagi dipermukaan, membuat gerrr suasana kopdar. Kehadiran Mas Insan dan Mas Ridwan yang konon akrab di warung blogger yang hobi timpal-timpalan komentar dengan Teh Nchie juga turut memeriahkan suasana..

    Sebuah pembukaan acara kopdar yang mengagetkan ketika Pakde Cholik membuka pertanyaan dengan hadiah memberi uang sebesar 500.000 untuk menjawab tantangannya.

    “Yun, kamu mau uang 500ribu, nggak?” Nadanya serius tanpa senyum dan tanpa kode.

    “Hmm.. mau Pakde!” Dasar saya orangnya mata duitan, langsung saja setuju. Padahal dalam hati sempat curiga, jurus apa lagi yang Pakde keluarkan. Dan dari penglihatan saya Gaphe juga cukup tertarik untuk ikutan, iya kan Phe?

    Suasana Resto Park Cafe yang sabtu malam itu rame yang sama sekali jauh dari sahdu dengan campuran bunyi gesekan piring-sendok diiringi obrolan bak suara lalat mendengung yang sesekali ada ledakan tawa membuat penasaran kami semakin mencekam.

    “Tapi ada syaratnya..” lanjut Pakde

    “Apa itu?” tanya saya nyengir. *dalam hati keplok-keplok, awas hati-hati ada jebakan*

    “Syaratnya kamu harus teriak kencang sambil bilang “Woi semua diam!”

    Glodak!! lemes deh.. Tuh kan saya bilang juga apa.. hati-hati dengan tanda bintang haha..

    Kopdar dengan Teh Nchie, image pakde Cholik
    Kopdar dengan Teh Nchie, image pakde Cholik

    *Kesimpulan: Setelah melewati begitu banyak fase, begitu banyak ketemu teman blogger, dan begitu banyak perbedaan-perbedaan antara tulisan dan wujud aslinya, 99,99% blogger itu narsis sodara!*

  • Jajanan anak

    Jajanan anak

    Seperti halnya sifat anak-anak yang lucu, unik dan aneh, jajanan anak-anak pun juga begitu. Coba perhatikan saat melewati depan sekolah TK atau SD, disana ada berjajar penjual jajanan anak-anak yang beraneka rupa, aneh, unik tapi juga murah.

    Waktu zaman SD saya dulu saya sering menemui jajanan aneh-aneh yang menurut saya unik. Seperti gulali. Gulali saat zaman saya dulu ditaruh disebuah loyang atau semacam mangkok lebar yang bentuknya sudah padat. Bila ada yang beli, si mbah penjual gulali terlebih dahulu menjewer gulali dari loyang sedikit demi sedikit lalu ditempelkan pada sebuah ujung lidi sehingga nanti ujung lidi yang lain digunakan sebagai pegangan. Nantinya jeweran-jeweran gulali itu akan berbentuk seperti gumpalan benang ruwet. Persis permen yang dikemas secara konvesional dan sederhana.

    Bila dilihat cara menjewer padatan gulali itu sepertinya keras. Buktinya saat saya perhatikan ketika menjewer gulali urat-urat tangan si mbah itu keluar semua. Yang saya heran dengan si mbah penjual gulali, kenapa gulali-gulali itu harus dibiarkan padat diloyang, dan kenapa tidak dicetak satu-satu dengan lidi, jadi kalau ada yang beli tinggal kasih aja. Tapi yah itulah uniknya jajanan anak-anak.

    Lain hari ada penjual gulali baru. Tapi bukan si mbah. Kali ini penjualnya lebih kreatif. Dia membawa cetakan kotak sebesar sabun mandi yang ditengahnya ada bentuk jagung, mobil, mawar, nanas dan lain sebagainya. Nah disini bila ada anak-anak yang ingin membeli gulali diperbolehkan memilih bentuk yang mereka suka. Nantinya si penjual akan mencetak gulali dengan cara menjepit gulali diantara 2 kotak sabun yang ditengah-tengahnya terdapat bentuk cetakan yang sama, sehingga hasil jadinya seperti 3D. Lucu dan bagus sekali! Misalnya saya ingin bentuk jagung. Maka si penjual akanmenaruh sejumput gulali lalu ditaruhnya ditengah-tengah 2 cetakan yang didalamnya ada bentuk jagungnya.

    Cetakan Gulali modern, image dari google
    Cetakan Gulali modern, image dari google

    Dulu saya paling suka dengan gulali ini karena menurut saya rasa manisnya lebih enak ketimbang permen sugus. Namun sayang sekarang sudah tidak pernah lagi saya menemui penjual gulali seperti ini. Atau mungkin sayanya saja yang jarang memperhatikan jajanan anak-anak.

    Tapi sekarang saya sedang tidak menceritakan gulali, saya mau menceritakan tentang jajanan aneh. Entahlah barangkali teman-teman pernah menemuinya atau tidak yang jelas jajanan ini juga saya temui ketika SD dulu dan sekarang masih ada yang jual.

    Beberapa minggu lalu saat saya ke Taman Bungkul saya menemui jajanan ini. Awalnya saya menyebutnya brondong yang dikasih parutan kelapa plus dicampuri gula dan garam, walau saya sendiri tidak yakin dengan bentuknya yang lebih kecil dari brondong jagung.

    Ketika itu mbak Sandy, mamanya Bella, tanya kesaya itu makanan apa? Saya bilang itu makanan seperti brondong tapi rasanya enak banget. Saya bisa nyebut enak karena waktu SD dulu saya suka beli makanan ini. Untuk menjawab penasarannya mbak Sandy saya mencoba membelinya sambil bernostalgia.

    Sambil si Ibu memarut kelapa saya tanya apa benar makanan ini dari jagung. Si Ibu bilang bahwa makanan itu bukan brondong jagung tapi orean. Orean? Makanan apa itu?

    Kata si Ibu orang di desanya (dari Lamongan) menyebutnya Orean, tapi orang Madura menyebutnya bulir. Katanya bentuk aslinya lebih kecil dari jagung. Sewaktu saya tanya apakah seperti kedelai, si Ibu bilang masih lebih kecil dari kedelai.

    Jajanan ini bentuk jadinya seperti popcorn mini. Popocorn imut lah pokoknya. Kueciil sekali. Orean mentah itu diproses sehingga berubah bentuk menjadi popocorn imut. Ibu itu sih tidak menjelaskan secara rinci cara prosesnya dia cuma bilang ada alat khusus untuk membuatnya menjadi seperti popcorn. Kalau menurut saya sih dioven soalnya gak ada bekas minyak disana.

    Sebelum dicampur kelapa, orean itu rasanya hambar tapi ada manisnya dikit. Makanya supaya lebih nikmat dicampurlah kelapa parut lalu ditambahlah gula dan garam. Kenapa harus dicampur kelapa? Iya supaya orean agak basah dan gula garamnya bisa nempel. Dan rasanya? Hmm.. enak, gurih kelapa, dan manis-manis asin. Tapi kalau sedang lapar tidak saya sarankan jajan yang beginian soalnya percuma, biar habis berbungkus-bungkus pun perut nggak akan bisa kenyang. Yang ada malah melembung hihi..

    Dari wawancara saya dengan si Ibu, dia bilang bahwa orean ini pohonnya lebih mirip jagung namun buahnya ada diatas. Dan panennya setiap bulan 7. Dari hasil panen itu oleh si Ibu ditimbun sebagai stok untuk persediaan sampai panen berikutnya.

    Malah kata si Ibu para petani orean di kampungnya pernah diliput oleh stasiun TV swasta lho! Sayangnya saya tidak menemukan bentuk mentah orean atau bulir di mbah google..

    Kalau bentuk matangnya seperti ini:

    Jajanan Anak

    jajanan anak
    Orean yang sudah dicampur kelapa parut, dimasukkan ke dalam kantong plastik. Harganya murah meriah aja mau beli 1000 juga boleh 😀