Buka-bukaan bahas buku Bajakan!
Selain Stasiun Pasar Turi, Jalan Semarang di Surabaya dikenal sebagai pusat penjualan buku-buku bekas. Segala buku yang bekas lumayan komplit disini, terutama buku…
Selain Stasiun Pasar Turi, Jalan Semarang di Surabaya dikenal sebagai pusat penjualan buku-buku bekas. Segala buku yang bekas lumayan komplit disini, terutama buku…
Hari ini tugas saya banyak, tugas yang mengharuskan saya keliling kota Surabaya dan menghabiskan lebih banyak waktu dengan menunggu. Resiko menyelesaikan urusan pelayanan…
Dalam keadaan tertentu saya bisa keras dan tidak suka melihat orang yang berlaku tidak sopan, apalagi terhadap orangtua. Bukan saya merasa sudah jadi orang paling sopan di dunia lantas gampang memprotes ketidaksopanan orang lain, namun setidaknya etika menghadapi orangtua wajib hukumnya dijaga. Saya sendiri juga belum bisa sopan-sopan banget sama orang yang lebih tua, tapi juga gak kurang ajar banget sampai mempermainkan orang sepuh.
Kejadian kemarin benar-benar membuat saya sebal dan marah. Saat mengingatnya pun, rasanya nelongso dan pengen nangis. Ingat sama orang tua sendiri. Bagaimana jika itu terjadi pada Bapak saya.
Ceritanya kemarin saya ke Pasar Wonokromo nemui mbak Avy. Biasalah kalau lagi pengen ketemu, kami suka janjian ketemu. Ketemu aja, sudah selesai pulang sendiri-sendiri :D. Selesai belanja keperluan, mbak Avy ngajak hunting sarapan rujak cingur. Jenengan aneh banget, mbak, sarapan kok rujak.. 😀
Habis keliling, mbak Avy ngajak belok ke sebuah tempat makan. Lokasinya di lantai 1 DTC (Mall atasnya Pasar Wonokromo) dekat sama lift dan mesin ATM bersama. Saya gak lihat nama standnya, pokoknya posisinya di pojok, modelnya kayak foodcourt, tapi hanya seukuran 2 ruangan stand. Disitu terdapat beberapa gerobak dengan menu masing-masing. Ada Siomay, bakso, Nasi Rawon, Nasi Campur, Nasi Goreng, dan lain-lain.
Sejak pertama masuk, saya sudah merasa gak nyaman. Disana terdapat 5 orang pegawai wanita yang duduk santai sambil ngobrol satu sama lain di meja tamu. Saya memaklumi karena suasana sepi, tak ada pembeli yang lain. Namanya karyawan, apalagi yang dikerjakan kalau nggak nyantai sambil ngobrol.
Setelah mendapat meja, mbak Avy berinisiatif minta list menu. Setelah bingung menentukan pilihan, Mbak Avy memesan Lontong Cap Gomeh. Begitu giliran saya, saya kebingungan. Meskipun belum sarapan sejak pagi, saya kok sepertinya awang-awangen pesan. Setelah mikir lama, saya jatuhkan pesen es teh saja.
“Pesen kentang aja. Siomay ada, kok, mbak Yun” tawar mbak Avy
Setengah-setengah, akhirnya saya putuskan pesan Siomay.
Ditengah menikmati makanan sambil ngobrol, tiba-tiba ada seorang Bapak sepuh, saya kisar usianya 60 tahun. Mengenakan kaos dan celana bahan lalu pakai topi. Tampilannya bersahaja lah, rapi, khas Bapak saya dan bapak-bapak yang lain.
Karena duduknya bersebrangan dengan saya, saya mendengar Bapak itu pesan nasi rawon yang kuahnya dipisah. Saya gak tau awalnya karena lagi asik ngobrol sama mbak Avy. Ditengah obrolan, telinga sebelah saya mendengar ucapan salah satu pegawai disana, “Sana! Duduk dulu di sana!” Spontan saya mengalihkan pandangan ke meraka.
Baru juga meletakkan bagian bawah tubuhnya di kursi, 3 orang wanita menyodorkan bungkusan camilan kepada si Bapak.
“Gak beli ini, Pak?” kata pegawai 1.
“Jangan, yang ini aja..” pegawai 2 nimbrung
“Ini aja, Pak, enak..” pegawai 3 ikut-ikutan
Satu persatu mbak- mbak itu memaksa si Bapak memilih. Dari rautnya, saya tau Bapak itu kebingungan. Wajahnya tetap sabar meladeni kemauan 3 wanita itu. Saya melihat terus ke arah mereka. Telinga mendengar mbak Avy bicara, mata fokus ke depan. Alhamdulillah saya masih nyambung mbak Avy ngomong apa :D. Malah saya yang menghentikan pembicaraan, dan minta mbak Avy lihat pemandangan di depan, hehe..
Asli, saya ingin marah saat itu. Rasanya ingin maju dan menyelamatkan si Bapak dari serbuan para wanita. Dalam hati saya teriak, “wes, Paaak.. Ndang ngalio!” (Udah buruan pergi, Pak!)
5 orang pegawai: 3 merayu si Bapak, 1 menyiapkan pesenan si Bapak, 1 lagi duduk menjadi pengamat. Sesekali menertawakan teman-temannya.
Mungkin karena bingung atau entah karena apa, camilan yang disodorkan sama mbak-mbak itu diambil salah satu oleh si Bapak lalu dikasihkan lagi kepada mbaknya (disuruh bawa tapi Bapaknya yang bayar. Lha iya, orangtua masak disodori ‘makanan keras’).
Awalnya satu, dikasih ke pegawai 1. Lalu teman lainnya juga minta ke Bapak, sehingga jadi 2 snack yang masuk tagihan Bapak.
Begitu pesanan selesai, si mbak menyerahkan mangkok rawon dan piring nasi di hadapan Bapak.
“Ini, Pak..” sambil menyodorkan dengan kasar. Kalau gaya orang Jawa kayak bilang, “Nyoh!”, kayak gitu.
Mbak pelayan lantas mengambil mangkuk sambel di meja saya lalu diserahkan ke Bapak, “ini sambelnya!” Gayanya sama seperti yang pertama. Berkali-kali saya dibuat melongo dan nelongso. Sampai-sampai saya berani memandang mereka tanpa kedip dengan harapan mereka berhenti dan tidak melanjutkan perbuatannya kepada si Bapak. Namun tatapan saya dibalas dengan senyum seakan-akan gini, lho, gaul masa kini.
Selama Bapak itu makan, saya tak berhenti memandanginya. Memandang punggungnya (posisi duduk Bapak membelakangi saya, tapi agak serong sehingga saya bisa melihat separuh badannya ke depan), Mata dan kacamatanya, semuanya. Semakin saya perhatikan, semakin nelongso saya. Dalam hati saya bertanya, dimana anaknya, bagaimana mereka, dan berharap anak-anak itu melihat Bapaknya sekarang.
Ditengah menikmati hidangan, salah satu dari mereka mendekati dan bertanya, “Bapak pangsiunan (pensiunan)?”
Entahlah bagaimana Bapak kemudian menyodorkan KTP nya. Bagai anak kecil punya mainan baru, mbak-mbak itu nggruduk temannya yang pegang KTP si Bapak. Kepo melihat data pribadi Bapak.
“Ya Allah.. kalian jahat sekali!” lagi-lagi saya hanya bisa membatin. Andai si Bapak marah atas perlakuan mereka, saya berani maju membela Bapak. Sayangnya si Bapak gak merasa diperlakukan aneh oleh mereka. Atau sudah terbiasa dibegitukan. Kalau seandainya saya tiba-tiba maju dan marah ke para wanita, kemudian si Bapak komen, “siapa kamu kok ujug-ujug marah” Lak isin aku? Anak bukan, cucu apalagi.. malah sikap saya dianggap lebay baper karepe dewe 😀 (baper sendiri)
Saya ingat Bapak melontarkan pertanyaan, “Bosnya mana? Kok pada santai..” salah satu dari mereka jawab, “Bosnya nggak ada, belum datang”
Yang membuat saya makin gemas, dan pengen melempar kursi ke mereka, saat si Bapak ingin membayar makanannya. Saat mau berdiri, salah satu dari mereka berkata, “kasirnya masih ke toilet, tunggu sebentar!” nadanya mengejek dan keras.
Begitu kasir datang, temannya ngasih tau kalau Bapak mau bayar tagihan. Jawaban kasir begini, “Mau bayar, ya sini!” Lalu kasir memanggil Bapak dari tempatnya berdiri, “Pak sini, Pak..!” Dengan tangan melambai-lambai memanggil Bapak dengan senyum mengejek.
Duh, orang-orang ini, ya.. apakah mereka juga memperlakukan orangtuanya begitu?
Begitu sampai di meja kasir, Bapak membayar tagihan, camilan 2 + nasi + minum. Lagi-lagi mbak-mbak itu mengejar, “Pak, gak sekalian kacangnya?”… “Pak, saya ambil makanan ini, ya, bayarin!”
Selama beberapa saat mereka terlibat obrolan. Saya kembali intens ngobrol sama Mbak Avy, yang tak lama kemudian memutuskan pergi dari situ. Baguslah, daripada lama-lama emosi sendiri. Sepintas masih terlihat Bapak ngobrol sama mereka sambil sesekali becanda. Dalam pengamatan saya, wajar bila orang tua ngobrol sambil becanda. Yang dibahas juga gak penting-penting amat, kayak, “udah nikah, belum?” menurut saya wajar orang tua tanya begitu ke anak muda, meskipun gak saling kenal dekat.
Kenapa saya bilang wajar, karena mereka lebih dulu memulai obrolan dan memicu godaan ke Bapak, meski sebenarnya si Bapak menurut saya salah terimo. Si Bapak digoda gak merasa digoda, dan menganggap godaan mereka sebagai simbol pertemanan. Sebaliknya, para wanita merasa Bapak telah menggoda mereka, maka dengan semaunya mereka minta-minta (maksa) sesuatu ke Bapak.
Saya maklumi karakter orang tua seperti itu karena orang sepuh butuh perhatian dan ingin selalu diajak ngomomg. Sekali ngomong, pasti panjang lebar kesana kemari. Sependek pemikiran saya, orang tua yang mendapat perlakuan ‘ramah’ akan membalas dengan ‘keramahan’. Sama seperti Bapak itu.
Saat saya sama mbak Avy menuju kasir, sebelum pergi mbak Avy ngguyoni gini, “Dosa, lho ya, nggoda orang tua”. Setelah mbak Avy, saya juga berkata, “Mbak, gak ilok. Orang tua” (mbak, gak pantes itu orang tua) dengan nada mengingatkan, yang kemudian selenting dijawab mbaknya. Kalau tidak salah begini, “Nang ndukur, Bapak iki sering nggowo panganan akeh, mbak” (di lantai atas, Bapak ini senang bagi-bagi makanan, mbak)
Terlepas si Bapak senang bagi-bagi makanan, bukan berarti Ia bisa digoda. Seperti yang saya bilang diatas, orang tua senang kalau diperhatikan. Salah satu wujudnya, ya dengan bagi-bagi makanan. Akrab sama orang tua bukan berarti boleh bersikap kurang ajar
Saya pernah perbuat kurang ajar, tapi tidak berani kalau dengan orang tua. Kurang ajar saya sama teman hanya kepada yang akrab saja (yang sudah paham karakter satu sama lain) dan yang seumuran. Akrab meskipun lebih tua, saya gak berani melanggar kesopanan, kecuali benar-benar diluar batas.
Kesopanan bukan dilihat dari akrab tidaknya pertemanan, tetapi kesopanan di Indonesia dianggap sebagai bagian dari budaya. Postingan ini tidak ada niat menggurui. Saya hanya menulis apa yang saya lihat dan saya rasakan kemudian saya beri tanggapan. Semua sikap yang terjadi di lingkungan sekitar boleh saja ditanggapi berbeda oleh orang lain. Semoga Tuhan mengampuni kekeliruan kita, Amiin.
Hai, selamat bekerja kembali hari ini.. 🙂
Kemarin sama Pak Presiden sudah dikasih bonus libur sehari walaupun Surabaya gak ada acara coblosan. Kabar libur yang tak terduga, gak ada apa-apa disuruh libur. Senang sih, gak ikut Pemilu, ikut merasakan liburnya, haha..
Suasana di Surabaya kemarin saya lihat biasa saja. Jalanan tetap macet, tapi lebih banyak lancarnya. Gak tau bagaimana kondisi di Mall, mungkin saja rame.
Karena liburan spesial, liburnya juga ikut spesial. Nyaris tak ada aktifitas apa-apa selain main seharian bersama ponakan-ponakan tercinta. Ngajari mereka menggambar lewat paint, nemani mereka nonton youtube, lainnya saya habiskan dengan ngobrol seru bersama kakak ipar.
Cerita kami serba ngalor ngidul, dan yang sempat saya garis bawahi adalah curhatan Kakak Ipar yang kawasan rumahnya habis dilanda banjir saat beberapa waktu lalu Surabaya dapat rejeki hujan deras yang cukup lama.
Kisah banjir di sebagian wilayah kota Surabaya memang bukan hal yang baru karena di Surabaya masih banyak daerah yang berupa sawah dan tambak. Kebetulan rumah Kakak saya berada di lokasi yang mewah (alias mepet sawah) yang bertetanggaan dengan tambak. Gak heran kalau suatu waktu ada hujan deras dan lama lingkungan di sekitarnya banyak yang tergenang. Tapi ya gitu, gak lama kemudian surut.
Seperti hujan yang lalu-lalu, saat banjir, di depan rumahnya banyak ikan berlompatan. Ikan siapa lagi kalau bukan ikan dari tambak yang berlarian kesana kemari. Jelas saja, bukan banjirnya yang jadi fokus utama, warga sekitar lebih memilih mancing atau menjaring ikan ketimbang ngurusi rumah yang banjir.
Terpetik kisah ada seorang pengusaha tambak di sana. Tambak itu penuh dengan ikan lalu dimanfaatkan untuk usaha kolam pancing. Konon tambaknya sangat luas, dan ikannya terdiri dari Udang Windu, Gurami, Patin, dan lain-lain. Bila hujan, ikan-ikan suka berlarian keluar tambak dan masuk ke perumahan warga. Rejekinya warga, ikan-ikan yang sedang ‘main’ itu ditangkap lalu dimasak, bahkan dijual.
Saking terbiasa melihat ikannya ngluyur saat hujan, pemilik tambak tak mempermasalahkan hal itu. Dianggapnya biasa, namanya usaha pasti ada ruginya. Ibarat jualan buah, diantara buah yang bagus, pasti ada diantaranya yang busuk dan harus dibuang.
Meski tak semua orang mau menangkap ikan hasil luberan tambak, sebuah rejeki bagi warga bisa membeli udang windu sekilo harga 70 ribu. Salah satunya Kakak Ipar saya.
Namun hujan kemarin rupanya terlalu merugikan tambak hingga membuat pemiliknya stroke dan harus dilarikan ke rumah sakit, dirawat selama tiga hari yang akhirnya meninggal dunia. Innalillahi..
Siapa yang menduga jika kejadian yang biasanya dianggap biasa, kali ini terasa luar biasa. Kadang-kadang Asuransi Dana Pensiun Karyawan Terbaik diperlukan saat berada dalam posisi seperti ini. Ia dapat membantu kala ada kejadian tak terduga.
Cerita yang beredar, sebelum diterjang banjir, tambak itu diisi ikan sebanyak ton-an. Wajar sekali, sebagai tambak untuk usaha kolam pancing, jumlah ikan harus terus ditambah supaya animo pemancing meningkat. Sudah pasti modal yang keluar sangat banyak, bisa jadi ratusan juta rupiah. Atau malah M – M-an rupiah, mengingat harga ikan sekarang di pasaran sedang mahal. Nahasnya, baru beberapa hari diisi ikan, hujan deras melanda kawasan hingga membuat air di tambak amber dan ikannya berlarian kesana-kemari. Inilah yang membuat pemilik tambak mikir berat hingga jatuh sakit.
Mendengar kisah ini saya jadi miris..
Benar kata orang bijak, dalam keadaan seperti itu jangan pernah menyalahkan siapa-siapa. Mau salahkan siapa? Ikan? Tambak? Hujan? Air? Atau penangkap ikan? itu sangat tidak mungkin..
Saya jadi teringat dengan sebuah nasehat yang kurang lebih berkata seperti ini: “Kuasailah dunia dan pimpinlah dia. Letakkan dia ditanganmu tapi jangan pernah menyimpannya dihatimu”
Seperti keberadaan Mantan, letakkan saja namanya di tanganmu, tapi jangan ingat dia di hatimu, eaaa… 😀 😀
Saya menyadari, dan mungkin kita semua sadar bahwa mengikhlaskan adalah sesuatu yang berat. Tetapi, apapun keadaannya, dalam keadaan seperti ini obat yang paling mujarab adalah ikhlas. Meskipun dalam perjalanannya proses pengikhlasan hati seringkali menimbulkan pertarungan batin yang cukup berat.
Kisah hikmah bisa datang dari mana saja, termasuk obrolan ringan di atas yang membuat saya harus membuka mata kembali untuk belajar memaknai segala hal kehidupan.
Selamat bekerja kembali, teman 🙂
Saat di supermarket dekat rumah, saya kaget melihat merek lipstik yang sedang hits di kalangan Ibu-ibu di jual di sana. Saya sih gak heran di Supermarket ada jualan kosmetik, cumaan, beberapa orang bilang beli lipstik hits seperti itu susah ditemukan. Apalagi supermarket ini termasuk kecil, dan bukan supermarket waralaba.
Pulang dari Supermarket, saya mampir lagi ke toko kecil untuk beli roti. Toko biasa, dagangannya sebagian besar barang-barang sembako. Lagi-lagi saya kaget, disana juga jualan merek lipstik itu.
Trus, apa yang kamu lakukan, Yun?
Saya mah cuek. Tugas hidup saya tidak ngurusi bidang Perlipstikan, haha.. ada lipstik atau tidak, punya bedak apa nggak, gak terlalu berarti buat saya. Karena tanpa lipstik, kecantikan saya tidak akan memudar wakaka… *klompen, mana klompen?* 😀
Jadi gini, aura kecantikan wanita bisa keluar dari dalam dan dari luar. Kecantikan dari luar bagi saya tidak selalu harus tersentuh lipstik, bedak, dan seluruh genknya. Yang penting pinter merawat tubuh dan muka, terutama kulit. Lipstik, Bedak perlu, sangat perlu, hanya saja untuk Yuni seorang mereka saya butuhkan di saat-saat tertentu saja. Saat ketika ingin tampil ‘berwarna’.
Kecantikan dari dalam (lagi-lagi) bagi saya, lho, membiasakan diri untuk selalu tersenyum sama orang. Sesebelnya diri kita, kalau orang melihat wajah kita selalu tersenyum, pasti dianggapnya kita lagi bahagia. Berkali-kali ini terbukti, beberapa teman sering ngomong sama saya, “Kamu lo, kok murah senyum, sih, kayaknya hidupmu bahagia terus!”
“Lah masak sedih tak omong-omongkan ke orang?” 😀
Karena kebiasaan senyum, ketika saya ingin diam (sama sekali tidak menampakkan wajah merekah), mereka menganggap saya lagi marah. Tak jarang beberapa orang mendekat lalu berbisik, “Aku salah apa sama kamu, kok dari tadi gak senyum?” ada juga yang bilang, “Yun, kamu lagi marah, ya, kok diam aja”
Ya udah besok-besok kalau lagi marah aku bilang-bilang, biar semua orang gak salah persepsi haha.. Terbukti lho, senyum bisa membuat orang awet muda, saya sering ditanya orang, “Kuliah dimana, Dek?” wkwkwk.. asli, pertanyaan ini mampu mengalahkan segalanya. Benar-benar bikin saya keGR-an! ((( Adek Yuni.. Adek Yuni.. ))) 😀
Sebenarnya selain tersenyum, cara lain supaya terlihat cantik adalah banyak gerak atau melakukan olah raga. Saya punya teman yang rajin senam, tanpa pakai makeup aja, wajahnya selalu tampak segar. Kulitnya terlihat halus, bersih, gak ada flek apalagi garis di wajah. Apalagi pas lagi keringetan, dahinya kelihatan segar dan kencang.
Kalau sudah banyak olah raga tapi muka masih kelihatan tua bagaimana?
Ya itu nasibmu! Hihi..
Nggak, nggak, gini.. Tak dapat dipungkiri, ya, bahwa penuaan adalah masalah klasik yang tak bisa dihindarkan. Semua orang bisa tua, tapi bagaimana supaya orang tua kelihatan awet muda? Ini dia PR besar yang harus diselesaikan!
Keluhan penuaan dini pernah dirasakan oleh seorang kawan. Keluhan itu akhirnya mendapat respon dari kawan saya yang lain agar dia rajin mengonsumsi vitamin E. Bisa jadi akibat polusi udara membuat sel kulitnya tidak tumbuh dengan baik. Apalagi dia tiap hari pulang pergi kantor menunggangi motor. Atau malah karena keseringan terbungkam dalam ruangan berAC sehingga memicu kulit menjadi cepat kering. Teman saya memang ngaku konsumsi air putihnya sedikit.
Banyak juga yang bilang bahwa vitamin E dapat membantu mengurangi penuaan dini. Mengkonsumsi vitamin E dengan rajin dapat menangkal bahaya radikal bebas dalam tubuh. Salah satu vitamin E yang bisa dikonsumsi untuk mencegah penuaan dini adalah Natur-E.
Hati-hati, lho, Natur-E berbahaya! Terutama bagi wanita yang memasuki usia 30 tahun. Bahayanya karena Natur-E telah lolos uji dan terbukti efektif 40 kali mampu melawan serangan penuaan dini daripada antioksidan yang lain. Jangan kaget bila usai mengkonsumsi vitamin E ini, flek hitam dan garis halus hilang dari pandangan 🙂
Natur-E mengandung unsur anti oksidan yang berasal dari ganggang merah, nama lainnya disebut Astaxanthin. Agar awet muda, konsumsi Natur-E 1 kapsul per hari!
Oya, satu lagi kunci suksesnya, banyak-banyak bahagia, biar hidupnya berkah, Amiiinnn… 🙂
Tahun 2017 sudah masuk bulan ke 2, saya ngapain aja 2 bulan ini? Hmm, sepertinya belum ada kegiatan yang signifikan. Tiap hari masih berkutat dengan ngedraft, ngedraft, ngedraft.. hadiri event? Errr, masih sepi, euy! 😀
Seingat saya 2 bulan ini belum ada undangan even. Saya malah berharap di Surabaya ada pameran seni. Gak ngarep dapat undangan khusus, minimal dapat infonya ajah. Soalnya saya suka dengan sesuatu yang mengandung seni, contohnya Pameran Instalasi Seni. Kalau lagi kangen ‘nyeni’ saya suka melipir ke Museum HoS. Di sana ada galeri seni dibagian belakang cafe. Berkali-kali saya lihat pameran ke sana, dan selalu betah lama soalnya banyak produk yang dipamerkan berbasis local brand
Tak seperti 2 bulan menjelang akhir tahun 2016 kemarin, even di Surabaya hampir tiap hari ada. Sampai bingung saya menyusun jadwalnya. Kayak saya ini jadi blogger even, tiap hari ngider… 😀
Dari sekian even di tahun 2016 yang pernah saya datangi, yang paling mengesankan buat saya adalah pameran pensil. Saya gak nyangka lho, bahwa sebiji pensil kalau dikumpulkan banyak bisa menghasilkan sesuatu yang berharga. Karena namanya pameran pensil, seluruh karyanya dirancang dari bahan pensil. Iya, pensil! Pensil buat nulis, itu!
Siapa sangka pensil yang diraut tajam bisa membuahkan karya seni yang luar biasa hingga membentuk benda 3 dimensi. Mulai dari Kapal Pinisi, Charly, hingga Mona Lisa. Saya lupa siapa yang mengidekan karya seni itu tetapi menurut saya idenya super duper keren. Ternyata, sesuatu yang sederhana bisa mengubah kreativitas seseorang.
Saya bukan orang seni, nggambar bebek aja kalau gak dimulai dari angka 2 dulu hasilnya bukan gambar bebek. Lha wong sudah diawali angka 2 aja badan bebeknya bengkak, haha..
Kayak gini, nih! 😀
Bakat seni saya kacau pokoknya. Apapun seninya kalau yang berhubungan dengan buku gambar dan cat air, selalu gagal total.
Kesenangan terbesar di dunia adalah menikmati karya seni. Dan kesulitan paling mendalam di dunia adalah menciptakan karya seni ~ Yuniari Nukti ~
Begitulah saya, suka seni tapi gak bisa ‘nyeni’ 😀
Mungkin pengaruh kesenangan kali, ya..
Tapi kalau jahit menjahit, walaupun jahit tangan, saya suka. Suka bukan berarti hasilnya bagus, hehe.. kalau yang berhubungan dengan benang saya suka membuat kristik. SD kelas 6 dulu, saya sudah berhasil membuat kucing lengkap sama blocknya. Tinggal pasang pigora aja, bisa jadi pajangan rumah.
Karena sudah berhasil, saya melanjutkan kegiatan itu hingga bisa menghasilkan gambar Masjid Kudus, Lafadz Bismillah, bunga, dan beberapa. Ada yang jadi pajangan, ada juga yang saya simpan aja. Sayangnya kegiatan menjahit kristik saya hentikan karena menurut Ibuk saya, hobi mengkristik membuat saya malas mengerjakan pekerjaan rumah, haha.. cucian baju dan piring banyak terbengkelai.. apalagi pelajaran SMP terlalu memforsir waktu dan pikiran. Sampai hari ini saya masih punya impian mengerjakan kristik, tapi kok takut gak bisa bagi waktu ngeblog, dilema..
Beberapa bulan lalu saya pernah melihat galeri seni di lobby sebuah hotel. Bentuknya bukan pajangan lukisan, tetapi paperbag yang cover luarnya digambar sedemikian rupa menggunakan teknik drawing, brainwash, painting, hingga kolase.
Saya sampai terkesima lihatnya. Gambarnya kreatif, ada yang dicoret ala mural, tulisan dengan kalimat satir, bahkan ajakan berbuat konsumtif. Dari sekian paperbag yang dipajang, tujuan pameran itu sebenarnya baik, yaitu mengingatkan orang untuk hati-hati membelanjakan uang.
Jika bicara seni, teman-teman suka kesenian apa? Konon, menyukai belum tentu memiliki.. kayak saya, suka lukisan tapi gak bisa ngelukis, hehe..
Berita terbaru hari ini okezone.com mengabarkan pengungkapan kasus penyewaan mobil di Yogya dimana pelaku menggunakan identitas palsu untuk melakukan transaksi. Yah, meski era sudah mengadopsi identitas berbasis elektronik, tetapi tidak menjamin e-KTP bebas dari pemalsuan.
Kasus penipuan menggunakan identitas palsu bisa dipastikan hampir setiap hari terjadi, terutama kasus penipuan transaksi online. Saya mendengar sendiri, sumber kepolisian mengatakan tiap hari ada saja laporan kasus penipuan toko online. Artinya, di Indonesia ini, transaksi secara online belum sepenuhnya aman.
Yang jadi kendala sulitnya penipuan oline terungkap adalah ketertutupan Bank dalam melindungi data nasabah. Okelah, data nasabah memang mahal, tetapi bukankah dengan menyembunyikan data, Bank termasuk turut andil membantu penipu? Ah, itu sih pemikiran saya, ya.. dan nyatanya, bank teramat susah dimintai bantuan sekalipun korban menunjukkan surat bukti lapor Polisi dengan alasan kerahasiaan data.
Kendala kedua adalah banjirnya kartu perdana yang tidak dilengkapi data pengguna yang valid sehingga memicu pelaku penipuan memanfaatkan SIM card ‘habis buang’. Sedangkan provider hanya bisa memantau lokasi pelaku jika nomor yang digunakan masih aktif. Kalau udah mati, bhabhay lah sudah.. lolos dari pelacakan.
Kendala lainnya adalah niat Pak Polisi untuk mengungkap kasus penipuan online. Saya mengalami sendiri, saat melapor ke Polisi, laporan saya malah dianggap remeh. Diceramahi, ditakut-takuti pula bahwa pelaku sangat lihat dan susah di lacak. Katanya, bisa jadi penarikan ATM di Yogja, tapi pelaku sudah ada di Sulawesi. Kata-kata bisa jadi inilah yang membuat saya membentuk pola pikir bahwa masih ada Polisi yang tidak sepenuhnya niat membantu. Belum juga dikerjakan, mereka sudah membuat opini sendiri. Hal inilah yang membuat masyarakat malas melanjutkan laporannya. Semua itu tergantung pribadinya..
Bank, Provider, Polisi, menurut saya semacam cinta segitiga yang harus akur satu sama lain demi berhasilnya pengungkapan kejahatan. Sama halnya cinta segitiga antara pengungkapan kartu identitas, no rekening, dan nomor seluler yang digunakan pelaku saat melakukan modusnya.
Idealnya gini, tanpa identitas asli, Bank juga tidak bisa menerbitkan rekening baru, kan. Kecuali pihak Bank tidak bisa membedakan mana identitas asli dan mana identitas palsu. Meskipun alamat dan nomor ponsel tidak bisa dijadikan patokan, selama nama pelaku sama dengan nama yang tertera di rekening, hanya dengan memberikan nomor identitas dari Bank, menurut saya Polisi akan mudah mengungkap kejahatan. Minimal lokasi tinggal pelaku bisa didapat, meskipun pelakunya jadi buron.
“Saya pernah mengungkap penipuan, dari Surabaya lokasi pelaku terpantau di Sulawesi, begitu petugas sampai di Sulawesi no ponselnya mati. Sia-sia kita kesana, udah keluar biaya banyak” saya dengar sendiri ada Polisi mengatakan begitu. Saya hanya bisa katakan, untuk hal kebaikan tidak ada yang sia-sia, Pak. Toh, ya, bukan duit Bapak sendiri.. kalau hanya biaya yang dipersoalkan, wajar jika muncul pendapat bahwa urusan sama Polisi ribet dan mahal.
Olala, pikiran saya langsung terkonek dengan adegan di serial CSI. Praktisnya, jika pelaku di Sulawesi, kenapa Polisi di Surabaya gak minta bantuan ke rekannya yang di Sulawesi lebih dulu bergerak, minimal mencari dan menyanggong pelaku selama no ponsel aktif. Jika dirasa kuat bukti, baru datangkan Polisi dari Surabaya. Ini opini saya pribadi sebagai pecinta film CSI, lho ya. Buat apa menyuruh masyarakat lapor Polisi bila menderita kerugian sedangkan laporan itu hanya jadi berkas numpuk disana?
Apapun itu, sebagai masyarakat, kita wajib berhati-hati. Sekarang ini modus penipuan makin pintar. Sudah dihati-hati saja, masih ada yang kejebak.
Meski sudah ketipu jangan menyerah, lapor Polisi saja belum jamin pelaku langsung ketangkap karena yang diurusi tidak satu laporan saja. Mungkin disinilah saatnya kita bertindak sebagai agen CSI sendiri. Modalnya yakin dan sabar. Surat bukti lapor Polisi dapat membantu ‘agen’ jika sewaktu-waktu menemui kendala, misalnya mau nangkap basah pelaku di suatu tempat.
Semoga kita semua terhindar dari segala kejahatan, Amiin. Mungkin teman-teman ada pendapat lain, boleh kita sharing 🙂