Pentingnya Zat Besi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan dan Pengaruh Tumbuh Kembang Anak
Ternyata efek utama terjadinya anemia adalah karena kekurangan zat besi. Saya pikir anemia adalah hal biasa yang wajar dialami semua orang. Selama badannya bugar dan bisa beraktifitas normal menurut saya termasuk kategori manusia sehat. Akan tetapi, begitu saya melakukan cek darah, angka Hb saya 8,9 g/dL!
“Waduh mbaak, Hbnya rendah sekali!”
“Memangnya normal Hb manusia berapa, ‘Mas Suster’?” (perawat laki istilahnya apa, sih? 😀 )
“Untuk perempuan seperti Mbak normalnya antara 12 sampai 16 g/dL. Sedangkan laki-laki antara 14 sampai 18 g/dL”
Mendengar penjelasan Mas Suster saya lagsung syok. Perasaan saya baik-baik saja, deh. Tubuh juga fit, nggak merasakan keluhan apa-apa.
Tapi memang beberapa bulan ini saya sering mengalami pusing hebat hingga mata berkunang-kunang. Yang paling parah adalah merasakan gatal di kulit yang saya tidak tau penyebabnya apa. Padahal saya tidak memilik alergi seafood. Pengaruh jamur atau virus juga tidak. Keadaan ini berlangsung selama hampir 3 bulan. Gatal di kulit serasa timbul tenggelam.
Pada saat tertentu, saking gatalnya, badan saya bengkak-bengkak hampir seluruh tubuh. Untuk menetralisir gatal, tiap hari saya minum obat gatal yang dibeli di Apotek. Tapi lama-lama kok takut jadi kebiasaan. Periksa dokter, beliau memberi saran agar saya melakukan tes darah.
Pusing dan gatal kulit memang penyakit receh, tapi kalau keterusan harus dicari tau penyebabnya sebab keduanya termasuk dalam gejala anemia
Rata-rata gejala anemia sukar ditebak. Hal kecil seperti lelah, pucat, daya tahan tubuh menurun, sesak napas. Termasuk gatal dan rambut rontok juga bagian gejala anemia. Ketika mengalami kondisi seperti ini, sebaiknya konsumsi suplemen.
Setelah cek darah, benar Hb saya dinyatakan rendah. Dokter pun memberi rekomendasi konsumsi suplemen zat besi.
Sekarang gatal kulit yang saya alami mulai berkurang. Kalaupun gatal tidak separah sebelumnya. Cukup dioles bedak cair, bentolnya langsung hilang.
Pentingnya Zat Besi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan dan Pengaruh Tumbuh Kembang Anak
Ketika hamil dulu bisa dibilang saya miskin informasi nutrisi. Saat itu saya masih kerja dan hampir tidak ada waktu banyak untuk konsultasi dokter. Periksa kandungan di Puskesmas pun hanya sebentar. Selesai periksa langsung pulang karena harus lanjut ngantor.
Tiap selesai kontrol, bidan Puskesmas selalu memberikan vitamin. Tapi ya itu saya tidak terlalu ngerti vitamin apa.
Rasa pusing, mual hingga muntah, lelah semua saya nikmati. Bukankah hamil memang begitu, ya? Makan memang saya tidak teratur. Bangun pagi gak sempat masak, langsung berangkat kerja. Boro-boro masak, bau kompor aja mual. Dan akhirnya ketika berusia 3 bulan, kandungan saya tidak dapat dipertahankan karena janin tidak berkembang.
Sungguh, kalau ingat masa ini menyesal kenapa saya dulu tidak mengerti pentingnga zat besi pada ibu hamil.
Tanggal 6 April 2019 kemarin, saya mengikuti acara #MaltoferWomanCommunity. Dan mendapati fakta bahwa wanita dewasa, ibu hamil, anak-anak dan manula memiliki resiko tinggi terkena Anemia.
Disampaikan oleh dr. Taufiqur Rahman, SpA, pada 1000 Hari Pertama Kehidupan, ibu hamil harus cukup nutrisi terutama zat besi. Zat Besi mempunyai peranan penting sebagi transportasi oksigen ke seluruh tubuh sebagai proses pembentukan energi.
1000 Hari Pertama Kehidupan adalah masa sejak janin dalam kandungan hingga mereka berusia 2 tahun. Periode 1000 HPK ini momen penting, makanya ada yang menyebutkan sebagai Periode Emas. Pada saat itu pertumbuhan otak janin sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Momen ini juga mendukung seluruh proses pertumbuhannya secara sempurna.
Oleh karena itu, pada masa 1000 HPK, asupan nutrisi Ibu paling utama, terutama zat besi. Zat besi berperan penting dalam perkembangan motorik dan struktur otak janin. Jika ibu hamil kekurangan (defisiensi) zat besi, kemungkinan yang terjadi adalah peningkatan risiko defisiensi besi dan perubahan perilaku bayi.
Jadi Ibu-ibu, ketiksa sedang hamil upayakan agar asupan nutrisi terserap sempurna sebab kekurangan gizi pada periode 1000 HPK tidak akan dapat diperbaiki pada masa selanjutnya. Jangan sampai periode emas itu terlewat begitu saja.
Anemia Defisiensi Besi pada Ibu Hamil
Menurut data yang saya baca, sesuai Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, 37,1% ibu hamil di Indonesia mengalami Anemia. Hal ini terjadi seiring meningkatnya penyerapan zat besi dan nutrisi tubuh yang dibutuhkan ibu selama masa kehamilan.
Dampak anemia defisiensi besi pada kehamilan antara lain:
- Pada trimester ke 3 terjadi peningkatan kebutuhan hampir 10x lipat. Biasanya makanan dengan kandungan zat besi saja belum cukup memenuhi kebutuhan zat besi selama kehamilan
- Defisiensi zat besi terjadi pada ibu hamil hingga 40% pada trimester ketiga
- Mayoritas wanita hamil dengan anemia diakibatkan kekurangan zat besi
Efek Anemia Defisiensi Besi yang terjadi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan, dapat mengganggu perkembangan otak pada bayi yang sifatnya permanen. Seperti:
Kinerja kognitif buruk yang berpengaruh pada penurunan IQ dan kemampuan akademis di sekolah
Fungsi Motorik buruk
Gangguan perilaku sosio-emosional
Penurunan perkembangan otak akan bersifat permanen sampai remaja
Penelitian Lone dan kawan-kawan mendapati bahwa ternyata Ibu hamil yang mengalami Anemia Defisiensi Besi dapat meningkatkan resiko kelahiran premature dan Bayi Berat Badan Rendah.
Betapa sangat penting periode 1000 HPK bagi janin hingga kehidupan jangka panjang mereka.
Berikut adalah Angka Kebutuhan Gizi asupan zat besi yang dibutuhkan ibu hamil dan menyusui setiap harinya:
Usia Kehamilan | Jumlah Asupan Zat Besi |
Trimester 1 | 26 mg |
Trimester 2 | 35 mg |
Trimester 3 | 39 mg |
Anemia Defisiensi besi pada bayi dan anak
Anemia defisiensi besi yang dialami ibu selama kehamilan dapat berpotensi dialami juga oleh bayi dan anak-anak meskipun usianya kurang dari 1 tahun. Iya, saat hamil ibu dan janin terus memiliki keterkaitan. Asupan gizi janin kan didapat dari gizinya Ibu.
Akan tetapi ketika anak berusia 4 -6 bulan, cadangan zat besi dari Ibunya sudah mulai berkurang sehingga anak harus mendapatkan asupan nutrisi dengan caranya sendiri.
Berikut adalah Angka Kebutuhan Gizi asupan zat besi yang dibutuhkan anak sesuai usia setiap harinya referensi AKG Permenkes No. 75
Usia Anak | Jumlaha Asupa Zat Besi |
7 – 11 bulan | 7 mg |
1 -3 tahun | 8 mg |
4 – 6 tahun | 9 mg |
7 – 9 tahun | 10 mg |
10 – 12 tahun | 20 mg |
13 – 18 tahun | 26 mg |
Zat besi merupakan zat gizi mikro yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk hemoglobin. Pada usia anak-anak, fungsi zat besi memiliki peranan masing-masing sesuai usianya. Antara lain:
Fungsi Zat Besi pada Janin sebagai pertumbuhan dan perkembangan janin serta perkembangan otak
Fungsi Zat Besi pada Bayi untuk meningkatkan massa Sel Darah Merah secara cepat, perkembangan postnatal dan sebagai pertumbuhan
Fungsi Zat Besi usia Pra-Sekolah hingga sekolah sebagai perkembangan dan pertumbuhan
Fungsi Zat Besi Usia Remaja ketika menstruasi sebagai penambahan volume darah dan meningkatkan massa otot
Bila anak mengalami kekurangan zat besi, gejala yang ditimbulkan antara lain mudah lelah, penurunan prestasi akademis, penurunan system kekebalan tubuh, hingga gangguan tumbuh kembang anak.
Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi pada bayi, dr. Taufiqur Rahman, SpA memberikan 2 alternatif:
1. Konsumsi zat besi dengan cara Fortifikasi. Yaitu pemberian makanan dari bahan alami atau yang sudah diproses seperti bubur, sereal, dan lain-lain.
2. Konsumsi zat besi melalui Suplementasi. Yaitu produk tambahan sebagai pelengkap zat besi. Bentuknya bermacam-macam, bisa tablet, sirup, atau obat tetes.
Peran penting Zat Besi bagi tubuh
Pada dasarnya semua nutrisi dibutuhkan oleh tubuh. Baik Macronutrients yang terdiri dari air; karbohidrat; protein; lemak, juga Micronutrients yakni vitamin dan mineral untuk perkembangan dan pertumbuhan.
Tubuh membutuhkan zat gizi makro sebagai bahan utama untuk membentuk energi dan seluruh metabolisme. Sedangkan zat gizi mikro fungsinya sebagai zat pengatur. Butuhnya tidak banyak, tapi keberadaannya sangat penting untuk menjaga fungsi tubuh dan mencegah penyakit.
Karena tidak banyak itulah seringkali kita mengabaikan keberadaan zat gizi mikro. Dan tau nggak teman-teman kekurangan zat besi adalah yang paling umum dialami orang. 3 miliar penduduk dunia kekurangan zat besi!
Padahal bahan makanan yang mengandung zat besi mudah ditemukan di sekitar kita.
Sumber-sumber makanan yang zat besi terdiri 2 bentuk:
Haem Iron yang terdapat dalam sumber hewani didapatkan dari daging merah (hati sapi, hati ayam), daging ayam, dan ikan. Zat besi yang berada dalam bentuk protein besi-hem ini tingkat penyerapannya antara 10-25%
Non Haem Iron yang terdapat dalam sumber nabati seperti Cereal fortifikasi, biji gadum fortifikasi dalam sereal, bayam, telur, kacang-kacangan. Zat besi dalam bentuk senyawa anorganik kompleks besi-nonhem tingkat penyerapannya antara 1-8%
Kesimpulannya, zat besi dalam bentuk besi-hem lebih mudah di serap oleh tubuh dibandingkan dalam bentuk besi-nonhem.
Bahan Makanan | Kandungan Besi |
Daging | 23,8 mg |
Ikan Mas | 1,3 mg |
Ikan Tongkol | 0,7 mg |
Sereal | 18,0 mg |
Kedelai | 8,8 mg |
Kacang | 8,3 mg |
Beras | 8,0 mg |
Bayam | 6,4 mg |
Hati Sapi | 5,2 mg |
Pisang | 2,0 mg |
Jambu Biji | 1,1 mg |
Meski sumber-sumber zat besi mudah ditemukan, pada kenyataannya tidak semua orang bisa mengkonsumsinya. Pengaruh kondisi sosial seringkali menjadi kendala.
Alternatif lain untuk mendapatkan zat besi adalah melalui suplementasi zat besi.
Maltofer, Suplementasi zat besi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan
Jumlah asupan zat besi yang dibutuhkan ibu hamil sangat banyak. Jadi selain konsumsi makanan yang mengandung zat besi tinggi, ibu juga butuh produk suplementasi besi.
Besi merupakan komponen penting hemoglobin dan myoglobin dan enzim-enzim yang mengandung besi. Ketika dinyatakan hamil, kebutuhan suplemen zat besi dibutuhkan ibu hingga 9 bulan untuk melengkapi cadangan zat besi.
Salah satu suplement zat besi yang baik dikonsumsi untuk menunjang 1000 Hari Pertama Kehidupan adalah Maltofer.
Mengapa harus Maltofer?
Ada 2 alasan ibu hamil konsumsi #Maltofer:
Maltofer pilihan yang disukai untuk mencegah dan mengobati anemia defisiensi besi pada kehamilan
Maltofer melepaskan kandungan zat besi secara efektif dan terkontrol sesuai kebutuhan ke dalam tubuh sehingga tidak terjadi penumpukan zat besi
Maltofer mengandung zat besi jenis Iron (III)-Hydroxide Polymaltose Complex (IPC) yang masing-masing partikelnya terikat pada suatu polimer karbohidrat (polimaltosa). Hal ini untuk mencegah perusakan saluran pencernaan oleh besi. Perlindungan ini mencegah interaksi antara besi dengan makanan. Selain itu menjamin bioavailabilitas zat besi.
Maltofer mudah larut dalam air. Sekali aduk, butirannya tidak meninggalkan remah-remah kecil. Seperti ini bedanya:
Maltofer, Body friendly iron yang aman dikonsumsi
Ketika mendapati angka Hb rendah, Mas Suster memberi rekomendasi saya konsumsi Maltofer.
Kata Mas Suster Maltofer adalah tablet kunyah pertama di Indonesia dengan komposisi Zat Besi Fe3+ (Ferri) dengan rasa coklat yang aman dikonsumsi dan minim efek samping (mual, konstipasi, dll/).
Lho kok rasa coklat, sih. Ini suplemen apa permen coklat?
Saya sudah buktikan, ketika sebutir tablet meluncur di lidah saya, rasanya meleleh pelan seperti coklat. Warna butirannya pun coklat. Dominan coklat daripada rasa besinya. Untuk makannya gak usah dengan air. Tinggal kunyah saja seperti makan permen coklat. Kalau saya cara makannya diemut sampai habis. Lha wong rasanya enak, hehe
Mbak Deloni Anggraini selaku Brand Manajer Maltofer menjelaskan, Maltofer dapat diberikan bersamaan dengan makanan maupun obat dan tidak mengurangi kadar zat besinya. Memiliki tingkat keamanan yang lebih baik dibandingkan Zat Besi Ferrous (Fe2+) yang setelah dikonsumsi dapat terjadi luka lambung serius dan erosi pada area yang cukup luas.
Maltofer produksi Combiphar yang sudah dikenal lebih dari 50 tahun di dunia dan 10 tahun di Indonesia. Maltofer tersedia dalam 4 sediaan:
Maltofer Fol
Diperkaya dengan asam folat untuk Ibu hamil. Satu box berisi 30 table
Maltofer
Tablet kunyah Iron (III) Polymaltose Complex pertama di Indonesia yang diperuntukkan segala usia. Kemasan satu box berisi 30 tablet
Maltofer Syrup
Kemasan syrup isi 150ml dengan kadungan 1 mL=10 mg Fe yang dapat dikonsumsi oleh anak hingga dewasa
Maltofer Drops
Kemasan tetas isi 30 ml yang diperuntukkan bayi dan anak-anak
Saat Anemia cukupi kebutuhan zat besi dengan Maltofer dari #Combiphar
Kepada teman-teman jangan sepelekan anemia. Ketika mulai timbul gejala-gejalanya, segera perbanyak konsumsi makanan yang mengandung zat besi agar tubuh terhindar dari penyakit.
Untuk membantu asupan zat besi, tambahkan suplemen Maltofer setiap hari untuk melengkapi cadangan besi tubuh yang mengandung Iron (III) Polymaltose Complex
Berikut fakta-fakta Maltofer:
- Tablet Kunyah Besi (IPC) rasa coklat Pertama di Indonesia dengan efek samping minimal
- IPC diserap secara aktif dan terkontrol sehingga tidak menimbulkan kelebihan zat besi yang dapat menyebabkan mual, luka lambung, gangguan jantung, dan susah BAB
- Efektif meningkatkan Hemoglobin (Hb) pada Kehamilan
- Tidak berinteraksi negative dengan makanan, minuman maupun obat-obatan, dan tidak menimbulkan stress oksidatif
- Meningkatkan kepatuhan pasien
- Disukai ibu hamil karena rasa coklat yang enak dan after taste besi minimal
- Original Swiss dengan lisensi dari Vifor (International) Inc. St. Gallen – Switzerland
Dengan mengetahui penyebab anemia defisensi zat besi sejak dini, semoga kita semua terlindung dari segala penyakit, Amiin.
Bagi ibu hamil dan calon ibu, yuk mulai memahami Pentingnya Zat Besi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan dan pengaruh tumbuh kembang anak. Kunjungi website Maltofer di http://www.maltofer.combiphar.com/ untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang zat besi.
@nurulrahma
Habis ikut acara ini, aku rutin ngemut Maltofer mba. Sehari sekali cukup! Hamdalaahh, ngantukan-ku berkuraaaangg banget, semoga score Hb kita normal dan sehaaaaatt semuanya, aaamiiiinn
Avy Chujnijah
kudu nyamil ini mbak
ben zat besi kita rodok naik 🙂
Syarifani Mulyana
Yang tablet enak ya mba, berasa ngunyah permen cokelat bukan ? Kok aku jadi pengen icip ya. Hehe
Fika anaira
aku juga nyoba maltofer rasanya memang coklat banget, pantes ibu hamil nggak eneg kalau makan Maltofer 🙂 Mbak kalau traveling jangan lupa bawa Maltofer biar bisa ngikutin jalanku yang wuuuuus…