Traveling ke Palembang, ini itinerary wisata saya selama 4 Hari 3 Malam
Traveling ke Palembang, ini itinerary wisata saya selama 4 Hari 3 Malam – Sudah lama saya ingin menginjakkan kaki ke pulau Sumatera. Mungkin ke Aceh, Medan, atau Padang. Tapi Allah justru menyegerakan saya ke Bumi Sriwijaya.
Sebelumnya saya tidak banyak tau destinasi wisata di Palembang, berkat acara Famtrip saya jadi tau banyak destinasi wisata di Ibukota Sumatera Selatan.
Udara kota Palembang sama panasnya dengan Surabaya. Macetnya pun agak-agak mirip terutama jam 9 pagi dan jam 5 sore. Yang membuat berbeda hanyalah kereta api di atas jalan layang.
Yup, Palembang punya LRT. LRT di Palembang adalah pertama di Indonesia. Hebatnya pembangunannya selesai dalam waktu setahun saja.
Saat di Palembang, saya sudah menyiapkan itinerary wisata selama 4 Hari 3 Malam diluar jadwal Famtrip. Yang tidak ada di rundown, saya usahakan sendiri ada, hehe.. Mumpung di Palembang ini.. dan mumpung ada teman jalan. Demi ke Palembang pun sampai dibela-belain ngeteng dari Surabaya lewat jalan darat 😀
Jakabaring Sport City
Destinasi ini wajib didatangi saat ke Palembang. Jakabaring Sport City merupakan kompleks olahraga terbesar di Indonesia dengan fasilitas modern bertaraf Internasional. Paling baru, kawasan ini digunakan sebagai arena Asian Games bulan Agustus 2018 lalu.
Sebagai sarana wisata olahraga, Jakabaring Sport City memiliki cukup banyak fasilitas. Selain stadion Gelora Sriwijaya, di sini juga dilengkapi puluhan arena olahraga, danau buatan, kebun rindang, tempat ibadah, dan penginapan. Berfungsi ganda deh, bisa buat piknik, bisa juga buat olahraga.
Saya kemarin sempat menginap semalam di Jakabaring. Ruangannya cukup lebar sebab 1 kamar digunakan untuk 4 orang. Di dalam kamar ada 4 bed, 4 lemari, dan 4 meja. Yang 1 cuma toilet, kamar mandi, dapur, dan kulkas. Oh, ada seperangkat sofa juga, sih.
Yang bikin melas, kamar di Jakabaring Sport City tidak dilengkapi TV dan internet. Konon biar atletnya fokus latihan. Selama di sini saya pun harus keluar gedung dulu buat sekedar buat posting Instagram. Sinyalnya ambles, bray!
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II
Bangunan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II berbentuk limas dengan tangga kanan kiri. Untuk masuk ke museum ini pengunjung harus lepas alas kaki. Tenang aja, lantainya bersih, kok. Yang unik lantai museum ini terbuat dari kayu tembesu yang berusia 200 tahun.
Di Museum ini tersimpan benda-benda peninggalan Sultan Mahmud Badaruddin II dan barang-barang peninggalan kolonial Belanda. Kalau ingin mengetahui sejarah Kesultanan Palembang secara lengkap, museum ini menyimpan kisahnya.
Pulau Kemaro
Jangan bayangkan pulau ini memiliki pantai dengan pasir putih halus. Pulau Kemaro ini pulau yang tak berpantai. Lebih tepatnya delta, karena posisinya di tengah sungai Musi.
Masuk ke pulau ini kita diajak berwisata religi, di sana terdapat klenteng dan Pagoda setinggi 9 lantai. Yang menarik, sejarah pulau Kemaro ini berhubungan dengan legenda cinta seorang putri raja bernama Siti Fatimah yang disunting seorang saudagar Tiongkok bernama Tan Bun An.
Kalau ingin naik ke dalam Pagoda, disarankan datang saat Imlek karena pada saat itu pintu pagoda dibuka untuk dibersihkan. Tapi saya beruntung, saat ke sana, pintu pagodanya dibuka, jadi saya bisa naik sampai ke lantai 9.
Di dalam Pagoda ada apa? Gak ada apa-apanya, hehe.. bagusnya bisa melihat pemandangan sungai Musi dari ketinggian pagoda di lantai 9.
Lorong Basah Night Culinary
Lorong basah Night Culinary merupakan wisata kuliner malam hari di Palembang. Tempatnya berada di sebuah jalanan ruko yang telah tutup.
Di sini sambil jajan-jajan cantik, pengunjung dihibur dengan live music yang menghentak. Namanya juga di Palembang, jajanan yang banyak dijual ya pempek.
Entahlah, orang Palembang tuh begitu menyanjung Pempek hingga di mana-mana mudah sekali menemukan penjual Pempek.
Bangga banget saya di sini, ada gitu lho daerah yang merawat kuliner lokal sampai mendarah daging. Jadi bukan sekedar nitip embel-embel nama daerah dibelakang nama kuliner semata.
Bukit Seguntang
Bukit Seguntang hanyalah sebuah tanah tinggi dan tidak bukit-bukit banget. Tingginya kisaran 26-30 mdpl. Gak usah jauh-jauh bayangin Trawas, dengan Pakis Gunung aja jauh. Walau begitu kawasan ini dianggap dataran paling tinggi di Palembang.
Di Bukit Seguntang terdapat taman dan makam-makam Raja Palembang yang konon dipercaya sebagai leluhur orang Melayu di Sumatera, Singapura dan Malaysia.
Pada tahun 1922 di Bukit Seguntang pernah ditemukan arca Budha besar berlanggam Amarawati. Sekarang tempat ini digunakan sebagai ziarah umat Budha didalam dan luar negeri
Al Quran Raksasa
Saat menuju ke sini saya agak tercengang. Tak menyangka ada perkampungan padat penduduk dengan jalan tak begitu lebar terdapat destinasi wisata. Herannya, pengunjung yang datang sangat banyak.
Al Quran raksasa diukir diatas kayu tembesu dengan ornamen ukiran khas Palembang. Pembuatnya bernama H. Syofwatillah Mohzaib. 1 lembar Al Quran Al Akbar berukuran 177 cm x 140 cm dengan tebal 2,5 cm.
Kampung Kapitan
Kampung Kapitan berada di tepian sungai Musi di sebrang Ulu. Kampung lawas ini dihuni oleh masyarakat Tionghoa secara turun temurun sejak masa Sriwijaya.
Masuk ke dalam kampung ini, pengunjung akan dibawa pada sebuah rumah tinggal yang berbentuk khas rumah Cina berusia +- 400 tahun. Saya cukup terpukau dengan suasananya. Rumah lebar berhalaman luas dengan anak-anak berlarian bebas ke sana ke mari.
Di Kampung Kapitan saya sempat masuk ke salah satu rumah Kapitan. Di sana diperlihatkan kamar, foto-foto Kapitan, meja abu dan altar sembayangan.
Kampung Al Munawwar
Kampung Al Munawwar bertetangga dengan Kampung Kapitan. Dari namanya saja sudah terasa arabnya. Yap, ini adalah perkampungan arab di Palembang.
Untuk masuk ke dalam kampung Al Munawwar, pengunjung harus berpakaian sopan bercelana panjang. Tapi tenang saja, pengunjung yang berpakaian ‘tidak sopan’ disediakan persewaan sarung dan kerudung.
Di Kampung ini terdapat rumah-rumah yang diperbolehkan kita masuk. Ada rumah tinggi, rumah batu, rumah darat, dan lain sebagainya. Sayang saat itu kami kesorean datang, jadi tidak ada kesempatan masuk.
Kampung Sekanak, Kawasan Tua Palembang
Destinasi ini diluar rundown Trip. Perjalanan ke sini atas ajakan teman-teman Blogger Palembang diantarnya Koh Deddy Huang, Mbak Suzannita, dan Om Ndut Haryadi Yansyah.
Jalan ke Kampung Sekanak saya diperlihatkan sebuah benteng pertahanan. Selanjutnya terdapat rumah-rumah kuno berusia tua yang ditampakkan pada bentuk bangunannya.
Pada saat melalui Sungai Sekanak, saya melihat anak-anak bermain lompat-lomptan dari bibir sungai. Di tepian sungai Sekanak suasananya sangat riuh. Riuh terikan, juga riuh warna catnya.
Museum Rumah Sepuluh Ribuan
Diantara sekian wisata di atas, yang paling saya suka adalah destinasi ini. Namanya Museum Bala Putera Dewa.
Saya memang suka museum, tapi gak nyangka kalau di sini saya menemukan rumah asli yang jadi lukisan gambar rumah limas pada uang Sepuluh Ribuan versi uang baru sebelum sekarang. Eh, gimana?
Di Museum Bala Putra Dewa selain terdapat arca megalit, juga ada arca Batu Gajah seberat 5 ton dan diyakini ada sejak abad 1 masehi.
Sayang lagi, kami datang kesorean sehingga hanya bisa mengintip suasana rumah dari sekat-sekat kayu jendela.
Banyak sekali kesenangan yang tertinggal di Palembang. Meski hanya sebentar tapi saya puas dengan keramahan masyarakat, terutama teman-teman blogger Palembang yang sudah berbaik hati menemani kami perjalanan diluar jadwal trip.
Traveling ke Palembang, ini itinerary wisata saya selama 4 Hari 3 Malam dapat teman-teman gunakan saat berencana mengunjungi Bumi Sriwijaya. Dan yang perlu saya garis bawahi, sempatkan waktu berfoto dengan latar Jembatan Ampera biar sah dan meyakinkan!, hehe..
Mbah Kakung
Aku kemarin cuma bisa mbatin yang Kampung Sekanak. Padahal udah lewat. Pengen usul berhenti di situ. Tapi apa daya, perutku sebenarnya mules.
adeuny
kemarin itu berarti foto di pulau kemaro ya.. bagus-bagus wisatanya.. aku juga blom pernah ke Palembang.. semoga suatu saat nanti di beri kesempatan waktu dan rejeki buat kesana… aamiin ya rabb..
deddyhuang.com
haha cerita pengalaman mu ke Palembang pun bakal tetap jadi bahan cerita yaaaa 😀