Temu Anak Peduli suarakan Pusparagam Anak Indonesia Setara Semartabat

“Siapa kita?”
Aku Anak Indonesia..

“Apa mau kita?”
Setara Semartabat..

“Apa yang harus kita lakukan?”
Semangat.. Semangat.. Semangat..

Teriakan yel-yel membahana berkali-kali dan membakar semangat semua telinga yang mendengarnya. Saya yang berada di antara mereka seketika takjub. Meski diulang berkali-kali, suara mereka bukannya melempem, tapi makin nyaring dan renyah.

Suara bergemuruh itu datang dari bibir anak-anak peserta Pusparagam Anak Indonesia yang diselenggarakan oleh Program Peduli seminggu yang lalu, tepatnya 21 Juli 2018, di Surabaya.

Pusparagam Anak Indonesia merupakan sebuah forum yang terdiri dari anak-anak usia 9 tahun hingga 18 tahun dengan total sebanyak 165 anak. Mereka datang dari 31 kabupaten/kota di Indonesia. Mulai dari Aceh, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. Anak-anak ini merupakan perwakilan komunitas yang terpinggirkan. Tujuan acara ini menyuarakan aspirasi anak-anak dari seluruh Indonesia, dan diharapkan kegiatan ini dapat menjadi wadah bagi anak-anak untuk berekspresi.

Bukan tanpa alasan mereka disatukan di kota Surabaya. Kegiatan ini merupakan rangkaian acara dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional yang diperingati setiap tanggal 23 Juli. Program Peduli, yang fokus bekerja untuk melindungi dan mendorong pemenuhan hak-hak anak dan remaja rentan menyelenggarakan Temu Anak Peduli “Pusparagam Anak Indonesia”.

Sebagai informasi, adek-adek peserta Pusparagam Anak Indonesia ini nantinya akan mengikuti puncak perayaan Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli 2018 dan bertemu dengan Bapak Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo di Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan, Jawa Timur. Mereka akan memimpin sekitar 3000 anak dari seluruh Indonesia untuk flasmob pada puncak perayaan. Di sana akan ditampilkan juga 126 karya seni hasil Temu Anak Peduli yang dipamerkan di Taman Impian.

Image by Ike Yuliastuti
Image by Ike Yuliastuti

 

Temu Anak Peduli Pusparagam Anak Indonesia

 

Jam hampir menunjukkan pukul 13.00 ketika pintu ruangan luas tempat berlangsungnya Temu Anak Peduli Pusparagam Anak Indonesia ditutup. Suasana yang tadinya sepi, mendadak heboh dengan yel-yel semangat yang dipandu oleh 2 MC muda.

Sekilas senyum-senyum anak-anak itu ceria. Tiada beban di wajah mereka. Akan tetapi mereka adalah anak-anak istimewa.

Seperti yang terlihat ketika seorang Dwi Ariani Pamungkas naik ke atas panggung dan menarikan Tari Angguk dari Kulon Progo sebagai pembuka acara. Gerakannya gemulai, pas dengan irama musik, tapi siapa yang tau kalau Adek Dwi Ariani adalah penyandang disabilitas? Dengan keterbatasannya, Dwi Ariani sangat percaya diri berlenggak-lenggok di depan ratusan pasang mata.

Anak-anak adalah warga negara yang sedang berproses. Kualitas hidup anak-anak menjadi dasar kualitas hidup mereka di masa yang akan datang. Masa depan sebuah negara tercermin dari potret kondisi anak-anak sehingga mereka perlu dijaga, dibina, dan ditingkatkan kualitas hidupnya agar dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal.

Namun sayang, masih saja ada anak-anak di Indonesia yang mengalami tantangan berat ketika diusia mereka sedang menjalani proses tumbuh kembang. Diantara tantangan itu adalah pengasuhan yang tidak memadai, kondisi miskin dan terpencil sehingga menyebabkan anak tidak memiliki identitas resmi.

Keberadaan mereka kian jauh dari layanan dasar, terutama pendidikan dan kesehatan. Kondisi ekonomi rentan menjadikan anak jadi sasaran eksploitasi. Bahkan di beberapa tempat di Indonesia, masih ada yang menjalani pernikahan usia dini sebagai jalan pintas bagi keluarga untuk mengurangi beban ekonomi.

 

Ekspresi Anak Indonesia Setara Semartabat

 

Kegiatan Temu Anak Peduli di Surabaya diadakan selama 3 hari, mulai 20-22 Juli 2018. Selama 3 hari mereka diajak untuk belajar bersama, bermain, berkarya, serta bertukar pikiran mengenai berbagai tema kebangsaan yang dibalut dalam workshop Ekspresi Anak Indonesia.

Dalam catatan saya mereka dibagi dalam kelas-kelas, yaitu:

• Literasi
• Gotong Royong
• Kekerasan dan perundungan (bullying)
• Toleransi dan perdamaian
• Kepemimpinan
• Kewirausahaan

Hari itu anak-anak ditunjuk untuk menyajikan hasil karyanya di depan teman-teman dan seluruh hadirin. Dalam pandangan saya, mereka cukup ekspresif menyajikan karyanya. Kekompakan dan kerja sama mutlak diperlukan sehingga penampilan mereka memukau semua mata yang hadir.

Saya berkali-kali tak bisa menahan tawa melihat penampilan mereka. Ada yang menampilkan story telling, drama, hingga pembuatan karya nyata dari stik ice cream.

Kelas Literasi

Terdiri anak-anak yang menampilkan story telling. Secara bergantian mereka menceritakan cita-cita masing-masing sambil menunjukkan gambar di atas kertas

Kelas Kekerasan dan perundungan (bullying)

Kelas ini cukup ekspresif sekali. Menyampaikan drama teatrikal yang kocak. Konflik yang diangkat adalah perbedaan warna kulit. Selama drama berlangsung, tak henti-hentinya pengunjung bergelak tawa

Kelas Kewirausahaan

Berbekal sebuah coretan bergambar pohon anak-anak ini menjelaskan tentang keinginannya menjadi seorang pengusaha. Menurut mereka syarat menjadi negara maju harus memiliki intepreneur sebanyak 2% dari jumlah penduduk.

Kelas Kepemimpinan

Cita-cita pemimpin disampaikan secara tegas di kelas ini. Dengan penuh semangat mereka menggaungkan bahwa semua orang bisa menjadi seorang pemimpin.

“Siapa yang mau jadi pemimpin?”
Saya siap memimpin…!

Kelas Toleransi dan Perdamaian

Kelas ini juga menampilkan drama dengan konflik khas anak sekolah. Yang jadi guru, orang tua, ya, anak-anak sendiri.

Kelas Gotong Royong

Kelas ini menciptakan karya seni dari stick ice cream yang dibentuk secara vertikal. Semacam bangunan tinggi yang terdiri antaralain tolong menolong, persatuan, kebersamaan, dan gotong royong.

Program Officer Program Peduli untuk PilarRemaja dan Anak-anak Rentan, Erna Irnawati mengatakan, “Program Peduli fokus bekerja untuk anak-anak yang menjadi korban eksploitasi seksual komersial, anak-anak yang berhadapan dengan hukum, dan anak-anak pekerja migran. Kami melihat ditengah keterbatasan dan kondisinya, anak-anak ini juga mampu bangkit dan menggapai mimpinya ketika mendapatkan akses, dukungan yang tepat, serta tercipta ruang aman bagi mereka. Mereka juga memiliki mimpi dan dapat mewujudkan cita-citanya serta berkontribusi untuk pembangunan bangsa”.

Dalam acara yang dibalut secara bergembira dan jauh dari kesan formal, Elmi Septiana, seorang gadis 16 tahun berasal dari Lombok Timur mengaku senang menjadi bagin dalam Hari Anak Nasional.

Menurutnya Kegiatan Temu Anak Peduli Pusparagam Anak Indonesia membuka peluangnya berkenalan dengan anak-anak dari seluruh daerah di Indonesia dan berbagi cerita bersama.

Dengan gaya khas anak-anak, Ia sempat berceloteh polos, “… saya senang ikut acara ini. Pertama kali naik pesawat terbang dan bisa makan makanan orang-orang kaya…”

Sontak ucapan Elmi mengundang tepuk tangan. Tepuk tangan antara lucu dan gemes.

Elmi ini merupakan salah satu perwakilan anak yang berdialog dengan Presiden Jokowi pada puncak Hari Anak Nasional 23 Juli 2018.

Elmi menyampaikan kebahagiaannya jadi peserta Temu Anak Peduli

Odi Shalahuddin, Direktur Yayasan Sekretariat Anak Merdeka Indonesia (SAMIN) mengatakan, “Temu Anak ini menarik karena mempertemukan anak-anak marginal yang selama ini terabaikan dan mereka membicarakan kebangsaan. Suara sebagai aspirasi mereka patut diperhatikan dan didengar oleh berbagai pihak”

 

Pusparagam Anak Indonesia Untuk Anak Indonesia Setara Semartabat

 

Kemasan Temu Anak Peduli Pusparagam Anak Indonesia sangat menarik. Mereka tidak monoton disuguhi susunan acara yang padat. Meski bukan anak-anak, saya bisa merasakan atmosfer kebahagiaan yang dirasakan oleh mereka. Mereka mendapat kasih sayang, perlindungan, dan perhatian yang tulus.

Bayangkan selama 3 jam mereka diajak menari, menyanyi, bercengkerama bersama. Dan yang lebih lucu lagi ketika sambutan perwakilan dari Pemerintah Australia, Mr. Paul. Mr. Paul sampai bingung mengungkapkan kata sambutan. Saat berdiri dipanggung, Mr. Paul nyaris tak berkata apa-apa selain menjawab pertanyaan polos anak-anak.

“Mister, apakah di Australia juga ada acara seperti yang kami lakukan di sini?” tanya seorang anak peserta Temu Peduli.

Dijawab oleh Mr. Paul dengan bahasa Indonesia yang fasih bahwa dia telah lama tinggal di Indonesia dan tak begitu mengikuti perkembangan kegiatan anak-anak yang ada di Australia.

Sambutan penutup disampaikan oleh Ibu Deputi Perlindungan Anak yang menyampaikan pesan untuk seluruh anak Indonesia agar semangat mengejar cita-cita dengan disiplin dan menghargai waktu.

Sesi terakhir acara ditutup dengan bernyanyi jingle Hari Anak Nasional Raihlah Mimpi bersama-sama sambil menari lagi.. lagi.. dan lagi..

O.. O.. O… (O.. O.. O..)
O.. O.. O.. (O.. O.. O..)

Senyumlah kawanku, sambutlah mentari
Ayunkan langkahmu, penuh percaya diri..

Anak Indonesia……

Berikut video keseruan Temu Anak Peduli Pusparagam Anak Indonesia di Surabaya seminggu yang lalu

You Might Also Like

One Comment

  1. Vicky Laurentina

    Saya seneng banget materi kewirausahaan dimasukin ke dalam acara diskusi forum anak ini. Dengan begitu, anak diajarin untuk tidak bercita-cita menjadi pegawai, tetapi juga diajarin untuk bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri 🙂

Leave a Reply