Menyusuri Kemegahan Masjid Sultan yang Tertua di Singapura

Masjid Sultan dari sisi Kampong Glam

Menyusuri Kemegahan Masjid Sultan, masjid tertua di Singapura – Traveler mana, sih, yang nggak tau Masjid Sultan di Kampong Glam? Yang memasukkan Bugis dalam destinasi kunjungan di Singapura pasti tak mau melewatkan sesi foto berlatar belakang masjid bereksterior waow ini. Ditambah suasana Kampong Glam yang menawan dengan bangunan lantai dua khas Arab berdiri beiringan. Membuat pengunjung manapun semangat berlama-lama di sana.

Bak oase menemukan masjid ini. Masjid megah nan indah di ujung jalan Arab, Singapura. Lelah jalan kaki ratusan meter dari Stasiun MRT Bugis, kaki yang sebelumnya pegel, bahkan dipakai jalan aja rasanya seperti digandoli bandul 5 kilo, langsung mendadak sembuh.

Siang itu kaki saya terseok-seok parah. Padahal baru dua jam turun dari Changi. Begitu membaca plang ijo terbaca Arab Street dari kejauhan, mendadak kaki saya semangat jalan lagi.

Wah, begini ini yang saya suka.

Setelah sepanjang jalan lihat bangunan kotak, tiba-tiba disajikan kubah emas dengan menara-menara tinggi, rasanya jadi aneh. Model bangunannya udah menyiratkan kemegahan Masjid Sultan bukan masjid kemarin sore.

Masjid Sultan dari North Bridge Road

Saya suka masjid. Tiap lihat masjid yang bentuknya unik, bawaannya pengen masuk ke dalam. Pengen lihat mihrabnya. Mihrab menurut saya adalah bagian masjid yang paling indah. Dan biasanya paling dituakan. Beberapa masjid Jami’ di Indonesia yang rata-rata bangunan baru, bagian mihrabnya malah peninggalan bangunan lama yang sengaja tidak diubah.

Penampakan Masjid Sultan dari luar udah menarik mata banget. Diantara bangunan kecil, Masjid ini paling mendominasi. Bangunan warna krem kombinasi emas membuat saya penasaran berat mengetahui interiornya.

Area jamaah laki-laki bagian dalam

Sejarah Masjid Sultan Singapura

Sebelum saya ajak menyusuri Kemegahan Masjid Sultan, masjid tertua di Singapura, saya ceritakan dulu ya sejarahnya.

Menurut brosur yang saya baca, Masjid Sultan merupakan Masjid tertua di Singapura. Sebelum direnovasi seperti sekarang, Masjid Sultan lama memiliki kubah berbentuk limas susun tiga. Bentuk limasnya seperti masjid-masjid tua di Jawa. Di Surabaya mirip masjid Ampel gitu.

Masjid Sultan dibangun pertama kali tahun 1824 oleh Sultan Husain Shah, pemilik pulau Singapura. Tahun segitu Singapura banyak dihuni oleh masyarakat Jawa, Arab, China yang berdagang. Karena banyak muslim, dibangunlah sebuah masjis.

100 tahun kemudian Masjid Sultan mengalami renovasi. Kubah limas diganti menjadi Kubah Bulat. Hasilnya, ya, seperti sekarang. Biaya renovasi gedung baru masjid menghabiskan dana sekitar $ 200.000 yang diselesaikan selama 4 tahun.

Jadi kalau dihitung-hitung, usia masjid Sultan sekarang adalah 194 tahun!

Masjid Sultan sempat melalui renovasi lagi pada tahun 1965 dan mengganti semua dinding dan lantai menjadi ubin mosaik.

10 tahun kemudian barulah Masjid Sultan ditetapkan sebagai bangunan bersejarah yang diawetkan di bawah perlindungan Dewan Pelestarian Monumen Pemerintah Republik Singapore pada 8 Maret 1975.

Menyusuri Kemegahan Masjid Sultan yang tertua di Singapura

Mihrab Masjid Sultan

Begitu memasuki gerbang masjid dari sisi Arab Street, pertama kali yang saya lakukan adalah mencari pintu masuknya. Ternyata dari sisi ini yang saya dapati pertama kali justru tempat wudhunya.

Tempat wudhu laki dan perempuan dipisah. Saya harus masuk jauh ke dalam untuk mendapatkan toilet dan kran wudhu di bagian wanita. Tempat wudhu yang syar’i, di dalam saya bebas buka-bukaan kerudung tanpa takut diintip jamaah sebelah.

Saya sempat mengintip tempat wudhu jamaah sebelah, ternyata tak kalah bersih dan mewahnya dengan tempat wudhu kami.

Usai megambil wudhu, saya bersiap masuk ke dalam masjid. Agak ragu mau masuk soalnya di dekat pintu masuk ada penjaga seorang Bapak-bapak. Wajahnya sangar, saya mau masuk jadi takut hehe..

Saya sempat ditanya mau masuk masjid apa mau sholat. Saya bilang mau sholat.

“Sudah wudhu?” tanya Bapak penjaga tegas
“Sudah” kata saya.

Saat dipersilakan masuk sambil dijelaskan lokasi sholat wanita, saya baru merasakan sebetulnya Bapak penjaga ini ramah. Mungkin karena area wisata sehingga beliau berlaku tegas. Diluar sebagai tempat sholat, masjid ini juga dibuka untuk umum. Siapapun dipersilakan masuk.

Ketika mau melepas sepatu, terkaget saya disapa seorang Bapak tua,

“This your bag?” Saya mengangguk.

Trus dia bilang berkali-kali,

“Jaga your bag, jaga your bag. Jangan dilepas. Jaga your bag”

Saya kan jadi grogi. Memang, pas saya ke sana masih bopong-bopong koper. Kemudian oleh Bapak petugas saya diminta membawa kopor naik ke lantai atas ke ruang sholat wanita.

Untuk menuju ke atas, saya gak perlu capek kaki naik tangga karena di masjid ini mengandung lift, hehe..

Siang itu banyak pengunjung yang sholat. Bagi wanita disediakan mukena khusus. Tapi saya nggak pakai mukena masjid, saya pakai mukena sendiri jadi gak tau mukena di sana terawat apa tidak. Suasananya sangat menyenangkan. Kalau nggak ingat ini masjid punya negara orang, saya pasti memanfaatkan waktu sejenak untuk leyeh-leyeh sebentar menikmati hamparan karpetnya yang empuk.

Dari jendela atas suasana Kampong Glam tergambar jelas. Saat berdiri di sisi jendela, saya merasa bagai Siti Nurbawa sedang menunggu kedatangan Samsul Bahri hehe..

Kampong Glam dilihat dari jendela Masjid Sultan

Usai sholat saya sempat memfoto interior masjid Sultan. Benar-benar masjid yang indah. Suasananya tentram, tenang, walaupun di luar rame.

Sekilas mata interior masjid Sultan dominan hijau keemasan. Ruangannya lebar dan adem. Konon masjid ini bisa menampung sebanyak 5000 jamaah. Jadi membayangkan gimana rasanya sholat tarawih di sini hehe..

Area jamaah laki-laki di luar

Bagian luar masjid terdapat menara tinggi dan beberapa menara kecil. Kubah emas yang anggun tampak gagah dengan cincin hitam yang memperkuat lehernya. Seluruh bangunan luar memiliki jendela kecil. Jendela-jendela itu mengesankan sebuah masjid yang sederhana, elegan, dan mewah.

Tak sampai sejam saya mengagumi keindahan masjid Sultan di Kampong Glam karena saya harus segara check in hotel. Beruntungnya lokasi hotel saya berada di Beach Road, jaraknya 200 meter dari Masjid Sultan.

Kalau teman-teman sedang ada rencana ke Singapura, masukkan Masjid Sultan ini jadi destinasi wajib kunjung, ya. Jangan sekedar berkunjung lalu foto-foto, sempatkanlah sejenak masuk ke dalam masjid dan berdoa. Rugi banget kalau nggak menyusuri Masjid Sultan, masjid tertua di Singapura ini.

You Might Also Like

2 Comments

  1. liana

    wah, menarik ya mbak Yun 🙂

    saya sempat melihat dan melewati Masjid Sultan dan langsung melimpir ke Kampong Glam lanjut foto2 di Haji Lane.
    sayang belum sempet masuk ke dalam, ternyata megah dan enak ya suasananya.
    nanti kalau main ke SG lg, saya mau melimpir ke sana.

    terima kasih sudah sharing mbake 🙂

  2. Abu Alifa

    Wah megah juga masjid sultan ini, pernah ke singapur tapi ga sempat mampir kesitu …

Leave a Reply