Mobile Internet, Trend baru pengaruh tumbuhkembang anak serta peran Ibu dalam mengatasinya
Trend Mobile Internet diibaratkan sebuah medan magnet yang dapat menggaet siapapun. Kekayaan aplikasi serta fiturnya membuat siapa saja saling tertarik mendekatkan diri kesana. Semuanya klop, bak pepatah jawa: tumbu ketemu tutup. Aneka informasi dan hobby bisa ditemukan hanya dengan ‘tarian jemari’. Beragam aplikasi, berpuluh social media serta konten-konten pembunuh senggang bak berkeliaran dimana-mana. Terasa semua itu lengkap digenggaman.
Aktifitas online menggunakan smartphone kian hari kian marak. Kemudahan akses membuat pengguna yang biasa online dengan PC Komputer pelan-pelan mulai ditinggalkan. Saking mudahnya bila satu jam saja jauh dari gadget hidup terasa kurang. Chatting bersama teman yang berada nun jauh disana lebih mengasyikkan ketimbang berbicara dengan teman sebelah. Jadi bukan keheranan lagi manakala melihat sebuah keluarga duduk dalam satu meja di sebuah tempat makan tetapi mereka tak saling bicara, mereka lebih asyik dengan gadgetnya masing-masing.
Pengaruh Internet dan kebiasaan buruk Orangtua
Perkembangan dunia internet bak virus yang menyebar tanpa mengenal usia di era mobilisasi ini. Keberagaman social media dan konten yang menyerap berbagai macam informasi seolah makanan instan yang setiap saat setiap waktu dapat di nikmati, walau tentunya menyimpan efek negatif bila terus-terusan dikonsumsi. Laki-laki, perempuan, tua, muda, juga anak-anak tak ketinggalan menerjunkan diri serta berselancar merasakan sensasi dunia maya. Ditambah banyaknya gadget murah dipasaran dianggap sebuah keuntungan bagi konsumen.
Tablet, gadget, smartphone dan apalah namanya kini bukan lagi dianggap barang mewah. Hampir semua orang memiliki gadget. Tak terkecuali anak-anak. Alasan orang tua membekali gadget anak adalah supaya mudah dihubungi dan menghubungi.
Namun seiring munculnya smartphone yang dianggap lebih pinter daripada ponsel biasa membuat orang tua berbondong-bondong membekali anak-anaknya. Hal itu membuat alasan kemudahan hubungan menjadi melebar, ditambah lagi guru-guru disekolah si anak sering memberi tugas melalui email maka lengkaplah sudah alasannya. Orangtua merasa lebih nyaman bila anak-anak memegang gadgetnya sendiri. Harapannya supaya tak mengganggu kesibukannya sehari-hari juga si anak lebih mandiri dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Tetapi, bukan anak-anak kalau tak memiliki akal pintar. Ajang coba-coba dan rasa ingintaunya lebih besar dibanding sekedar mengerjakan tugas sekolah. Di sela-sela waktunya mereka bisa membaca berita, mencari informasi, download game terbaru, hingga membuka situs-situs yang seharusnya belum boleh dibuka oleh mereka. Lebih-lebih ada jejaring sosial yang membuat anak ingin menjalin pertemanan dengan banyak orang.
Perkembangan inilah yang akhirnya membuat peran ibu sebagai orangtua terdekat anak-anak harus menunjukkan eksistensinya.
Kebiasaan anak dalam berinternet perlu diwaspadai. Tak jarang para orangtua membiarkan anaknya berlama-lama dengan internet dengan harapan mereka memahami kecanggihan teknologi baru supaya nantinya mereka tidak gagap teknologi. Sebab masih banyak orangtua yang belum mengerti benar apa itu internet sehingga mereka berharap anak nya lah yang harus lebih pintar dari orangtuanya. Sebaliknya, bila Orangtua yang kecanduan internet, anaknya yang akhirnya menjadi korban. Disaat orangtua sibuk dengan smartphonenya, si anak dibiarkan bersama pengasuh. Atau malah orangtua memberinya gadget supaya mereka punya kesibukan sendiri
Sayang disayangkan sikap orangtua seperti ini. Padahal sikap ini secara terang-terangan telah menyuruh anak untuk menutup diri dari lingkungannya. Orang tua tidak tau bahwa keasyikan anak-anak menggunakan gadget berdampak buruk pada kehidupannya secara nyata. Kalau dibiarkan terus menerus si anak bisa mengalami ketergantungan. Mereka akan marah bila tak ada gadget disampingnya. Karena keasyikan online mereka bisa lupa waktu makan, lupa tidur, bahkan malah lupa mengerjakan PRnya.
Riset membuktikan Trend Mobile Internet menjurus ke anak-anak
Menurut riset Unicef tahun 2012 yang disampaikan oleh Shita Laksmi pada Talkshow Dari Perempuan dengan Topik “Peran Orangtua mengatasi Trend Mobile Internet terhadap perkembangan anak” yang digelar pada 5 Juli 2013, di 1/15 Coffee Gandaria – Jakarta, Penggunaan PC sangat rendah dibanding penggunaan teknologi mobile dan social networking.
Sangat masuk akal, anak-anak lebih senang online menggunakan gadget karena dirasa keberadaan gadget lebih privasi. Mereka bisa bebas melakukan apa saja tanpa dilihat, dibaca dan diperhatikan orang disekelilingnya. Lihat saja bagaimana interaksi mereka bila sudah facebook-an atau twitteran, terlebih jika sudah memiliki banyak follower. Mereka seperti lupa dengan dunia nyatanya. Hal ini sedikit banyak merubah gaya hidup serta kebiasaan perilaku sehari-harinya. Mereka menjadi asyik dengan dunianya sendiri.
Berbeda dengan PC, fitur yang minim serta layarnya yang lebar membuat anak-anak agak kesulitan ‘menebarkan pesona’nya. Salah satu alasannya takut dibaca orang tua atau saudara. Kegiatan inilah yang akhirnya membuat pengawasan orangtua menjadi terbatas.
Hampir sama dengan Riset Unicef, Survei Norton pada 2010 juga menyatakan 96% anak Indonesia memiliki pengalaman buruk di Internet seperti pornografi, kekerasaan, perjudian serta konten-konten negatif.
Kesalahan-kesalahan yang dilakukan sebagian besar anak-anak Indonesia ini menurut hemat saya tak bisa sepenuhnya di limpahkan ke mereka, ini semua bisa terjadi juga disebabkan kelalaian pengawasan orangtua. Kurangnya komunikasi serta sedikitnya interaksi membuat mereka jauh dari pengamatan. Biasanya alasan utama yang dikatakan orangtua adalah sibuk hingga mereka tak memperhatikan kuantitas dan kualitas obrolan.
Peran Perempuan mengatasi Trend Mobile Internet
Dari sekian banyak kasus penyalahgunaan internet, sebagian besar perempuan menjadi korbannya. Kejahatannya macam-macam. Mulai dari korban kekerasan, pelecehan hingga trafficking.
Seperti informasi yang pernah saya baca di buklet Internet Sehat, menurut laporan U.S National Violence Against Women Survey, Sebanyak 60% korban dari pengintaian di dunia maya alias cyberstalking adalah kaum wanita. Dizaman modern seperti ini wanita masih dianggap lemah bagi sebagian orang sehingga mereka dengan mudah terpedaya. Kurangnya pengetahuan menjadi salah satu akses masuknya pelaku kejahatan terhadap wanita.
Lalu bagaimana peran perempuan mengatasi Trend Mobile Internet terhadap perkembangan anak?
Menurut saya sebelum mengenalkan Internet kepada anak, sebaiknya para Ibu harus sudah membekali dirinya terlebih dahulu. Para Ibu harus mengerti apa itu internet, Bagaimana seluk beluk Internet, apa kegunaan Internet, baik buruknya internet, pengaruh Internet, serta konten-konten yang boleh/tidak boleh dibuka untuk usia anak-anak. Selain itu Ibu juga harus paham kapan usia anak-anak sudah diperbolehkan mengenal internet dan atau mobile internet.
Ada baiknya bila masih usia balita, mereka diperkenalkan gambar-gambar yang menarik agar merangsang perkembangan otaknya. Di usia ini biasanya mereka suka mengamati benda-benda yang ada disekelilingnya seperti mengenal jenis-jenis mobil, jenis-jenis hewan, jenis-jenis buah, dan sebagainya. Diatas usia 5 tahun mereka sudah mulai mengenal tulisan. Dari sini Ibu harus sering-sering mendampingi serta mendengarkan apa yang sedang mereka baca. Jangan biarkan si anak memegang gadget sendiri tanpa pendamping orangtua sebab diusia ini mereka belum mengerti fungsi gadget sebenarnya. Mereka hanya suka mengutak-atik untuk mencari sesuatu yang menarik.
Bila sudah berusia diatas 10 tahun mereka mulai memerlukan pembekalan diri. Karena tak jarang diusia ini pengaruh lingkungan lebih mendominasi sehingga mereka mudah sekali terpengaruh. Beranjak dewasa peran Ibu harus lebih intens. Ajakan berdiskusi harus sering-sering dilakukan. Namun lebih baik lagi bila Ibu bisa berperan menjadi orangtua juga sahabat.
Dengan modal dasar seperti ini diharapkan para Ibu sudah mengerti bagaimana harus menyikapi bila suatu saat anak-anak mulai terbiasa menggunakan Internet.
Sikap bijak mengatasi Trend Mobile Internet pada anak-anak
Penggunaan mobile internet kesannya lebih privasi. Bila si anak sudah diberi kepercayaan menggunakan gadget/tablet berarti orangtua harus berani menanggung resiko lebih besar dibanding saat mereka berinternet menggunakan PC. Bila anak sudah terbiasa berinternet menggunakan gadget, seorang Ibu harus lebih mawas diri. Ibu harus lebih meluangkan perhatiannya kepada mereka. Jangan sampai karena mobile internet anak-anak menjadi lupa diri, lupa orang disekitarnya, lupa lingkungannya dan lupa segala-galanya.
Lalu bagaimana peran Ibu dalam menjawab hal tersebut? Dibawah ini beberapa sikap bijak dalam mengatasi trend mobile internet terhadap anak:
- Melakukan Mobile Internet bersama anak
- Terlibat online bersama anak. Termasuk berteman di jejaring sosial serta mengenal teman-temannya. Bila perlu mintalah username dan passwordnya agar memudahkan Ibu melihat aktifitas anak di jejaring tersebut. Supaya lebih mudah setting ‘remember me’ pada gadget agar Ibu bisa membuka sewaktu-waktu.
- Memberi pengertian kepada anak terhadap baik/buruknya internet serta memberitau situs-situs apa yang boleh dan tidak boleh dibuka.
- Ibu harus menegur secara baik-baik bila anak terlihat asyik seperti senyum-senyum sendiri saat dihadapan gadget. Katakan bahwa menegur bukan berarti memarahi.
- Memberi anak batasan waktu menggunakan gadget
- Beri pengertian kepada mereka untuk selalu berhati-hati dalam berteman di jejaring sosial dan jangan mudah memberi data-data pribadi kepada teman-temannya.
- Ibu mampu berperan ganda, menjadi orangtua sekaligus sebagai sahabat anak saat ber-mobile internet.
- Bila sikap anak terlihat salah tingkah, Ibu harus segera cari tau penyebabnya
- Saat menggunakan gadget, usahakan mereka tidak sendirian ditempat yang sepi. Anjurkan mereka bermain gadget diruang bersama.
- Sering mengadakan diskusi terbuka atau menanyakan aktifitas apa saja yang dilakukan seharian
- Ajak anak-anak untuk banyak berinteraksi di dunia nyata, berilah waktu seminim mungkin menggunakan gadget.
- Ibu menyediakan waktu luang untuk anak-anaknya sebagai bukti perhatian terhadap mereka.
Kesibukan Ibu tak hanya menunggui anak-anak, tetapi ada banyak pekerjaan lain yang harus segera diselesaikan. Untuk menghindari hal-hal negatif terkait mobile internet terhadap perkembangan anak alangkah baiknya bila Ibu memberikan kepercayaan kepada mereka, tetapi dengan catatan kepercayaan itu tak boleh disalahgunakan. Dengan kepercayaan itu diharapkan suasana keluarga terasa lebih harmonis dan si anak juga menghormati kepercayaan Ibu sebagai orangtuanya.
Lidya
kalau mobile internet untuk Pascal sebatas download game mbak, itu juga harus dengan ijin aku 🙂 untuk internet di laptop juga biasanya dalam pengawasn
Hanna HM Zwan
dimana2 anak kecil dah bawa gadget yang wah…lagi-lagi balik ke peran orangtua 😀
Niken Kusumowardhani
Sosialisasi dengan lingkungan jadi kurang baik, ya mbak. Kecanggihan tidak selamanya membawa kebaikan.
keke naima
selama bisa diarahkan, mengenal gadget malah bermanfaat 🙂
MT
wih, bermanfaat!
Wisata Lombok
“Taqoblallahu Mina Waminkum Syiamana Wa Syiaminkum… Mohon Maaf Lahir Bathin Keluarga, Sahabat & Rekan, Semoga Allah Memberkahi & Meridhoi Kita Semua, Aamiin..!”
Semoga semua puasa kita di terima oleh Allah SWT & Semoga kita semua diberikan kesehatan & umur yang panjang untuk bisa dipertemukan kembali dengan Ramadhan tahun depan. Aamiinnn
Puteriamirillis
iya umar dan azkiya juga sdh mulai suka main internet. tapi ga pernah kukasi gadget.
lebih ke youtube dan video2 hewan atau kartun anak gitu, ada juga games di strawberryshort cake dan curious george.
harus ada kontrolnya, makasi pengingatannya ya mba yun. semoga menang.