Kombes Pol RP Argo Yuwono, Terkejut dinas di pulau Jawa

Saat aktif organisasi Kepemudaan di kampung, saya pernah berpikir bahwa menjabat sebagai Hubungan Masyarakat (Humas) itu menyenangkan. Seorang Humas seringnya berinteraksi dengan orang banyak, walaupun kadangkala dipusingkan urusan dan tetek bengek yang berhubungan dengan khalayak ramai. Begitupula yang terjadi pada Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Raden Prabowo Argo Yuwono saat 6 bulan lalu di lantik menggantikan Kombes Pol Awi Setiyono.

Dugaan saya keliru, menjadi Humas tidaklah semudah gambaran saya.

Ketika bertemu beliau di sela acara koordinasi pengamanan momen pergantian tahun bersama Kapolda beserta jajarannya di hadapan jurnalis media, saya mencuri waktu untuk mendengarkan kisah Bapak 2 anak yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Tahanan dan Barang Bukti Polda Kalimanta Timur. “Saya ada disini karena saya adalah ‘corong’nya Kapolda. Apapun yang di sampaikan oleh Bapak Kapolda saya harus tau” jawaban sederhana tapi membuat saya berpikir ulang. “Oh, jadi tugas Humas Polda, begitu, ya..”

Argo Yuwono

Di tengah derai tawa yang hingar, saya ‘mojok’ berdua, eh ber-beberapa orang, ding, tepatnya ber lima *bahasanya mbulet* 😀 di Pasar Rakyat Singgasana Hotel, saya tertarik mendengarkan paparan sepak terjang beliau selama menjabat sebagai Kabid Humas Kepolisian di wilayah Jawa Timur.

Di temani sepiring ketela goreng dan segelas air putih, Pak Argo berkisah tak menyangka bakal dipindah tugaskan di pulau Jawa. Bahkan kertas Surat Tugas yang menyatakan kepindahan ke pulau Jawa di usek-usek sampai ludes untuk memastikan kebenarannya. “Seperti mimpi saja! Sampai sekarang pun saya masih tidak percaya bahwa saya ternyata di amanati tugas di pulau Jawa!”

Kebahagiaan tak terduga yang jatuh kepadanya lantaran selama 24 tahun menjadi anggota Kepolisian selalu mendapat tugas di daerah pelosok Nusantara dengan kondisi alam yang berat dan infrastruktur belum memadai. Meski memiliki latar belakang pengalaman Serse, namun beliau menerima dengan senang hati jabatan barunya menjadi Kabid Humas. Menurutnya, menjadi Humas Kepolisan adalah pengalaman baru. Untuk lebih memahami bidang barunya, Pak Argo tak segan membeli buku dan bertanya kepada rekan yang telah berpengalaman di bidangnya.

Trik ke-Humasan yang selama ini di jalani lelaki penyuka buku – buku Filsafat dan Budaya agar mandat Kabid Humas berjalan baik adalah sering belajar ngomong sendiri di depan kamera video. Trik ini dilakukan agar tidak demam panggung saat berhadapan langsung dengan kamera dan jurnalis. Begitpula saat menghadapi pertanyaan wartawan yang bertubi – tubi, Pak Argo tidak mau gegabah dengan menjawab semua pertanyaan.

“Saya harus fokus, Mbak. Pertanyaan wartawan harus saya jawab satu persatu. Kalau ada wartawan yang tanyanya barengan, tidak akan saya ladeni. Soalnya saya takut salah memberi statement. Lha wong kadang – kadang pertanyaan mereka memancing opini, lho..!” ujarnya dengan logat Jawa kental.

Agar tidak salah menyampaikan, Pak Argo yang asli orang Yogjakarta, kerap merekam statement yang disampaikan oleh Kapolda. Agar lebih memahami kasus yang terjadi, beliau tak segan terjun langsung ke lapangan. Hal ini di lakukan agar Ia paham benar kejadian sebenarnya. Hasilnya, selama 6 bulan bertugas menjadi Kabid Humas, 30 kota di Jawa Timur sudah pernah beliau datangi.

Kebiasaan turun lapangan Ia lakoni sejak bertugas di NTT. Karena tidak ada aliran air, listrik, dan saluran telepon, saat malam hari, Pak Argo sering mengunjungi rumah masyarakat. “Saya ingin mendengar keluhan di masyarakat langsung. Walaupun tidak bisa membantu banyak, namun berada di tengah – tengah masyarakat adalah kegiatan menyenangkan”.

Beliau berkisah tentang pengalaman paling berkesan saat pertama kali menjabat sebagai Kasatserse di wilayah NTT. Pada tahun 1993, beliau harus mengantarkan Surat Panggilan kepada seseorang. Tugas yang tidak lumrah untuk seorang Kasat. Namun kendala jarak dan kondisi medan, bersama tim, beliau turun sendiri mencari alamat yang di tuju. Untuk menuju kesana tim kepolisian harus naik mobil selama 2 jam, naik motor selama 1 jam, ditambah lagi jalan kaki 2 jam. “Waktu itu saya bawa bekal makan sendiri. Untuk minumnya ambil langsung dari air pancuran. Di sana cari air sulit, mbak. Musim kemarau disana lebih lama ketimbang musim hujan”, paparnya.

“Itu masih berangkatnya, belum pulangnya. Sudah sampai disana, orangnya belum tentu datang memenuhi panggilan..” ujarnya. “Kalau gak datang, terpaksa harus jalan kesana lagi…!” Katanya sambil geleng – geleng dan tertawa.

Argo Yuwono1

Kenangan yang tak bisa dilupakan selama tugas di NTT adalah kebiasaan masyarakat setempat yang minta di kasih uang 100 rupiah merah. saat memanggil seseorang, masyarakat setempat harus di kasih uang 100 rupiah merah.

“Pokoknya mau uang yang 100 merah! Kalau gak merah, gak mau datang! Di kasih uang 500, gak mau. Di kasih uang 1000 gak mau. Harus yang 100 merah! Konon uang 100 merah digunakan buat nginang”.

Selain bertindak sebagai Kabid Humas Polda, saat ini beliau juga sedang mengelola beberapa website Kepolisian. Agar tidak ketinggalan informasi, Pak Argo juga selalu mengikuti kemana Pak Anton pergi. “Acara Informal pun, saya harus ada supaya kalau di tanya bisa menjawab. Tugas saya, kan, melengkapi statement Kapolda” tutup Pak Argo yang berniat melanjutkan pendidikan S3 jurusan Psikologi.

Begitulah kesimpulan obrolan saya dengan Bapak Polisi yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Kasatserse dan Kapolres. Dalam catatan saya kisah yang di bagikan sebenarnya masih panjang, Spoilernya adalah cerita saat tugas di Nunukan – Kaltim, daerah perbatasan Malaysia dimana masyarakatnya memiliki jiwa Nasionalisme tinggi yang merayakan Hari Kemerdekaan selama sebulan penuh. Walau Infrastruktur masih jauh dari sempurna namun daerah ini memiliki Beras Adan, yaitu Beras Organik khas Krayan yang rasanya pulen. Konon Kesultanan Brunei menyukai beras Krayan.

Semoga tulisan yang berupa kesimpulan ini (kesimpulan kok panjang :D) bisa menginspirasi kita semua. Dibaca ampe habis, lho yaa.. hihi..

You Might Also Like

2 Comments

  1. eda

    waaah.. mantap bapaknyaaa.. emg jd humas gak mudaaah.. hrs ngerti seluk beluk perusahaan (kalo di swasta):D
    pokoknya hrs ngerti seluk beluk semua-mua

  2. Vixalexa

    Keren semoga betah ya dinas di pulau jawa nya 🙂

Leave a Reply