Pentas Baratayuda, puncak penutup KolaborAsyiiik 2015
Apa jadinya bila harmoni gamelan Jawa di padukan dengan tetabuhan Kreasi Musik Sampah?
Yang terbiasa nonton wayang pasti sudah paham, kan, bagaimana alunan suara gamelan seperti gambang, gong, dan kenong? Biasanya alat-alat musik ini kalau dimainkan akan menghasilkan nada yang terdengar kalem dan harmonis. Tapi bagaimana dengan tabuhan Kreasi Musik Sampah sendiri?
Kreasi Musik Sampah atau Kresipah merupakan kreatifitas alat musik yang di mainkan dari sampah atau bahan tak terpakai seperti galon dan panci bekas. Jika di satukan alat-alat tersebut terdengar seperti alat musik perkusi.
Saat pementasan Baratayuda yang berlangsung sengit di Teater Kautaman Gedung Pewayangan Taman Mini Indonesia Indah pada tanggal 8 November lalu, terjadi kolaborasi unik antara musik gamelan Jawa dengan Kreasi Musik Sampah (Kresipah). Pentas Baratayuda ini menjadi puncak acara KolaborAsyiiik 2015 yang mempertemukan seniman daerah seperti Komunitas Reog Surabaya dengan Sisingaan Sukabumi, kerajinan tangan Goni , Batik Pekalongan, Lurik Blitar, Topi Bambu Tangerang, dan karya musik Kresipah.
Diantara seniman yang unjuk kebolehan dalam pementasan tersebut adalah penampilan Komunitas Reog Ponorogo dengan lakonnya Bujang Ganong. Bujang Ganong merupakan karakter yang sering tampil pada pertunjukan reog. Kemunculan Bujang Ganong selalu diikuti dengan atraksi-atraksi lucu, melompat, dan kayang dengan sangat cekatan. Dalam pentas KolaborAsyiiik 2015, Bujang Ganong sengaja dimunculkan untuk menambah harmoni cerita Baratayuda. Selain itu agar penonton tidak bosan saat menikmati pertunjukan wayang.
Inilah perbedaan Pentas Baratayuda dengan pentas seni lainnya. Karakter Bujang Ganong dimasukkan dalam cerita untuk membuktikan bahwa kesenian wayang dan kesenian reog dapat menyatu. Harmonisasi kolaborasi antara musik gamelan dan perkusi juga menjadi nilai tambah pertunjukan pada malam itu. Lucu, rancak, menghentak dan menghibur.
Saya menjadi satu diantara 400 penonton pentas Baratayuda. Seumur-umur saya baru merasakan nonton langsung pagelaran pentas seni yang megah seperti ini. Tabuhan musiknya asli, kualitas sound systemnya merasuk, dan pemainnya juga menjiwai.
Sebelum pentas saya sempat tanya-tanya sedikit dengan salah satu pemain. Namanya Pak Yudhi Barata. Pak Yudhi Barata tampil saat tari Sisingaan. Menurut beliau, pentas Baratayuda bukan merupakan pentas wayang karena kisahnya tidak murni tentang pewayangan. Disebut pentas Baratayuda karena khusus menceritakan kisah Baratayuda dimana artinya sangat luas dan kisahnya bisa dimodifikasi dengan konsep apapun.
Meskipun tidak sepenuhnya mengerti jalan cerita Baratayuda tapi saya akui ini pertunjukan pentas yang megah dan menghibur. Saya sukaa.. terutama ketika menikmati tari Sisingaan. Musiknya rancak dan mirip musik dangdut. Saat adegan Sisingaan pemainnya menari dan berjoget kayak goyangan joget koplo hihi.. dan diam-diam saya juga ikut goyang, lhoo haha.. Konon Sisingaan memang mirip dangdutan. Tareeeekkk…..
“Adhuh yayi Pujiwati setya tuhu, wahyane kang wus nekani. Pun kakang amagut pupuh, madeg dadya senapati. Umangsah aneng palugon”
Begitulah sepenggal tembang sebelum kemunculan Bujang Ganong di atas panggung yang kemudian diikuti kolaborasi musik gamelan dan perkusi. Saya yang malam itu duduk di dereta kursi K24 tanpa sadar menggoyang-goyangkan kaki. Ternyata bila di padukan secara tepat instrumen gamelan dan perkusi dapat menghasilkan nada yang indah.
Ini video tari Sisingaannya..
Pak Tri Suryanto yang mewakili Komunitas Reog Surabaya menyampaikan antuasiasnya dalam KolaborAsyiiik 2015, “… mendapatkan peluang berperan dan seni pertunjukan sekelas Baratayuda merupakan kebanggaan tersendiri. Kami tidak hanya bertemu pelaku seni dari berbagai latar belakang, namun juga memperoleh kesempatan bertukar pikiran dengan mereka tentang perkembangan minat seni di Indonesia.”
Pentas Baratayuda di produksi oleh GELAR yang menampilkan 80 seniman dari latar seni budaya. Pertunjukan yang dimulai jam 19.30 dan berakhir 21.30 menyuguhkan banyak atraksi seru, mulai dari musik, adegan, tarian, dan semuanya. Penonton juga tampak sangat antusias dengan pertunjukan tersebut. Termasuk saya.
Pentas Baratayuda sudah berlalu sekarang tetapi di hati saya pertunjukan itu masih menari-nari. Saya berharap semoga pertunjukan seni seperti ini sering-sering ditampilkan karena saat ini, jujur saja, saya kangen dengan kesenian wayang. Dan tentu saja agar tidak membosankan cerita dan pemainnya di buat lebih modern. Yaa.. walaupun gak paham-paham banget cerita wayang, minimal masih bisa mengenal kesenian musik tradisional macam gamelan dan perkusi.
Terima kasih Sampoerna Kretek dan seluruh pihak yang terlibat dalam pagelaran Pentas Baratayuda, semoga acara positif seperti ini dapat terus berlanjut sehingga memperluas potensi kesenian daerah menuju pasar global.
Annisa Steviani
waaa jadi inget ibu dan ayahku yang hobinya nonton ginian :’))))
Prih
Bahagianya bila kolaborasi indah ini mendekatkan kesenian kepada penikmatnya. Tadinya sy kira Jeng Yuni ambil bagian di wayang orang. Salam