5 Jam bersama Polisi

Polisi

Apa yang muncul di benak kita saat melihat Polisi Lalu Lintas? Kalau saya, sih, biasa-biasa. Selama gak berbuat salah di jalan, cuek aja. Kecuali pas melintas di jalan besar gak bawa SIM lalu ada operasi Polisi, baru deh ngeper haha. Belum dapat giliran periksa, di kepala sudah membayangkan bakal pulang bawa surat tilang. Emang salah, mau ngeyel? 😀

Dulu saya punya pengalaman jadi korban pemalsuan dokumen sehingga tempat kerja saya di rugikan puluhan juta rupiah. Kebetulan transaksi pelakunya sama saya. Atas kejadian itu saya harus bertanggung jawab penuh dan berurusan dengan Polisi. Mau lapor kemana lagi, hal seperti ini, kan urusannya memang sama Polisi. Masa mau lapor ke ke dukun? 😀

Bos saya sudah lepas tangan, gak mau ngurus perkara begini ke Polisi. Bos merasa lapor Polisi adalah pekerjaan sia-sia dan menghabiskan waktu serta biaya. “Lapor Polisi, bayar berapa?” tanya Bos saya waktu itu. Saya kaget. Bayar apa, wong lapor Polisi gratis 😀

Selama seminggu saya ngejar pelaku, Polisi selalu ada dibelakang saya. 3 orang Polisi yang setiap hari membantu saya, melindungi saya dari beberapa arah. Meskipun akhirnya gak berhasil tapi sudah mengubah mindset saya, bahwa tidak semua Polisi ‘nakal’.

Mungkin banyak teman-teman disini yang punya pengalaman dengan Polisi. Pengalaman menyenangkan, misalnya dibebaskan dari hukuman denda tilang. Atau pengalaman menyebalkan, dijebak Polisi yang muncul tiba-tiba dari balik semak-semak dan minta menepikan motor kemudian mengeluarkan surat tilang. Padahal kita nggak merasa bersalah. Kalaupun salah, mestinya masih bisa di toleransi. Matematika aja punya teori toleransi hehe..

Contoh kasus biasa terjadi di masyarakat, pengendara tidak memakai helm pengaman berkualitas menerobos putar balik arah yang bukan pada tempatnya. Iya, kejadian begitu memang salah. Tapi ada alasan mengapa pengendara melakukan kesalahan. Siapa tau pengendaranya sedang buru-buru istrinya mau melahirkan anak pertama. Kalau Polisi baik, justru hal seperti itu menjadi kewajiban mereka untuk mengantarkannya ke Rumah Sakit. Namanya juga buru-buru, berbuat salah secara refleks itu wajar, jangan malah di tilang. Kecuali kalau masyarakat nekat melanggar aturan. Itu harus ditindak tegas.

“Orang berbuat salah di sengaja, dengan orang berbuat salah tidak di sengaja, kelihatan kok. Dan sebagai Polisi mestinya bijak memahami hal seperti ini. Kalau ada Polisi ujug-ujug nilang dengan alasan tidak jelas, Polisi seperti ini harus dilaporkan. Percayalah itu semua perbuatan Polisi brengsek!”

Ucapan ini bukan saya lho yang bilang. Tapi Pak Anton Setiadji sendiri hehe, sang Kapolda Jawa Timur, yang baru di lantik bulan September, saat ngobrol dan cangkruk bareng di Cafe Rolag. Pertemuan 5 jam itu, dimulai dari jam 9 hingga saya pamit jam 2 pagi (mengaku kalah, mata udah ngantuk berat :D) membahas segala hal yang berhubungan dengan kinerja Polisi.

Polisi

Sebagai Kapolda, Pak Anton memahami bagaimana kinerja Polisi selama ini yang mengaku sebagai Pengayom Masyarakat, tetapi tidak menunjukkan sikap seorang pengayom. Banyak anggota Polisi yang masih menampakkan wajah ‘sangar’nya di mata masyarakat. Sebaliknya, orang tua kerap menjadikan Polisi sebagai objek yang harus di takuti. “Ayo, belajar, kalau gak belajar nanti di tembak sama Pak Polisi” hal-hal seperti yang kemudian membentuk mindset anak-anak selalu takut sama Polisi.

“Untuk mengenal Polisi, maka jadilah Polisi. Tidak bisa jadi Polisi, ikutlah patroli Polisi” Anton Setiadji, Kapolda Jatim, 29 Oktober 2015, Cafe Rolag Surabaya.

Ada banyak hal tentang Polisi yang tidak diketahui masyarakat. Masyarakat sendiri yang selama ini banyak kecewa dengan sikap Polisi juga wajib menyampaikannya secara langsung. Langkah ini menjadi terobosan Kapolda Jatim yang berencana mengumpulkan netizen Jawa Timur, khususnya Surabaya, untuk dapat menyampaikan aspirasinya secara langsung terhadap Kepolisian. Semoga dalam waktu dekat pertemuan netizen dengan Kepolisian dapat terlaksana.

Langkah kedepannya, Kepolisian ingin membuka jalan untuk netizen yang ingin melihat dan merasakan sendiri bagaimana rasanya menjadi Polisi. Misalnya ikut Patroli Polisi, Merasakan mengatur lalu lintas bersama Polisi, Merasakan sendiri mengurai kemacetan jalan dengan Polisi, bahkan kalau ada yang ingin ikut menangkap penjahat, bisa lho ikut Polisi.

Semoga apa yang di rintis Pak Kapolda bisa memperbaiki kinerja Kopolisian di Jawa Timur dan kota Surabaya sebagai bentuk partsipasi revolusi mental.

You Might Also Like

3 Comments

  1. Juvmom

    Aku pikir mba ditangkap polisi ehehe 😀

  2. Mbak Avy

    yang kapolda mana… yang kapolres mana…. yang kablogger mana…
    semua sama-sama segeeeerrrrr
    yang saya tahu cuman komandan gojek aja hehehehehe

  3. Nining

    CommentPak Pooooo 🙂
    Smoga yg dicita2kan terlaksana dan lancar aamiin

Leave a Reply