Rujak Cingur Jawa Timur
Kuliner

Buku Tradisi Makan Siang Indonesia Raih Penghargaan Gourmand Awards

Bukan hanya Inggris yang memiliki budaya High Tea, masyarakat Indonesia juga memiliki tradisi makan siang bersama dengan beragam menu menggugah selera. Sajian makan siang di Indonesia tuh terpantau komplit dan mengenyangkan selain dapat menghidupkan makna sederhana dengan berbagai cerita dan nostaligia. Semua itu saya ketahui setelah membaca buku Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragam dan Penyajiannya persembahan Omar Niode Foundation.

Akhirnya saya menyadari karakter orang Indonesia yang ramah dan senang kumpul-kumpul menjadi ciri utama yang diadopsi saat jam makan siang tiba. Tidak harus di dalam rumah, budaya makan siang bisa dilakukan di warkop, warteg, kedai, kafe, restauran, hingga hotel. Bisa bersama anggota keluarga, rekan kerja, teman, atau siapapun yang memiliki kesamaan kuliner. Hal kecil yang memantik persaudaraan dan memperkuat jalinan pertemanan, bukan?

Ide menuangkan tradisi makan siang Indonesia dalam sebuah buku patut diapresiasi sebab melalui kolaborasi penulis seluruh Indonesia inilah saya jadi tau kekayaan kuliner nusantara, cara penyajian, proses pembuatan, bagaimana cara menyajikannya, yang layak dilestarikan oleh generasi baru.

Buku Tradisi Makan Siang Indonesia Raih Gourmand Awards

Negara Indonesia kini memiliki 38 provinsi, rasanya tak mungkin bisa mengunjungi satu per satu provinsi untuk mencicipi makanan khasnya. Apalagi negeri ini kayaaa banget. Satu provinsi bisa memiliki puluhan makanan kha lokal. Akan tetapi potret kuliner nusantara yang telah direkam dalam sebuah buku ini berhasil menyuguhkan sesuatu yang beda. Kehebatan para penulis yang menuangkan cerita dengan sentuhan pribadi menambah gurihnya buku sebanyak 40 tulisan dari 17 Provinsi di 8 Pulau

Saat menerima buku setebal hampir 500 halaman dengan kualitas kertas yang mewah saya terkesima. Tampilannya seperti kitab dengan ketebalan 3,5 cm (saya ukur pakai penggaris) dituangkan dalam 2 bahasa berperan sebagai editornya Bu Amanda Katili Niode, Ph.D. Keunikan yang saya rasakan setelah membaca buku ini adalah cerita personal penulis yang dilengkapi gambar visual beserta resep, teknik memasak, wadah penyajian, dan cara menyantapnya.

Pada 30 November 2025, Edouard Cointreau, President of Gourmand Awards, memuji buku Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragam dan Penyajiannya atas kedalaman riset dan makna kultural yang dihadirkannya sehingga membuat buku kolaborasi Omar Niode Foundation, Yayasan Nusa Gastronomi Indonesia, dan Komunitas Food Blogger Indonesia dan diterbitkan oleh Diomedia Publishing menerima penghargaan Saudi Food Festival di Riyadh, Arab Saudi.

“Terima kasih Amanda Niode atas penghormatan luar biasa terhadap tradisi Indonesia ini yang dengan indah memperlihatkan bagaimana berbagai hidangan mencerminkan jiwa dan warisan sebuah bangsa. Buku ini menjadi perayaan tulus atas kuatnya hubungan antara makanan, budaya, dan komunitas” ujar Edouard Cointreau saat menyerahkan sertifikat penghargaan.

Sungguh saya tidak menyangka jika tradisi makan siang kita yang seringnya ala kadarnya (nasi anget, sambel, tempe-tahu goreng, krupuk) bisa meningkatkan derajat Indonesia. Plus kebiasaan makan siang bersama-sama menjadi penambah kebahagiaan. Saya setuju dengan pernyataan Bu Amanda Katili Niode bahwa mengonsumsi makanan lokal seperti yang banyak diangkat dalam buku ini merupakan langkah ramah iklim. Tidak hanya mengurangi jejak karbon dari distribusi pangan, tetapi juga mendukung petani kecil, nelayan tradisional, dan produsen lokal yang menjaga cita rasa serta keberlanjutan ekosistem pangan.

Cerita Rujak Cingur dan Jawa Timur sampai Mendunia

Saya salah satu penulis di buku Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragam dan Penyajiannya mengangkat cerita rujak cingur. Saya pilih rujak cingur karena di Surabaya kuliner ini begitu favorit. Pilihan bahannya lengkap, sayur, buah, dengan bumbu rempah dan petis.

Dalam sepiring rujak cingur menyimpan sejuta cerita. Waktu saya kecil saya (SD kelas 4) saya dan teman-teman kerap membuat acara rujakan. Kami patungan membeli bahan. Bertempat di salah satu rumah teman kami berkumpul dan ngerujak bersama. Ada yang nguleg bumbu, ada yang ngupas buah sekaligus motong-motong. Setelah jadi, kami duduk melingkari cobek yang berisi bumbu. Betapa rindu mengingat masa-masa itu.

Begitu istimewanya rujak, Pemerintah Kota Surabaya setiap tahun di bulan Mei menjadikan Festival Rujak Uleg sebagai agenda tahunan sekaligus memeriahkan Hari Jadi kota Surabaya.

Senaaaang banget bisa menjadi salah satu penulis buku yang menang Gourmand Awards, kompetisi internasional yang didedikasikan untuk publikasi mengenai budaya makanan dan minuman yang setiap tahun mempertemukan tokoh-tokoh diplomasi, kuliner, penerbitan, dan budaya. Tahun ini rangkaian acara penghargaan di Riyadh dihadiri tamu dari 96 negara

Melihat konsistensi Omar Niode Foundation yang turut berperan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, citra budaya, dan kuliner nusantara di Indonesia dan manca negara hingga berhasil membawa buku Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragam dan Penyajiannya mendapatkan penghargaan Gourmand Awards, saya berharap tahun depan bisa berpartisipasi lagi agar kuliner nusantara semakin dikenal dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *