ODOH Ramadhan bersama Kelas Tahsin Online CitiO

ODOH Ramadhan bersama Kelas Tahsin Online CitiO

Mengikuti ODOH Ramadhan bersama Kelas Tahsin Online CitiO menjadi kegiatan rutin saya sebulan penuh saat puasa kemarin. Kalau biasanya kita mendengar istilah ODOJ, OWOJ, dan lain sebagainya, kali ini yang saya ikuti adalah ODOH.

Iya, ODOH!

One Day One Huruf

Pertemuannya setiap hari secara online dan pembahasannya tentang huruf hijaiyah. Lebih tepatnya membedah makhraj dan shifat huruf hijaiyah serta cara membunyikannya. Mulai dari Hamzah sampai Ya.

Mengapa ODOH penting? Tujuannya untuk mengetahui ‘rumah’ huruf hijaiyah sesuai alamatnya. Sejak kecil, kan, saya ngajinya talaqqi, mendengar dan mengikuti suara guru ketika menyebutkan huruf hijaiyah tanpa tau secara pasti dari mana suara itu keluar. Sekadar melihat grafis gambar mulut dan tenggorokan saja belum tentu benar juga pelafalannya. Nah, dengan mengikuti ODOH ini saya belajar sekaligus mendapat bimbingan langsung dari Ustadzah sebagai pemateri melalui zoom.

ODOH Ramadhan bersama Kelas Tahsin Online CitiO

Saya mengikuti ODOH Ramadhan bersama CitiO sejak tahun lalu. Iya, ikut 2 tahun berturut-turut, hehe.. Rasanya sayang kalau dilewatkan karena sampai kapanpun walaupun diulang ilmu tidak ada yang sia-sia. Meski hanya 1 huruf.

Seperti tahun sebelumnya, kelas tahsin ODOH CitiO dimulai pukul 05.20 WIB. Zoom-nya dibuka jam 05.10. Udah gak ada lagi alasan selesai sholat Shubuh tidur lagi. Shubuh di Surabaya selesai jam 04.45, sambil menunggu kelas, saya gunakan untuk membaca AlQuran. Kadang bisa selesai 1 juz, ada kalanya dapat 8-9 lembar.

Alhamdulillah sebulan penuh Ramadhan saya tidak putus dari kelas ODOH, agak terganggunya pas 10 hari kedua saya diajak tetangga tadarus di Musholla sehingga mau tak mau sholat Shubuh bawa HP dan menyalakan zoom dengan volume kecil. Tadarusnya selesai jam 05.35, otomatis saya ketinggalan materi ODOH 15 menit. Meski sudah masuk kelas zoom, tapi fokus saya nyemak tadarus atau malah sedang membaca. Sebenarnya eman (disayangkan) karena awal kelas adalah waktu yang krusial. Justru penjelasannya ada pada saat itu.

Tiap pertemuan terdiri dua sesi, sesi pertama paparan materi, sesi kedua Baca Simak. Sesi Baca Simak sama pentingnya dengan mendengarkan materi karena dari situ saya belajar letak salah-benar pelafalan dari peserta yang ditunjuk baca.

Beberapa kali saya kena giliran baca. Pernah lolos makhrajnya benar, pernah juga salah. Sudah diulang-ulang pun masih saja kurang tepat bacaannya. Sampai tulisan ini saya buat saya masih gagal mengucapkan huruf shod.

Tantangan Ngaji Tahsin

Belajar Tahsin sama pentingnya dengan belajar tajwid. Hukumnya Fardhu Kifayah.

Gambarannya seperti halnya kita sedang perjalanan menuju ke sebuah rumah. Yang ngajinya talaqqi bisa jadi sampai ke rumah tersebut walau tidak tau alamatnya. Karena belajarnya dari guru, dan gurunya talaqqi ke gurunya lagi, begitu terus sampai ke atas. Artinya untuk sampai menuju ke rumah tersebut kita dibantu oleh orang lain. Kata mudahnya ada orang yang mengantarkan kita untuk sampai ke sana. Gitu lah ya..

Berbeda jika kita belajar tahsin. Tidak hanya mengetahui rumahnya, tapi kita juga tau seluk beluk tempat yang dituju, nama jalannya, gangnya, dan nomor rumahnya. Memang butuh effort tetapi akan ada nilai lebih yang kita dapat sebagai penghargaan atas usaha yang telah kita lakukan.

Saat belajar ODOH kemarin saya dibuat takjub dengan beberapa huruf yang selama ini begitu mudah diucapkan namun ternyata sulit. Sekilas kayaknya benar, tetapi karena kesalahan membunyikan jadinya salah yang dikhawatirkan mengubah arti katanya.

Contohnya huruh Dal. Huruf ini memiliki karakter memantul karena termasuk dalam barisan Qolqolah.

Misalnya bacaan: “Qul Huwallahu Ahad”

Huruf Dal di kata ‘Ahad’ sering kali terdengar dibaca Ahaddek (pakai k) yang artinya ada penambahan hamzah di situ. Padahal seharusnya Ahad(de) tanpa k. Huruf Dalnya memantul tapi pantulannya tidak perlu ditambah dengan akhiran hamzah yang kedengarannya menjadi ‘dek’.

Sungguh bagian ini membuat saya terkesima. Karena selama ini menganggap mudah dan benar. Selama hurufnya sudah memantul berarti bacaannya nggak salah. Siapa sangka justru letak kesalahannya berada di lingkungan sekitarnya.

Lebih menantangnya lagi, alih-alih menghindari tabrakan dengan hamzah, justru pantulan Dalnya lemah dan malah tidak terpantulkan. Bacanya Ahad(e). Pantulannya nggak ada atau kurang nggreget. Jadi salah fokus deh..

Biasanya kesalahan in terjadi karena terbawa oleh dialek daerah. Nggak hanya huruf qolqolah saja, biasanya ini terjadi di akhir ayat yang kalimatnya bervokal. Kalau tidak percaya silakan mencoba. Jangan lupa saat bervokal, jangan ngajak hamzah, yaa, hehe..

Serunya Belajar Ngaji bersama Class Tahsin Online CitiO

Suasana kelas Tahsin CitiO bersama Ummi Tinto

Saya mengenal Class Tahsin Online CitiO dari teman yang kemudian diajak gabung ke grup ODOH. CitiO memiliki Akun Instagram @classtahsinonline.

Meskipun kelasnya hanya sebulan, saya suka dengan para pematerinya yang sabar banget membimbing kami. Kelas ODOH Ramadhan yang diselenggarakan dikhususkan untuk perempuan dan kami mendapat panggilan Ummahat.

Selama 28 hari para Ustadzah membimbing dengan sepenuh hati dan sepenuh waktu. Ada Ummi Emma, Ummi Trias, Ummi Srituti, Ummi Mega, Ummi Suci, Ummi Tinto, dan beberapa Ustadzah lain yang bergantian memberikan materi sampai selesai. Bisa cepat, bisa lama tergantung hurufnya. Kalau hurufnya sekira mudah dan semua santri paham jam 06.15 bisa selesai. Pernah juga jam 7 lebih baru selesai saking banyaknya pertanyaan dan permintaan peserta yang ingin ngetes diri sendiri apakah bacaannya sudah benar atau masih salah.

Setiap hari ada 10 orang yang mendapat giliran baca, yang lainnya menyimak.

Kesabaran para Ustadzah begitu sangat terasa ketika peserta ODOH ada yang mencoba baca meski sedang tidak giliran membaca. Terlebih bila huruf yang dibahas makhrajnya kategori sulit dseperti shod, dhod, tho, dho. Sebisa mungkin guru menjelaskan shifat huruf dengan detail agar dipahami dan dibaca dengan benar. Bagaimana sebuah huruf harus dibaca mengalir, bagaimana sebuah huruf dibaca dengan lidah menghampar, dan segala macam tekniknya.

Di luar giliran baca, saya mungkin ada 3 kali mengajukan diri untuk tes baca . Ada beberapa huruf yang menurut saya kurang sreg dibaca sendiri seperti ‘Ain. Setelah mengikuti tes baca keraguan bacaan ‘Ain saya menemui titik terang. Begitu juga dengan huruf Wau, bibirnya kudu mecucu. Memang seringkali terjadi bacaan Fa terdengar Wa, atau sebaliknya. Nah kalau baca sesuai makhraj serta mengikuti shifat huruf hasil suara yang keluar lebih jelas dan mantap.

Sepenting itu belajar tahsin. Membaca AlQuran jadi lebih yakin dan menyenangkan. Masya Allah..

Terima kasih CitiO, terima kasih para Ustadzah telah membimbing kami dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Terima kasih juga untuk bonusnya baca AlFatihah dengan benar pada hari ke 29 Ramadhan. Semoga apa yang diajarkan bernilai ibadah dan ilmunya mampu kami amalkan. Berkah, berkah, dan berkah untuk CitiO, Masya Allah..

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *