Menulis Untuk Menjaga Kesehatan Mental Bagi Perempuan

Pembahasan kesehatan mental kembali naik daun setelah politikus partai merah, Yolanda Tamara, mengaitkan kebiasaan anak muda dengan mental healty. Agak gimana gitu ya, sekarang tiba-tiba semua mengatasnamakan anak muda. Tanpa disadari, tagline anak muda semacam kata kunci untuk menggebrak promosi politik tahun 2024 mendatang. Lama-lama kan eneg. Netizen juga menyayangkan, sebegitu parahkah remaja kita sampai butuh disehatkan mentalnya?

Oke, kita tidak sedang membahas politik. Akan tetapi saya ikut tergelitik dengan tema Ngeblog Asyik Bareng KEB pada hari ke 5 yang mengangkat topik menulis untuk menjaga kesehatan mental bagi perempuan

Saya jadi bingung, kenapa baru sekarang perempuan dianggap sakit mental? Apakah karena curhatan Ibu Kartini yang dituangkan dalam surat-suratnya? Atau apakah karena perempuan identik dengan perannya sebagai sosok yang selalu nurut kepada suami sehingga tidak memiliki andil melihat dunia luar?

Menulis Untuk Menjaga Kesehatan Mental Bagi Perempuan

Tidak hanya perempuan, laki-laki juga bisa sakit mental. Bedanya, laki-laki terlahir sebagai sosok pendiam, dan paling anti mengungkapkan perasaannya kepada keluarga. Mereka lebih suka memendam kesulitannya sendiri

Sementara perempuan, walau sosok ini menjadi kaum kuat dan hebat, namun mereka terlahir sebagai pribadi yang lemah. Perempuan lebih senang mencurahkan isi hatinya. Perempuan lebih senang dimengerti, dipahami, dan didengarkan. Ketika merasa tidak mendapatkan tempat, mereka mencari kesenangan yang lain.

Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya saya memiliki benang merah untuk menyampaikan uneg-uneg sebagai jawaban tema KEB kali ini. Ternyata butuh effort juga ya menulis tentang perempuan. Harus tenangkan pikiran dulu agar bisa menjabarkannya. Apakah ini pengaruh dari sifat perempuan yang sulit dimengerti? Mbuh, lah, haha..

Pada kenyataannya, perempuan adalah mereka yang setiap hari berkutat dengan rumah tangga. Mengurus rumah, menjaga anak, memikirkan dan mengeksekusi menu harian, mengajari anak mengerjakan tugas sekolah dan lain-lain sehingga tidak ada waktu bagi mereka memikirkan diri sendiri. Alih-alih ingin me time, yang ada menunggu anak tidur. Sekalinya anak tidur, Emaknya ikut-ikutan tidur

Ketika merasa lelah dengan hidupnya, capek dengan aktivitasnya, mereka mencari kebahagaiannya melalui halaman-halaman diary. Menceritakan apa yang dialami, menulis opini, hingga berfantasi menyalurkan daya khayalnya dalam cerita pendek dan novel. Dengan kesibukan ini mereka merasa lebih bahagia dan merasa ada yang mengakui keberadannya

Saya rasa menulis seperti ini adalah kesenangan dengan cara menyalurkan minat dan bakatnya.

Eh tunggu, saya tiba-tiba ingat dengan Mommy ASF, penulis Layang-Layang Putus yang sukses difilmkan dan sukses menuai kontroversi. Penulis modelan Mommy ASF inilah yang menurut saya masuk kategori perempuan menjaga kesehatan mental.

Perempuan dan Tulisan

Dalam kondisi apapun, manusia bebas menyalurkan perasaannya. Dari sekian hobi, menulis adalah pilihan tepat untuk mengungkapkan keprihatinan. Tulisan sifatnya abadi. Kenangan yang terekam dalam tulisan akan tersimpan sampai kapan pun.

Ada beberapa cara menulis untuk menjaga kesehatan mental bagi perempuan, yakni:

1. Curahan Hati

Anak 80-90-an mungkin mengalami masa-masa memiliki buku diary untuk menuangkan curahan hati. Istilah anak sekarang nyampah, kali ya. Menyampaikan uneg-uneg tanpa diketahui orang lain

Dear diary, hari ini aku bertemu dengan si dia. Dia begitu menawan. Blablabla..

Bisa ditebak bagaimana karakter anak-anak generasi ini, pendiam dan tertutup. Beda dengan sekarang. Suka, tidak suka, tinggal bilang. Tidak ada perasaan malu, apalagi batasan pamali. Apalagi ada aplikasi chatting, salah ngomong tinggal salahin jari, sambil tulis, “maaf typo”

2. Resep dan Menu Harian

Mikir menu masakan kerap memicu stres juga lho. Belum lagi kalau uang belanjanya pas-pasan, makin membuat bingung.

Saya jadi ingat dengan tabloid Nyata dan Nova yang setiap tayang menyuguhkan pilihan resep-resep harian. Biasanya saya tulis ulang dalam kumpulan buku resep, kalau nggak, saya guntingi jadi kliping.

Nahasnya, sampai hari ini buku resep dan kliping saya tidak pernah saya eksekusi. Entahlah sudah tak tau rimbanya. Bersyukur sekarang ada media sosial. Berbagai macam masakan dari yang unik sampai yang aneh tinggal contek.

3. Catatan Pengeluaran Keuangan

Sudah bakatnya perempuan pintar menulis. Lihat saja tips yang disampaikan oleh pakar keuangan pasti menyuruh Ibu Rumah Tangga rajin membuat catatan pengeluaran agar tau ke mana anggaran belanja tersalurkan

Sedikit rumit, namun sangat dianjurkan kendati saya sendiri tak melakukannya, huehue..

Bukan karena males, tapi saya takut menjadi sedih. Pegang uang serasa menggenggam air. Kelihatannya banyak, tapi kok angka nolnya makin hari kian berkurang, Ngglundung ke mana meraka?

4. Status Media Sosial

Menulis status di media sosial termasuk obat supaya tidak sakit mental. Bebas mau nulis apa. Mencaci maki orang, menyampaikan uneg-uneg, menunjukkan eksistensi diri, berbagi informasi, atau apapun itu bisa dituangkan melalui status

Saking merasa bebasnya, terkadang mereka lupa apa yang ditulis telah menyinggung banyak pihak. Tapi saya salut dengan perempuan sekarang, kalimat statusnya santun-santun. Nggak kayak dulu. Niatnya nyindir orang yang kesindir banyak orang, bhuaha..
Kira-kira masih ada orang yang begini gak ya?

5. Membuat Tulisan Pendek

Saya suka membaca cerita pendek, baik yang sifatnya fiksi maupun non fiksi. Membuat tulisan pendek tidak sulit, membacanya juga sangat menyenangkan. Seperti tulisan-tulisan blog, artikel feature, dan rangkuman perjalanan (traveling). Tulisan pendek yang berbasis pengalaman akan membantu banyak orang mendapatkan informasi menarik

Biasanya saya sanggup berlama-lama nongkrong di grup backpacker. Mencari tau rute, destinasi, hingga budget yang dibutuhkan selama perjalanan

Di Twitter lebih seru lagi, di sini saya bisa membaca banyak hal. Penambahan karakter di Twitter dimanfaatkan sebagian orang untuk berbagi cerita dengan tulisan yang panjang.

Tidak hanya menulis, membaca sesuatu yang disukai juga termasuk menjaga kesehatan mental, loh!

6. Menulis Buku

Agaknya saya terlalu muluk menuliskan poin ini. Masalahnya sampai hari ini saya belum berhasil mencapai titik itu. Konsistensinya masih diragukan, hehe..

Masih mending lah nulis blog, idenya bebas, gaya tulisannya bebas. Mungkin akan lebih mudah kalau membukukan artikel blog yang temanya sejenis. Sudah banyak buku-buku yang diangkat dari tulisan-tulisan blog, dan laku juga tuh. Seperti buku My Stupid Boss yang sukses hingga jilid 6. Saya punya semua tuh bukunya

Menulis untuk menjaga kesehatan mental bagi perempuan layak untuk dicoba. Tirulah para blogger, meski kemampuan menulisnya minim, tetapi karena rajin posting, lama-lama artikelnya menjadi berkualitas. Di awal-awal tidak mengapa acak-acakan, lama-lama juga rapi sendiri. Tipsnya, mulailah menulis dengan kata yang jelas, tidak disingkat, serta belajar menggunakan tanda baca yang sesuai.

Sesuai pengalaman saya, menulis merupakan langkah menjadi dewasa. Dari tulisan kita bisa belajar bijak dengan sendirinya. Mampu mengontrol emosi, bisa menguasai keadaan, dan tidak gegabah membuat keputusan.

Adakah yang hari gini belum terbiasa menulis? Belajarlah menulis caption sekarang juga!

Hari Blogger Nasional 2023

You Might Also Like

Leave a Reply