Sustainable Beauty, Cantik Paripurna Dimulai Dari Label!

Sustainable Beauty dimulai dari Label

Banyak kosmetik bagus di pasaran, namun tidak sedikit memiliki kandungan bahan yang memperburuk kecantikan dan berdampak pada kesehatan lingkungan. Sialnya, saya pernah jadi korbannya! ☹

Ada masa di mana saya dihadapkan pada keadaan membeli produk perawatan tanpa lebih dulu mengetahui kandungan bahan yang digunakan. Salah satunya karena tergoda ulasan bagus. Jadi yaa demi cantik, kenapa nggak?

“Produknya bagus banget, terbukti memutihkan wajah dengan cepat. Harganya murah, bisa mencerahkan dan melembabkan. Saya sudah beli berkali-kali”

Begitulah kira-kira bunyi ulasan di toko online yang kemudian sukses membuat nurani wanita saya tergoda. Karena rata-rata memberikan pengakuan bagus, saya pun latah memasukkan barang tersebut dalam keranjang belanja yang kemudian ditutup dengan mentransfer sejumlah rupiah.

Hasil Hutan Bukan Kayu

Kenyataannya, di pasaran banyak sekali produk kecantikan baru bermunculan dengan harga murah diikuti dengan janji instan, meski kadang membuat galau karena tak dilengkapi komposisi dan keterangan produk yang jelas.

Tapi apa yang terjadi?

Selang dua minggu pemakaian, wajah saya memang jadi lebih putih, tapi putihnya ‘maksa’, sampai-sampai suami dan teman-teman heran,

“Yun, kamu pakai produk apa kok mukamu aneh? Kulitnya ngelupas dan kemerahan seperti kebakar”

Saya bingung jawab apa. Udah malu punya muka berantakan, ketemu orang jadi nggak percaya diri. Belakangan saya ketahui produk tersebut mengandung steroid, yakni bahan yang sebenarnya tidak dianjurkan digunakan sebagai perawatan wajah dalam dosis besar. Penggunaan steroid memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang.

Dari sebuah jurnal saya mendapatkan fakta bahwa steroid atau dikenal dengan fitosterol merupakan senyawa aktif yang didapat dari tumbuhan dan sifatnya tidak dapat larut dalam air, tapi dapat larut dalam alkohol. Setelah saya gali lebih dalam, ternyata steroid merupakan senyawa aktif yang terdapat pada tumbuhan sawit.

Duh, sawit! Apa kabarnya hutan?

Ketergantungan Industri Kecantikan pada Kelapa Sawit

Mungkin ada yang mempertanyakan hubungan antara industri kecantikan dengan minyak sawit? Ya sih, secara awam fokusnya memang berbeda. Tapi mari saya ajak teman-teman mendapatkan korelasinya.

Sejak pengguna kosmetik menyadari bahan kimia tidak layak digunakan, mereka mulai mencari bahan lain yang lebih aman bagi kulit. Momen itu disambut baik oleh industri kecantikan dan mulai mereka melakukan eksplorasi alam.

Senyawa Aktif Minyak Sawit

Kelapa Sawit dikenal memiliki kandungan bahan alami yang bagus untuk tubuh dengan kandungan vitamin E dan Beta Karoten (Pro Vitamin A) yang tinggi antioksidan. Mengetahui SAWIT itu BAIK, mulailah industri kosmetik ramai-ramai memanfaatkan sawit beserta turunannya sebagai bahan utama produk kecantikan. Bahkan saat ini, 70% produk kosmetik menggunakan bahan minyak kelapa sawit!

Sadar nggak, tiap hari kita sudah menggunakan sawit, lho. Tidak hanya untuk memasak saja, ada yang lebih penting lagi yaitu penggunaan turunan sawit untuk merawat tubuh. Mulai bangun pagi sampai mau tidur ada sawit di samping kita. Pasta gigi, sabun mandi, shampo, detergent, sampai facial wash, semuanya pakai sawit.

Adalah SLS alias Sodium Lauryl Sulfat, bahan sawit yang terkandung pada produk kecantikan yang dipercaya menghasilkan busa pembersih. Serta Gliserin yang membantu melembabkan kulit. Tidak hanya industri sabun saja, bahan kosmetik pada make up dekoratif seperti lipstick, foundation, bedak, eyeliner, eyeshadow, maskara, dan lain-lain juga tak lepas dari ‘jasa’ minyak sawit.

Kalau nggak percaya, buruan cek, baca label kemasannya!

Minyak Sawit, Dilema Komoditas Cantik Yang Mengancam Lingkungan

Sebagai perempuan saya senang bisa bersahabat dengan alam, tapi sebagai rakyat Indonesia merasa sedih sebab ketergantungan pada sawit sangat keterlaluan sampai mengorbankan hutan yang selama ini dijaga baik untuk masa depan bumi.

Seperti kita tau banyak hutan di Indonesia dibabat habis demi memperluas perkebunan sawit. Sebetulnya tidak salah sawitnya, tapi cara mendapatkan lahannya yang bikin nelangsa.

Komoditas Sawit di Indonesia

Sering kita dengar penebangan hutan secara liar, tujuannya supaya lahannya bisa ditanami sawit. Bahkan ketika ke Banjarmasin September lalu, saya lihat berhektar-hektar hutan rusak akibat pembakaran.

Lebih sedih lagi ekosistem juga kena imbas. Seperti yang terjadi di Tapanuli akhir tahun 2020 lalu, seekor Orang Utan nyasar masuk permukiman warga yang kemungkinan besar Ia kehilangan ekosistemnya. Untunglah hewan langka yang hidupnya di atas pohon itu akhirnya dilepasliarkan ke habitatnya di hutan oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara.

Dilansir media IDN Times, komoditas sawit di Indonesia memang memberikan banyak keuntungan hingga menjadi sumber devisa negara terbesar di sektor non migas. Tahun 2016 produksi minyak sawit mencapai 34,5 juta ton dan berhasil mengekspor ke luar negeri sebanyak 73%.

Namun jangan bangga dulu, di sisi lain ada hak lingkungan yang diabaikan yaitu terjadinya deforestasi besar-besaran. Selama rentang 2001 hingga 2016, setiap tahun hutan kita hilang 130.061 hektar!

Melihat fenomena ini sudah saatnya kita berbuat adil dengan memperlakukan hutan dengan sebaik-baiknya. Luas hutan Indonesia segitu-gitu aja, tapi jangan egois demi keuntungan harus merusak alam yang telah ada. Sudah saatnya bersikap bijak dan adil, berhenti menganak tirikan hutan!

Lalu bagaimana nasib industri kecantikan jika tidak menggunakan bahan baku sawit? Tenang, kayak nggak ada komoditas lain aja..

Yuk deh kita tonton dulu video Visi Ekonomi Lestari berikut:

Memanfaatkan Bahan baku Komoditas Berkelanjutan

Indonesia memiliki kekayaan alam melimpah. Hutan kita itu dapat menghasilkan bermacam-manfaat untuk kehidupan jutaan rakyat disaat sekarang hingga nanti. Ada sayuran, umbi-umbian, buah-buahan, biji-bijian disediakan untuk kita nikmati dan kelola secara baik dan bijaksana.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi, melalui kanal Tempo.Co mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi tanaman obat yang banyak tumbuh di berbagai wilayah dengan jumlah sekitar 30.000 spesies dari 40.000 spesies tanaman obat di dunia dan juga sangat prospektif untuk dikembangkan karena kebutuhan yang cukup potensial di pasar lokal maupun global.

Komoditas Berkelanjutan

Dapat kita simpulkan bahwasanya sawit bukan satu-satunya bahan alam yang melulu dijadikan produk kecantikan. Masih buanyaak komoditas lain yang sifatnya mudah tumbuh tanpa merusak hutan. Sebut saja kopi, madu, rempah, minyak tengkawang, pegagan, kayu manis, lidah buaya dan lain-lain yang tentu saja mereka ini memiliki andil besar dalam komoditas berkelanjutan.

Ah, jadi ingat waktu kecil dulu Ibuk kerap mengolesi rambut saya dengan minyak kemiri yang katanya berkhasiat menumbuhkan rambut. Hingga sekarang saya masih sering memanfaatkan kopi untuk masker wajah, dan madu untuk melembabkan bibir.

Memberdayakan Komoditas Lokal untuk Cantikkan Bumi

Untuk urusan merawat tubuh, sejak dulu orang tua kita selalu mengandalkan sesuatu yang ada di dapur atau memanfaatkan hasil kebun sendiri. Pokoknya urusan cantik, survival wanita Indonesia sebenarnya nggak kalah, deh.

Komoditas Lokal Ramah Lingkungan

Banyak hasil hutan bukan kayu yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku kecantikan dan kesehatan selain sawit, tentu saja komoditas lokal ini lebih ramah lingkungan dan ramah sosial, seperti:

Madu

Madu merupakan produk hasil hutan bukan kayu yang sudah lama dipercaya memiliki khasiat baik untuk kecantikan terutama memberikan kelembaban dan mencegah penuaan dini. Dibidang kesehatan, pun, madu dengan kandungan vitamin C dan antioksidan-nya mampu meningkatkan metabolisme tubuh, mengurangi batuk, mencegah kanker, meningkatkan daya ingat, menambah nafsu makan, dan masih banyak lagi.

Komoditas lokal madu hutan di Indonesia telah dikenal memiliki kandungan lebih baik dibanding jenis madu yang lain, oleh karena itu petani lebah beberapa daerah di Indonesia mulai membudidayakan madu hutan sebagai komoditas yang ramah lingkungan. Diantaranya:

– Madu Hutan Leuser. Sesuai namanya, madu ini berasal dari Kabupaten Aceh, tepatnya di desa Harum Sari, Kecamatan Tamiang Hulu. Dalam menghasilkan madu, lebah ini mengambil nektar dari pohon Tualang yang tumbuh di tengah hutan Leuser dan bebas pestisida kimia.

– Madu Hutan Apis Dorsata. Madu hutan ini dihasilkan oleh lebah Apis Dorsata, yakni lebah yang peka terhadap polusi. Praktis untuk menghasilkan madu, lebah-lebah ini menghasilkan madu di area hutan di Bandar Lampung

– Madu dan Tengkawang. Madu hutan ini juga dihasilkan oleh lebah Apis Dorsata yang ada di Taman Nasional Betung Kerihun Danau Sentarum. Lebah-lebah ini mengambil nektar dari bunga hutan dan untuk menjaga kualitasnya, teknik panennya menggunakan teknik panen lestari. Madu ini berasal dari Kapuas Hulu, Kalimantan Barat

– Madu Hutani. Madu Hutani merupakan madu asli 100% yang diambil dari pohon hutan di daerah Kuningan, Jawa Barat, dengan cara memanjatnya sekaligus dikemas dalam wadah kaca.

– Madu Teras Mitra. Madu asal Yogyakarta ini bukan madu ternak tetapi dibuat dari bermacam-macam bunga tanaman yang memiliki kandungan mineral, enzim dan zat yang lain

Buah Tengkawang

Buah Tengkawang merupakan komoditas lokal Aceh yang diproses sedemikian rupa sehingga menjadi mentega/lemak Tengkawang. Adalah Yagi Natural, produsen produk kecantikan yang memanfaatkan olahan Tengkawang sebagai bahan utama solid deodorant

Minyak Kemiri

Minyak kemiri dikenal memiliki manfaat luar biasa dalam hal perawatan rambut. Dalam upaya pelestarian hutan, kelompok perempuan di Jambi memanfaatkan minyak kemiri sebagai produk kecantikan alami yang berfungsi untuk menumbuhkan rambut, menghitamkan rambut, mengatasi kebotakan, mengurangi ketombe, dan lain-lain.

Hasil Hutan Bukan Kayu juga bisa didapat dari kopi, cokelat, kayu manis, dan lain-lain.

Sustainable Beauty, Dimulai dari Label!

Setelah mengalami kejadian buruk, saya jadi lebih berhati-hati ketika membeli produk perawatan kulit. Setidaknya, mempelajari dulu kandungan bahan di label kemasan. Sekalipun diklaim alami, belum tentu baik untuk alam.

Untuk mencari tau sejauh mana teman-teman saya membeli produk kecantikan, saya pun melakukan survei melalui Instagram story dan hasilnya lumayan membuat saya puas, yakni 70% responden memilih membeli produk dengan bahan alami! Lumayanlah, sudah ada kesadaran pada masyarakat kita untuk memilih produk kecantikan alami.

Survei produk kecantikan

Akan tetapi, apakah konsep Sustainable Beauty sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari?

Hohoho, ini penting. Penting banget malah!

Konsep Sustainable Beauty adalah upaya mempercantik diri sekaligus memiliki andil menjaga kecantikan lingkungan. Jangan sampai limbah yang kita gunakan untuk merawat diri itu justru meresahkan banyak pihak. Sudah cukup limbah rumah tangga dan pabrik nyampahi bumi, jangan pula ditambah dengan sampah bekas make up yang kita gunakan.

Bagaimana cara menerapkan Sustainable beauty?

Cek Label Kemasan

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah cek label kemasan secara detail. Di sana terdapat banyak sekali informasi penting yang sering diabaikan, terutama kandungan bahan. Seperti yang telah saya jelaskan di atas, hindari bahan yang mengandung turunan minyak kelapa sawit agar tidak berdampak buruk pada lingkungan. Kecuali jika produk tersebut memiliki sertifikasi minyak sawit berkelanjutan (RSPO)

Kemasan Bisa Didaur Ulang

Bayangkan betapa sesaknya tong sampah kita jika isinya botol plastik bekas produk kecantikan. Jadi nggak hanya pilih-pilih bahan bakunya aja, konsep Sustainable Beauty juga perlu memikirkan cara meminimalisir limbah kosmetik. Syukur bila perusahaan kosmetik tersebut memiliki program isi ulang sehingga pembeli tinggal datang ke toko sambil membawa botol kosong. Jika tidak, minimal kemasannya bisa dimanfaatkan untuk yang lain.

Minimalisir Kapas

Penggunaan kapas dalam kecantikan lumayan banyak, lho. Ambil selembar-selembar, tau-tau sudah 5 lembar. Gimana nggak, mulai bersihin sisa make up sampai penggunaan toner, semua menggunakan kapas. Artinya, selain bahan baku dan bekas kemasan, kapas juga memiliki peran ‘antagonis’ dalam aktivitas dandan kita, hehe..

Tipsnya, untuk mengurangi sampah kecantikan, gunakan kain bertekstur lembut yang bisa dicuci dan digunakan kembali. Atau lebih baik tidak menggunakan kapas sama sekali deh, biar hemat. Kalau mau pakai tone cukup ditepuk-tepuk aja ke muka. Selain hemat sampah, cairan toner tidak banyak diserap kapas

Gunakan Air Secukupnya

Meski jaman sudah maju, tapi kebutuhan air bersih masih kerap jadi persoalan. Terlebih banyak hutan ditebangi, penyerapan air jadi tidak maksimal. Meski air kran di rumah kita mengalir deras, tapi harus tetap bijak dalam penggunaan air.

Daur Ulang Kemasan

Kemasan produk kecantikan saat ini beraneka macam, terkadang ada yang lucu dan menggemaskan sehingga sayang untuk dibuang begitu saja. Selama ini yang saya lakukan adalah memanfaatkan kemasan kosong produk kecantikan untuk menyimpan pernik-pernik seperti peniti, tempat alat tulis, tempat lilin, dan lain-lain.

 

Sustainable Beauty

Kesimpulan

Ternyata untuk menjadi seseorang yang cantik luar dalam tak semudah yang kita kira, ya, haha.. selain cantik, kita juga dituntut untuk cerdas dan bijak memperlakukan alam. Dan yang paling penting, mulai sekarang biasakan saat membeli produk kecantikan baca dulu dengan seksama labelnya. Kalau perlu cari tau fungsi kandungan bahannya supaya aman untuk diri sendiri, juga tidak berbahaya bagi lingkungan.

Satu kalimat dari saya, bahwasanya bagus tidaknya produk kecantikan itu relatif, tapi memiliki kecantikan parpurna sebuah alternatif. Salam lestari!

Referensi bacaan:

  • https://madaniberkelanjutan.id/2020/01/20/dilema-komoditi-sawit
  • https://hutanitu.id/pesonahutan/komoditas-pangan/
  • Disain by Canva
  • http://ejournal.kemenperin.go.id/jrti/article/view/5670
  •  https://regional.kompas.com/read/2020/11/26/11330061/sempat-masuk-ke-permukiman-warga-orangutan-tapanuli-dilepasliarkan-ke
  • https://www.idntimes.com/science/discovery/nena-zakiah-1/bahaya-kelapa-sawit-untuk-lingkungan
  •  https://www.idntimes.com/science/discovery/anisa-anggi-dinda/perlu-tahu-6-produk-turunan-kelapa-sawit-yang-kita-pakai-tiap-hari-c1c2
  •  https://wolipop.detik.com/makeup-and-skincare/d-4905827/awalnya-bikin-mulus-ini-efek-mengerikan-krim-pemutih-dengan-steroid
  • https://bisnis.tempo.co/read/1371701/kemenperin-minta-industri-kosmetik-manfaatkan-bahan-baku-lokal

 

 

You Might Also Like

13 Comments

  1. Mayuf

    Informasinya sangat mantul banget nih terutama buat para wanita

  2. Mugniar

    Dalam, Mbak Yun tulisannya. Saya suka.
    Bahwa hutan sawit itu berarti deforestasi besar-besaran, banyak yang tidak menyadarinya, di satu sisi ada kebanggaan dengan luasnya lahan sawit kita. Padahal kenyataannya, di mana-mana, lahan sawit yang luas itu juga mengorbankan hutan dan ekosistem.
    Semoga dengan adanya tulisan-tulisan seperti ini, semakin banyak yang wawasannya bertambah.
    Salam lestari.

  3. nurulrahma

    Yap, sepakat ama mb @yuniarinukti

    memahami ingredients ini penting bgt buat yg mau beli skicare/produk perawatan wajah/tubuh.
    Jangan sampe malah jadi ZONK, bukannya jadi cantik glowing paripurna, ehh malah kena efek bahan2 kimia berbahaya. NGERI 🙁

  4. Okti Li

    Yup. Sudah seharusnya kita lebih teliti dalam memilih penggunaan produk kecantikan. Tidak hanya aware terhadap diri sendiri, gali juga bagaimana dampaknya terhadap lingkungan, dunia dan kelangsungan kehidupan manusia ya…

  5. winda - dajourneys.com

    ngebayangin kehidupan anak cucu kita 50 tahun dari sekarang kok ngeri2 sedap ya mbak 🙁

  6. iidYanie

    Suatu langkah yang inspiratif, memang tak hanya sawit saja yang bisa kita manfaatkan dan olah, hasil hutan Indonesia kita kaya akan sumber daya alam untuk bahan utama perawatan kecantikan, sudah seharusnya kita mengeksplor lebih jauh dari itu 🙂

  7. EkaRahmawatizone

    Sekarang saat mau pake atau beli produk kecantikan kita sebagai konsumen juga harus lebih teliti lagi ngecek bahan apa aja yang ada di dalam produk itu. Saya juga yakin sekarang banyak orang yg udah lebih melek sama sustainability.

  8. Dawiah

    Salam Lestari.
    Makin lestari lingkungan kita makin cantiklah wajah Indonesia.
    Saya dapat pencerahan dalam tulisan ini tentang cara menerapkan keindahan berkelanjutan, sangat informatif. Makasih artikelnya ya mba. Sukses untuk kecantikan kita semua, eh…

  9. Heni Puspita

    Ayah teman saya pernah menanam lahannya dengan sawit. Setelah itu, tanahnya nyaris tdk bisa diapa2kan lagi. Karena sawit menyedot nutrisi dan air dari tanah, habis-habisan deh istilahnya. Memang sampai sekarang minyak sawit masih jadi favorit. Produk olahan sawit digunakan untuk macam2 termasuk kosmetik. Namun makin banyak juga orang aware terhadap penggunaan produk yang lebih ramah lingkungan termasuk bahan-bahannya, dari mana dan bagaimana bahan tersebut didapat.

  10. Rahmah

    Aku nek mau komentar masalah di luar kapasitas saya sebenarnya
    Namun saya jadi punya insight soal cantik yang berkelanjutan

  11. lendyagasshi

    Pengennya yang kemasannya bisa di daur ulang, kak Yuni.
    Tapi hanya sedikit kosmetik yang menawarkan previlege seperti ini. Semoga kosmetik semakin banyak yang menggunakan bahan alami dan semuanya sustainable agar alam tetap terjaga dengan baik.

  12. indah nuria

    Banyak cara untuk pastikan sustainable beauty ini menjadi bagian dari rutinitas kita ya mba … bumi akan makin sehat dan bersih pastinya

  13. Diah Alsa

    ternyata sawit itu bisa dimanfaatkan untuk banyak produk yaa Mbak, seperti yang Mbak bilang dari bangun tidur sampai jelang tidur kembali kita sungguh sangaat dekat dengan sawit dan turunannya yaa.
    harus lebih rajin daan teliti lagi nih saat membeli, jangan asal ambil aja apalagi karenaa murah meriah banyak diskon pula ya.

Leave a Reply