3 Sikap Yang Saya Lakukan Ketika Marah
“Buat apa saya marah, Yun, toh, marah-marah tidak mengubah keadaan jadi lebih baik”
Ucapan Yani mengubah mindset saya betapa tidak baiknya marah-marah. Teman SMP saya ini bilang, kalau bisa disenyumin, kenapa harus dimarahin?
Tapi apa iya semudah itu mengendalikan emosi? Bijak betul ini orang? Dan.. yah seperti argumentasinya, Yani memang orang yang sabaarr buanget banget. Digarai seperti apa, dia tidak pernah marah. Sebaliknya, dia akan menyampaikan kekecewaannya langsung di hadapan orang. Tentu saja diimbuhi dengan kata-kata umpatan yang membuat semua yang mendengar terbawa tawa.
Saya salut dengan sikapnya. Belajar kehidupan di mana sih, Yan?
3 Sikap Yang Saya Lakukan Ketika Marah
Mendengar ucapan Yani, saya seperti tersengat dan sejenak kemudian meresapi kata-katanya. Iyaya, buat apa ngamuk dengan teriak-teriak? Kan mendingan diam atau disenyumin saja? Tapi masalahnya, senyum dalam keadaan hati mendidih, ibarat tersenyum melihat mantan yang lagi sayang-sayangnya, meninggalkan kita diam-diam dan menikah dengan orang lain!
Seperti saya, terlahir sebagai anak bungsu auto memiliki sifat mudah marah dan nggondokan. Ada sesuatu yang nggak pas di hati aja, langsung nggondok seharian. Namun sejak bertemu Yani, sifat marah saya pelan-pelan berubah.
Ketika mau marah, saya selalu ingat ucapan Yani. Efeknya, kalau lagi marah, saya menjadi pendiam. Tapi tetap, saya masih kalah telak dengan Yani yang pinter banget mengendalikan emosinya.
Jadi Pendiam
Saya benci marah-marah, tapi nggak bisa tidak marah ketika menghadapi sesuatu yang memancing amarah. Alih-alih marah, saya jadi belajar menjadi orang yang bijaksana. Ceileh..
Ibu saya hapal betul, Yuni kalau diam berarti lagi marah. Makin ke sini, Suami saya juga hapal karakter saya. Melihat saya diam, dia nggak mau mengganggu. Sebaiknya begitu sih, karena saat diam saya sedang mengatur hati sekaligus mencari jalan penyelesaian.
Tapi yang lebih penting, diamnya saya supaya marahnya tidak meledak-ledak.
Lucunya, tiap ditanya suami, “Mbak Yuni kenapa diam?” saya kehabisan kata untuk menjawabnya. Sebaliknya, Suami saya takut kalau saya diam, haha..
Diammu itu menakutkan, katanya. Haha..
Masa, sih?
Nangis kalau dicuekin
Bagian ini memang lucu menurut saya. Ya gimana ya, marah-marah sendiri. Diam-diam sendiri. Ditanya kenapa, nggak mau jawab. Begitu dicuekin, nangis karena nggak ada yang peduliin, bhuahaha..
Kebiasaan ini sudah terbawa sejak kecil. Nggak tau belajar dari mana, tiap kali marah banget, saya lebih banyak diam di pojokan kamar. Kalau perlu, masuk lemari biar nggak kelihatan orang. Pernah, lho sampai nggak makan seharian.
Mungkin saking nggak tau gimana cara mengendalikan kemarahan saya, Ibuk nggak bisa ngapa-ngapain. Yang ada makin dicuekin lah saya, hehe..
Tapi kalau sudah kasihan banget, baru dicariin. Ujungnya tetap, tiap ditanya kenapa, saya diam gak bisa jawab.
Tau nggak sih, kadang-kadang kemarahan wanita nggak perlu pertanyaan KENAPA. Udah diemin aja, elus-elus, trus biarkan dia tenggelam dalam pelukan, hiyaaa…
Serius, itu aja sudah menenangkan amarahnya!
Menyendiri di Kamar Mandi
Kadang saya heran kenapa kamar mandi jadi tempat paling nyaman buat melampiaskan amarah sih? Mbok ya yang nyamanan dikit, dapur gituu. Kan asik kalau haus tinggal buka kulkas. Ya, kan? 😀
Begitulah nyatanya, tiap marah saya masuk kamar mandi dan melampiaskannya di sana. Ngomel-ngomel, ngomong sendiri, misuh-misuh, bebas nyalahin orang seolah diri paling benar sambil lihat air di bak.
Tidak membawa dendam dalam amarah
Yang paling penting ketika marah, saya tidak menyertakan dendam. Selesai marah, ya sudah.
Seperti yang dilakukan Yani, saya belajar mengontrol emosi dengan cara menyampaikan masalah secara langsung kepada yang bersangkutan. Sebisa mungkin tidak meledak dan nggak teriak.
Yang pernah saya lakukan adalah keluar grup WA keluarga karena ada sodara yang ngaku blak-blakan tidak mau ke rumah karena merasa punya hutang yang tak dibayar pada saya. Padahal saya nggak nagih.
Tapi sebelum keluar grup, saya japri dulu yang bersangkutan, saya kiriman petuah panjang, sampai dia nggak punya kata-kata balasan karena telah terpojok. Biar kapok, nggak peduli dia lebih tua dari saya. Biasanya setelah melakukan itu hati saya tenang.
Namun intinya, marah-marahlah sendiri, tapi jangan kau membuat marah orang lain. Gitu aja, sih..
HM Zwan
Wkwkwk kok kita sama… Situ ngomel2 dikamar mandi, aku dong nggosok kamar mandi. Keluar udah lega wkwkwk
dekcrayon tata
menyendiri di kamar mandi ini beneran ampuh. mengguyur kepala iar tetap adem sambil menangis sepuasnya. Aku juga kadang melakukan hal itu. Kadang pasangan bingung kenapa aku menangis di kamar mandi. Dongkolnya reda setelah menangis di kamar mandi. Meskipun setelah itu mata jadi bengkak hikz.
ainun
hehehe sama kayak aku mbak, aku kalau merasa kesal, marah, lebih dominan ke diam sih
entahlah, mungkin karena males debat juga, capek mo debat hahaha