3 Teman Yang Tidak Kusukai di Bangku Sekolah Dasar
Saya harap ketika artikel ini saya bagikan ke grup WhastApp alumni SD mereka tidak merasa gimana-gimana, haha. Sungguh saat menulisnya saya harus memeras kenangan tiga puluh tahun lampau. Tega bener nih yang melempar ide ini! Paraaahhh! 😀
Kalau diingat kembali, usia SD tau apa rasa suka dan yang tidak. Perasaan benci pun sepertinya hanya muncul sesaat saja. Selebihnya akrab lagi seperti biasa. Tapi anak Sekolah Dasar dulu dengan sekarang memang beda, sih. Dulu mereka serba mandiri. Berangkat sekolah sendiri, biarpun dengan mata sembab habis nangis karena kaos kaki ketlisut sebelah.
Saya malah pernah berangkat sekolah sambil nangis karena malu baju olahraga belum kering setelah dicuci dadakan. Begitu disetrika, warna celana training-nya muncul bercak besar efek kolaborasi basah-kepanasan yang menbuat warnanya pudar. Tapi tetap dipakai aja, mau bagaimana lagi.. Namun hal-hal kecil seperti itulah yang menyebabkan anak SD dulu menjadi besar sebelum waktunya. Karena mereka harus menyelesaikan persoalannya sendiri tanpa orang tua.
Oya, SDN saya lokasinya agak jauh dari rumah. Untuk ke sana, kami harus menyebrang jalan raya. Dan yang paling saya ingat, ketika mau nyebrang selalu ada Pak Becak mangkal yang dengan rela hati menggandeng kami mengantarkan sampai sebrang jalan. Justru kami sering sebal sama Pak Becaknya, kan kami maunya nyebrang sendiri!
Soknya itu lho yang nggemesin.. 😂
3 Teman Yang Tidak Kusukai di Bangku Sekolah Dasar
Pak becak yang baik hati suka nyebrangin aja ‘nggak disukai’, bagaimana dengan teman-teman, kan? Haha.. Namanya juga anak-anak, pasti mudah diserang rasa benci dan tidak suka. Ketika kemauannya tidak terakomodir, egoisnya mudah tersulut.
Saya aja merasa betul memiliki sikap keras kepala, mudah marah, dan mau menang sendiri. Ketika melihat teman yang sikapnya tidak adil, bawaannya mau protes aja.
Dan dari pengalaman masa kecil, sekarang saya dapat membuat kesimpulan sendiri, bahwa sebenarnya kemunculan rasa suka-tidak suka pada usia anak SD merupakan sebuah permulaan belajar menyikapi suatu kejadian ketidakadilan dalam hidup. Contohnya seperti teman-teman saya berikut:
Firmansyah dan Faris
Duh, pada masanya 2 anak ini nakalnya amit-amit. Gak duwe wedi, blas! Hampir semua anak di kelas sudah pernah dibikin nangis.
Kalau nggak salah ingat, 2 F ini memiliki rambut keriting, yang mana rumah keduanya berdekatan. Mungkin ketularan kali ya, awalnya yang nakal Firmansyah seorang, belakangan sikapnya Faris lebih menyebalkan dari Firman🙈.
Nakalnya sampai nyobek buku temannya, matahkan ujung pensil yang sudah diruncingin setengah mati, hingga bikin onar di kelas. Saat ditinggal guru sebentar aja, mereka mampu mengubah suasana hening berubah seperti pasar. Dan tak tanggung-tanggung Bu Umi, guru kelas 3, kalau marah sampai narik rambut godeg (cambang) ke atas sambil diplintir. Melihatnya aja ngiluuu. Belum tapukan di pipi yang tak terhitung jumlahnya.
Tapi lucunya, senakal-nakalnya anak, ada saat mereka baik, lho. Kadang pas lupa sama nakalnya, mereka enak diajak ngobrol. Ketika ditanya kenapa suka gangguin teman, alasannya cuma karena masalah sepele! Ckck, harus gitu ya Fir membuat temannya nangis dulu, haha..
Ivo Fauzia
Dari sekian teman, sebenarnya Ivo memiliki andil besar terhadap perjalanan kesuksesan menempuh jenjang Pendidikan Dasar kami. Dari 46-50 murid, Ivo lah yang langganan majalah Bobo. Kalau butuh alat tulis, tinggal hubungi Ivo terdekat! Dari bolpen, stabillo, spidol, hingga Tip-Ex, Ivo punya!
Hanya saja Ivo memiliki watak judes. Setidaknya begitu kata teman-teman. Tapi saya juga turut mengamini, haha..
Sebenarnya Ivo anak baik, kok. Kalau udelnya lagi bolong, Ia akan meminjamkan majalah bobo atau peralatan tulisnya kepada teman-teman secara bergiliran. Saya malah pernah pinjam Bobo 10 ekslempar dibawa pulang dengan seri berurutan, tentunya bukan edisi baru.
Tapi ya itu, kalau pas kumat moodnya, jangankan dipinjami majalah, disapa aja nggak! Wkwk..
Kadang kami main ke rumah Ivo. Ivo juga senang sih ajak-ajak teman ke rumah.
Kenakalan anak SD
Setelah mereview 3 nama di atas, ingatan saya tiba-tiba blank. Masih ingat nama mereka dan muka-muka kecilnya dulu, tapi lupa sama kenakalannya.
Tapi saya ingin menulis secara garis besar kenakalan teman-teman SD yang selama 6 tahun berturut-turut tidak pernah terpisahkan. Eaaaa..
Jadi saat itu ada teman kami yang suka mencr*t di kelas. Ketika itu terjadi, wuaahhh sekelas heboh! Tapi kami nggak mau terlalu heboh juga soalnya pelakunya selalu sambil nangis. Yang kasihan teman sebangkunya, udah pasti ketiban sampur disuruh Bu Guru mencari pasir untuk membersihkannya.
Bayangkan lho, dari kelas 1 sampai kelas 6, pasti ada yang berbuat begitu. Untungnya saat itu kasus bullyan tidak serumit sekarang.
Kenakalan yang lain terbilang umumlah ya, seperti ngintipin baju dalam anak perempuan pakai rautan kaca, bikin contekan rumus matematika di telapak tangan hingga paha (jangan ditiru).. Dan apa lagi, yaaa…. Lupa saya, huhu..
Ternyata sungguh menyenangkan mengingat kenakalan ketika masih sekolah dasar. Saya sendiri juga bukan anak baik-baik, pernah ngrepek buku juga ketika ulangan.
Saya masih ingat kecurangan yang saya lakukan sendiri. Pada suatu hari saya dimintai tolong Pak Samuri, guru kelas 5 dan 6 kami, untuk memfotokopi soal ulangan IPA. Entah kebetulan atau bagaimana, selain soal, ada kunci jawabannya juga yang juga turut difotokopi. Aji mumpung, saya fotokopi dong kunci jawaban tersebut untuk diri sendiri. Sialnya, begitu saatnya ulangan, kunci jawaban itu ketinggalan di rumah! Karena otak saya sudah kadung berbasis sama kunci jawaban, akhirnya nilai ulangan IPA saya itu dapat nilai 20! Wkwkw. Psst, ini rahasia yang akhirnya harus saya buka sebagai pengakuan salah selama dipendam puluhan tahun😵
Mumpung lagi nostalgiaan sekolah SD, buka-bukaan yuk kenakalan yang pernah dialami teman-teman waktu kecil. Sambil seseruan mengasah ingatan kita!
Leave a Reply