16 ribu untuk 18 orang
Hari ini saya mendapat teman yang asyik. Tak hanya pandai bercerita, dia juga teman diskusi yang menyenangkan. Orangnya ‘grapyak’. Bukaan.. dia bukan pendongeng. Bukan pula sastrawan. Dia adalah seorang tukang masak. Iya, ngakunya begitu pada saya.
“Mbak, saya orang baru. Saya dari Madura. Saya tinggal di Koperasi. Dan saya seorang tukang masak”
Mendengar kalimat perkenalannya, sontak saya menurunkan buku Mahabharata yang sejak tadi saya tekuni. Hal yang membuat saya tertarik adalah sikap terbuka yang dilakukannya sebagai orang baru dan tanpa mengenal sungkan menyapa saya lebih dulu dengan logat Madura yang dibawakan dengan aksen riang. Bukannya saya gila hormat, terus terang kalau sedang asyik dengan dunia sendiri saya cenderung tak melihat kanan kiri. Apalagi dia menyebutkan identitas sebuah kantor yang saya sendiri sama sekali tidak tau menahu. Kalau kamu tinggal di Koperasi, apa hubungannya dengan saya?
Astaga, saya lupa. Sehari-hari saya tinggal disebuah perkampungan rapat, kenapa bisa saya tidak tau kalau disekitar saya ternyata terdapat sebuah kantor?
Sebagai bentuk respon, bibir saya otomatis menanyakan, “Kantor Koperasi yang dimana letaknya?”
Lalu dengan gaya ceplas-ceplos dan riang dia memberikan petunjuk, walau akhirnya saya tetap tidak tau dimana letaknya.
Singkat kata dia bercerita panjang lebar mengapa dia bisa tinggal di Surabaya. Dia mengaku kalau Suaminya adalah pegawai koperasi bagian penagihan, sedangkan dia, dari pada nganggur dirumah di Madura sana, memilih ikut Suaminya bekerja di koperasi bagian masak. Karena memiliki 2 anak, otomatis mereka mengajak sekalian ke 2 anaknya. Setiap hari pekerjaan dia memasak untuk seluruh karyawan koperasi yang berjumlah 18 orang, pagi dan sore. Ketika saya tanya kenapa harus dimasakkan, bukankah mereka bisa membeli makan sendiri?
“Sudah aturan koperasi, Mbak. Pokoknya setiap bulan gaji karyawan dipotong uang makan 40 ribu per orang”
Dan saya tanya menu apa saja yang Ia masak sehari-hari, jawabnya:
“Ya apa aja, Mbak. Secukup uang ENAM BELAS RIBU..”
Sampai disini saya bengong. Membaca raut bingung saya, sang teman yang kala itu mengenakan kaos merah dengan wajah sederhana namun tetap terlihat manis itu menjelaskan bahwa untuk masak pagi dan sore dia dijatah uang sebanyak enam belas ribu rupiah! Uang itu khusus digunakan membeli lauk dan sayuran.
“Hah?” saya ndomblong.
“Berarti enam belas ribu itu buat 18 orang, dua kali makan?” saya mendelik.
“Cukup???” makin mendelik.
“Hahaha.. Cukup gak cukup, di cukup-cukupin, Mbaaakkk..” dia tertawa.
Dari sini saya berpikir, selain menjadi juru masak, berarti dia juga harus pintar-pintar mengolah menu yang sekali makannya menghabiskan bahan delapan ribu rupiah. Untuk DELAPAN BELAS orang! Sekali lagi DELAPAN BELAS!
Benar-benar membuat perang batin! Dan saya yakin semua juru masak akan tega-tegaan melakukannya. Karena sang teman ini bicaranya asyik, meski baru pertama bertemu dan ngobrol, saya lantas minta contoh menu apa saja yang selama ini sukses Ia hidangkan dengan uang enam belas ribu.
“Pagi sayur asem sama sambel. Sorenya sambal sama tempe goreng. Dibolak-balik aja, Mbak”
Dan saat saya tanya bagaimana cara mengiris tempenya?
“Ya diiris Mbak. Biarpun kecil yang penting jumlahnya delapan belas” dia menjawab dengan enteng meski dari tertawanya tersempil nada iba. Bahkan dia sempat bercerita ada karyawan yang keberatan kalau dia masak bayam yang katanya bisa bikin asam urat. Ada juga karyawan lain tidak suka sayur sop karena alergi makan wortel. Semua masukan itu Ia telan meski ujung-ujungnya Ia tetap memasak sayur bayam dan membuat sayur sop dengan wortel. Demi penghematan!
Giliran saya tanya nasib piring-piring bekas makan siapa yang membersihkan, dia jawab: “Saya Mbak yang nyuci semuanya. Mereka itu kalau habis makan, HAIKKK, udah pergi” sembari menirukan gaya sedang bersendawa. Sekarang ganti saya yang ngakak.
eda
hah? jatah masak 16ribu buat 18 orang? kan tiap karyawan dipotong 40 ribu per orang? 40ribu itu untuk sbeulan apa sehari 40 ribu?
kalo sebulan 40rb, ya pantas aja jatah masaknya 18 ribu..
tpi kok ya tegaaa itu yg kasih uang belanja.. mana apa2 skrg mahal ya mba 🙁
Bibi Titi Teliti
Mba Yuniiiii…
Aku pengen pingsaaaaaan!
Itu gimana cara ngaturnya supaya gak stres tuh mbaa…bhuahahaha…
Kagum banget lah akuuuh 🙂
Mew da Vinci
subhanallah…
sampai gak bisa ngomong saya ini…
Beby
Mbaknya malah enjoy aja ya Mbak, dengan riang bercerita. Aku di sini yang baca malah mewek :’) Ah, semoga beliau sehat-sehat aja..
Dwi Puspita Nurmalinda
saya orang Madura mbak Yuni,,dan itupun sudah biasa dikampung,,kalau orang Madura kan tetanggaan itu saudara semua,,,jadi kalau mau makan ke salah satu emak yg emang dia ngikhlasin masak buat mereka, malah uang 10 ribu bisa buat makan untuk semua,,,hahaha,,mungkin dia udah terbiasa dari kampungnya saat membagi makanan itu pada 18 orang 🙂
Lidya
harus memutar otak ya untk masaknya dengan biaya segitu
Gunawan Warsito
aku hidup sendiri di Surabaya nih setiap hari pagi ke warung kopi beli kopi + nasi bungkus 7rb, siang makan nasi padang 12rb, malam warung kopi + mie 6rb, dll total sehari buat makan 30rb,,, lah itu 16rb untuk makan 18 orang 2x sehari… tak #Mikir dulu…. stres aku heheheh…
HM Zwan
kalo di PA ibuku,1 anak 1 hari 2000 mbk,2000 untuk makan 3x sehari hehe…ya gitulah,cukup g cukup pokoknya segitu jatahnya..alhamdulillah banyak alumni yang peduli jadi setidaknya masih ada rezeki untuk sehari2 mereka ^^
sharingnya sangat menggugah 🙂
pakde Cholik
Cukup saja bila pandai mengaturnya Nduk
Salam hangat dari Galaxi
nunu
Yan ampuuun.. Tidak sebanding denhan potongan uang makan. KAPEKAAAAA
Idah Ceris
Yang semangat ya, Ibu. Semoga gak ada yg protes tentang jatah makan yo, Mba. Wong uangnya minim. 🙂
Siti Fatimah Ahmad
Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Yuni…
Hadir menyapa untuk memaklumkan ada hadiah award (2) LIEBSTER AWARD buat mbak Yuni di laman saya.
http://webctfatimah.wordpress.com/2014/06/06/ct255-meraikan-award-2/
Semoga sudi menerimanya sebagai tanda penghargaan dan persahabatan di dunia maya.
Salam sejahtera dari Sarikei, Sarawak. 🙂
SITI FATIMAH AHMAD
ndutyke
jadi pengen belajar masak sama si mbaknya itu, hehehe.
Tina Latief
cerita ini cocok buat dibaca para mahasiswa yang diujung dompet kering begini hehe..
yeninurlina
• kami sekeluarga tak lupa mengucapkan puji syukur kepada ALLAH S,W,T dan terima kasih banyak kepada MBAH atas nomor togel.nya yang MBAH berikan 4 angkah *1242* alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus MBAH. dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu MBAH. insya allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan MBAH.. sekali lagi makasih banyak ya MBAH… bagi saudara yang suka main togel .
• yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi MBAH RORO,,di 0853/3000/1769,, / insya allah anda bisa seperti saya…menang togel 175 juta, wassalam.
• makasih yang punya room….
•
Anto Agung Pratama
weladala,, ini jadi tukang masak apa ahli matematika,, uang 16 ribu buat makan 18 orang, jiiaan, jan jane si ibu ki jago tenan *hormat*
Aan
apa gk kebanyakan itu yak!!!
bintangtimur
Aduh, duh…kalo kita jajan diluar sekali makan habisnya berapa ya, Yun?
Langsung introspeksi 🙁
bintangtimur
Kebayang gimana grapyaknya orang Madura, selain suaranya kenceng-kenceng, keceriaannya memang tak tergantikan 😀
Yuniiiii…apa kabaaar?
Malu nih saya baru silaturahmi lagi sekarang. Tapi tetep kok, saya belum publish postingan baru…hehe
Mat Gembul
Gila.. menunya minimalis abis yak… 😀
Btw, salam kenal ya 🙂
Ceritaeka
Aku sedih bacanya 🙁 Ihiks